Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

2.7.4 Net Benefit Cost Ratio Net BC ratio

Net BC ratio merupakan hasil dari perbandingan antara total present value yang bernilai positif sebagai pembilang dengan total present value yang bernilai negatif sebagai penyebut. Apabila Net BC ratio bernilai kurang dari 1 maka rencana investasi terhadap proyek yang akan dilaksanakan tersebut ditolak atau dalam kata lain tidak layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, apabila Net BC ratio bernilai lebih besar sama dengan 1, maka investasi tersebut dianggap layak atau menguntungkan untuk dilaksanakan Husnan dan Muhammad, 2000. Menurut Sinaga 2009, kelemahan kriteria Net BC ratio adalah: a. Apabila Discount Factor diubah, maka hasil Net BC ratio pun berubah. Akibatnya investasi yang sebelumnya tidak layak untuk dilaksanakan dapat menjadi layak dan sebaliknya. b. Nilai sisa salvage value dari barang-barang modal dalam proyek tidak diperhitungkan.

2.7.5 Internal Rate of Return IRR

Metode Internal Rate of Return IRR menghitung tingkat bunga yang menyamakan present value dari investasi dengan present value dari penerimaan kas bersih di masa mendatang. Apabila IRR lebih kecil dari tingkat discount rate yang berlaku maka rencana investasi terhadap proyek yang akan dilaksanakan tersebut ditolak atau tidak layak dijalankan. Sebaliknya, apabila IRR lebih besar sama dengan tingkat discount rate yang berlaku, maka investasi terhadap proyek yang akan dilaksanakan tersebut dianggap layak atau menguntungkan untuk dilaksanakan Husnan dan Muhammad, 2000. Besarnya perbedaan IRR atau Return on Investment di atas tingkat bunga yang berlaku, bergantung kepada besarnya kemungkinan risiko atas proyek tersebut dan juga berapa lama investasi payback periods kembali berdasarkan cash flow perusahaan. hal ini dilihat menurut sudut pandang pengambil kebijakan atas investasi yang dilakukan terhadap proyek tersebut. Keuntungan penggunaan kriteria IRR adalah dapat mengetahui kemampuan proyek tersebut dalam menghasilkan persentase keuntungan bersih rata-rata tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek dan nilai sisa salvage value dari barang-barang modal diperhitungkan dalam arus benefit atau penerimaan Sinaga, 2009.

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan program Gerakan Menabung Pohon GMP masih sedikit jumlahnya. Namun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengestimasian kelayakan suatu usaha kehutanan, PHBM, dan efektivitas program CSR sudah cukup banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan untuk mengestimasi kelayakan usaha kehutanan PHBM diantaranya adalah: Kadekodi et al. 2004 yang meneliti kelayakan ekonomi usaha proyek JFM Joint Forest Management yang berlangsung di Desa Kotekoppa, Distrik Karnataka, India. Analisis biaya dan manfaat digunakan untuk mengetahui manfaat sosial yang didapat dari pengelolaan hutan di Desa Kotekoppa baik dengan JFM maupun tanpa JFM. Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil bahwa setelah diterapkan program JFM didapatkan manfaat sosial yang lebih besar dari sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan discount rate sebesar 6,25 didapatkan nilai NPV sebesar 465.044, BC ratio 1,30, dan IRR sebesar 26,19 dari hasil pengusahaan kayu. Sementara sebelum diterapkan JFM hanya didapat NPV sebesar -616.496, BC ratio 0,61, dan IRR sebesar 26,19. Hal tersebut menyebabkan proyek pengusahaan hutan lebih layak dijalankan dengan program JFM. Maulana 2013 meneliti analisis kelayakan finansial dan dampak ekonomi pada usaha Jati Unggul Nusantara JUN pada koperasi perumahan wanabakti nusantara Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil analisis finansial dengan indikator NPV, IRR, Net BC, dan PBP yang dilakukan pada JUN UBH-KPWN Bogor, didapat kesimpulan bahwa usaha ini layak untuk dilanjutkan. Hal ini dapat dilihat NPV sebesar Rp 4.175.535.379, IRR sebesar 57, net BC sama dengan tiga, dan Payback Period PBP sebesar 8 tahun 9 bulan. Berdasarkan analisis sensitivitas, dengan adanya peningkatan harga pupuk sebesar 32 usaha JUN UBH-KPWN Bogor masih layak dilanjutkan. Sementara manfaat ekonomi yang didapatkan berupa peningkatan pendapatan masyarakat petani JUN di Desa Cogreg dengan keberadaan kegiatan usaha JUN adalah Rp 163.041.600tahun dan di Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp 104.764.300tahun. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Aurora 2014 yang meneliti biaya dan manfaat perdagangan karbon bagi petani Gerakan Menabung Pohon yang berada Desa Neglasari, Kabupaten Purwakarta. Berdasarkan hasil analisis

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161