Net Present Value NPV

III KERANGKA PEMIKIRAN Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung merupakan salah satu desa yang menjalankan program GMP dari Pertamina Foundation dan program PHBM dari Perum Perhutani secara beriringan. Program kolaboratif GMP-PHBM menggunakan sumberdaya yang cukup besar untuk melakukan investasi demi tercapainya tujuan yang diinginkan oleh para stakeholders dan juga kebermanfaatan bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Manfaat program GMP sendiri terbagi dalam bidang ekonomi, sosial, dan ekologis. Penilaian kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui apakah proyek investasi tersebut berhasil atau tidak dalam mencapai manfaat yang diinginkan. Penilaian kelayakan usaha dilakukan dalam dua cara. Penilaian kelayakan secara finansial dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dilaksanakan dari program GMP menguntungkan bagi pihak-pihak yang menanamkan investasi, sementara penilaian kelayakan secara ekonomi untuk mengetahui apakah usaha yang dilaksanakan dari program GMP menguntungkan bagi masyarakat peserta program dan juga lingkungan kawasan pelaksanaan program ini. Perlu diketahui, program GMP sendiri menghabiskan 50 lebih total dana CSR yang dikelola oleh Pertamina Foundation Pertamina Foundation, 2012b, sehingga penilaian kelayakan usaha secara finansial dilakukan untuk mencegah terjadinya pemborosan sumberdaya yang dikeluarkan oleh Pertamina Foundation. Selain itu menurut ketua RPH Logawa, program ini diizinkan mengelola ruang sela lahan di kawasan hutan lindung Desa Warjabakti untuk mencegah kerugian lingkungan seperti kerusakan hutan dan pencurian tegakan hutan, serta memberdayakan masyarakat hutan untuk turut meningkatkan kesejahteraan sekitar melalui pengusahaan dan pengamanan hutan secara partisipatif. Berdasarkan hal tersebut, penilaian kelayakan usaha secara ekonomi dilakukan untuk mencegah kerugian yang timbul kepada masyarakat dan lingkungan, apabila dalam pelaksanaannya program GMP ternyata tidak mampu mengatasi kerugian tersebut. Efektivifitas dari program kolaboratif GMP-PHBM ini pun perlu dianalisis untuk menilai ketercapaian tujuan-tujuan tertentu yang dituju para stakeholders dan harapan-harapan yang diharapkan oleh peserta program pada saat awal program ini akan dilaksanakan. Analisis-analisis tersebut diharapkan dapat menjadi dasar bagi Pertamina Foundation, Perum Perhutani, maupun stakeholders lain dalam mengambil keputusan dan kebijakan terkait pengembangan dan keberlanjutan program kolaboratif GMP-PHBM ini. Langkah pertama penelitian ini adalah mengidentifikasi manfaat dan biaya baik yang bersifat privat maupun yang bersifat sosial dari program kolaboratif GMP-PHBM dengan mewawancarai key person melalui panduan kuesioner. Biaya dan manfaat yang bersifat privat digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha secara finansial menggunakan harga aktual atau harga pasar. Sementara biaya dan manfaat yang bersifat sosial digunakan untuk menganalisis kelayakan secara ekonomi menggunakan harga bayangan atau harga sosial. Biaya dan manfaat sosial usaha kehutanan dari program GMP-PHBM yang diperoleh tersebut kemudian dimoneterkan untuk menghitung kelayakan secara ekonomi dari program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti. Analisis kelayakan baik secara finansial maupun ekonomi ini menggunakan metode cost-benefit analysis dengan menggunakan kriteria NPV, Net BC ratio, dan IRR. Informasi dari evaluasi kelayakan program baik secara finansial maupun secara ekonomi ini kemudian dapat digunakan oleh pemerintah setempat, Perum Perhutani, dan Pertamina Foundation khususnya dalam pengelolaan hutan lindung bersama masyarakat hasil program kolaboratif GMP-PHBM yang berkelanjutan dan penentuan kebijakan terkait program kolaboratif tersebut yang efektif. Selain itu, dalam penelitian ini dilakukan pula analisis menggunakan alat analisis Importance Performance Analysis IPA. Metode IPA dapat menjelaskan hubungan antara tingkat kepentingan peserta program kolaboratif GMP-PHBM dengan tingkat kepuasan kinerja program kolaboratif GMP-PHBM ini di lapangan yang menghasilkan nilai kesesuaian harapan peserta program tersebut. Hal ini dilakukan untuk membentuk dasar pertimbangan keberlanjutan program kolaboratif ini yang sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Hal tersebut mengakibatkan pengelolaan dan pengembangan lot-lot di Desa Warjabakti yang merupakan bagian dari program GMP dapat terlaksana dengan baik ke depannya. Adapun skema pemikiran ditunjukkan pada Gambar 1.

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161