Ruang Lingkup Penelitian Analisis Kelayakan Dan Efektivitas Program Gerakan Menabung Pohon Melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus: Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung)

terdapat lagi beban biaya atau biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh salah satu pihak atau keduanya setelah bagi hasil. Sebaliknya, jika setelah bagi hasil dilaksanakan masih terdapat biaya-biaya yang perlu dikeluarkan, maka konsep tersebut dinamakan benefit sharing Affianto et al, 2005. Menurut pandangan ilmu ekonomi, pengusahaan hutan adalah usaha ekonomi. Usaha ekonomi dalam hal ini memiliki arti usaha untuk menghasilkan barang atau jasa untuk dikonsumsi masyarakat, sehingga usaha tersebut memiliki nilai ekonomi. Oleh sebab itu, kegiatan PHBM pun dapat dikategorikan sebagai usaha ekonomi. Selain menghasilkan kayu dan hasil hutan non kayu yang merupakan kepentingan Perum Perhutani, lahan PHBM juga diharapkan dapat menghasilkan hasil pertanian jangka pendek padi, jagung, palawija, dan lain sebagainya maupun hasil pertanian jangka panjang buah-buahan dan tanaman keras pada umumnya. Hasil-hasil pertanian tersebut merupakan kepentingan petani hutan dalam program PHBM. Lahan yang digunakan dalam program PHBM tersebut dapat juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan, seperti kegiatan ekowisata, pengelolaan sumber air minum, dan jasa lingkungan lainnya Affianto et al, 2005. Menurut Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani nomor 436KPTsDIR2011 tentang Pedoman Berbagi Hasil Hutan Kayu, berbagi adalah pembagian peran, hak, dan kewajiban, antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan dalam pemanfaatan lahan tanah dan atau ruang, waktu, dan pengelolaan kegiatan. Sementara itu, pihak yang berkepentingan stakeholders adalah pihak-pihak di luar Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan yang mempunyai perhatian dan berperan mendorong proses optimalisasi serta berkembangnya Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat yaitu pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga ekonomi masyarakat, lembaga sosial masyarakat, usaha swasta, lembaga pendidikan, dan lembaga donor. Menurut Noorvitastri dan Wijayanto 2003, mekanisme bagi hasil dalam kemitraan antara Perum Perhutani dengan masyarakat secara garis besar adalah sebagai berikut: I. Nilai bagi hasil kedua belah pihak, disajikan dalam Tabel 1 tentang mekanisme sharing. II. Hasil dari tanaman tumpang sari agroforestry diserahkan Perum Perhutani sepenuhnya kepada masyarakat desa hutan setempat Tabel 1 Mekanisme Sharing Perum Perhutani dengan Masyarakat Komoditas yang Diusahakan Perum Perhutani Masyarakat Desa Hutan Tanaman Hutan Jati 80 20 Tanaman Tahunan 20 80 Sumber: Noorvitastri dan Wijayanto 2003

2.5 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menurut Fauzi 2004, sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumberdaya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumberdaya dimanfaatkan dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumberdaya dan bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut seperti ikan, kayu, air, bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis market based, sehingga transaksi barang dan jasa tersebut dapat dilakukan. Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi. Selain itu, sumberdaya alam juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis, yang sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumberdaya. Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumberdaya melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut Fauzi 2004. Penetapan nilai ekonomi total maupun nilai ekonomi kerusakan lingkungan digunakan pendekatan harga pasar dan pendekatan non pasar. Pendekatan harga pasar dapat dilakukan melalui pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia human capital atau pendekatan nilai yang hilang

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161