Penilaian Efektivitas Pengelolaan DPL

memberikan dampak terhadap peningkatan kemampuan institusi setempat. Aturan pengelolaan DPL juga telah disiapkan, yang dituangkan dalam Keputusan Pemerintah Desa Blongko Nomor 042004AKD-DBXI99 tentang pelaksanaan Rencana Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut dan Pembangunan Sumberdaya Pesisir Wilayah Desa Blongko. Hak-hak dan kewajiban masyarakat telah diatur di dalam Peraturan Desa tersebut. Demikian juga sanksi bagi setiap pelanggaran sudah ditetapkan di dalam aturan pengelolaan.

b Penguatan SDM

Dampak program DPL Blongko terhadap pengembangan sumberdaya manusia dinilai dari ada tidaknya program pendampingan dan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat termasuk di dalamnya anggota badan pengelola. Bengen et al. 2003, menyebutkan bahwa program pendampingan extension officer di Desa Blongko berlangsung selama 2 tahun, yang dimulai sejak sosialisasi program pengelolaan pesisir sampai terbentuknya daerah perlindungan laut. Program pendampingan ini telah memberikan dampak bagi peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan pesisir bagi kelangsungan hidup mereka. Program pelatihan juga banyak dikembangkan untuk mendukung pengembangan sumberdaya pesisir di Desa Blongko. Program-program pelatihan dilakukan mulai pelatihan teknis sampai pelatihan yang bersifat umum. Pelatihan teknis seperti mantatow, pengukuran garis pantai, pengolahan ikan dan sebagainya. Pelatihan yang bersifat umum, seperti pelatihan pengelolaan pesisir secara terpadu.

c Hubungan dengan donor lain

Faktor lainnya yang juga mempengaruhi prospek keberlanjutan DPL adalah hubungan dengan pihak swasta dalam mengembangkan program-program pendukung dan hubungan dengan lembaga-lembaga donor lainnya. Keterlibatan pihak swasta diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, baik secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan program DPL. Demikian juga dengan hubungan dengan lembaga donor lainnya. Pembiayaan yang dilakukan oleh inisiator program pada saatnya akan berhenti, sehingga perlu sumber-sumber pendanaan lainnya. Dari kedua variabel di atas, baik keterkaitan swasta maupun dengan lembaga donor lainnya dalam pengembangan DPL Blongko belum ada. Ringkasan penilaian keberlanjutan Blongko disajikan pada Lampiran 5.

5.3.1.2 DPL Pulau Sebesi

1. Aspek ekologi dan lingkungan

a. Dampak terhadap perbabaikan kualitas terumbu karang

Secara konseptual daerah perlindungan laut bertujuan untuk melindungi sumberdaya laut melalui perlindungan kawasan terumbu karang dari berbagai kegiatan yang merusak terumbu karang. Oleh karena itu, dalam jangka panjang diharapkan terjadi peningkatan kualitas pesisir dan selanjutnya memberikan dampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Perbaikan kualitas ekosistem terumbu karang ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik lingkungan maupun terhadap sosial ekonomi masyarakat. Setelah pengelolaan daerah perlindungan laut berjalan kurang lebih 5 tahun 2002-2007, dampak dari program perlindungan laut terhadap perbaikan kualitas terumbu karang sudah menunjukkan kecenderungan yang meningkat, dilihat dari persen penutupan karang hidup. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, kualitas terumbu karang khususnya pada DPL 1-2 mengalami peningkatan dilihat dari persen penutupan karang keras. Peningkatan kualitas yang cukup signifikan terdapat di DPL 2 dan 3 sejak program DPL dimulai pada tahun 2002 sampai 2007. Tahun 2002 persen penutupan karang hidup di DPL 2 dan 3 adalah 17.41 dan 10.37 dan pada tahun 2007, persen penutupan di DPL 2 dan 3 menjadi 34.65 dan 32.09. Peningkatan kualitas terumbu karang juga terjadi di DPL 1 dari tahun 2002 yaitu 25.82 menjadi 52.98 pada tahun 2005. Namun pada tahun 2007 kualitas terumbu karang di DPL 1 ini mengalami penurunan menjadi 34.65. Penurunan kualitas terumbu karang terjadi di DPL 4, dimana pada tahun 2002 persen penutupan karang keras adalah 26.60 menurun menjadi 10.09 pada tahun 2007. Penurunan kualitas terumbu karang di DPL 4 ini diduga sebagai akibat badai yang terjadi pada tahun 2007, dimana bagian pantai dusun segenom mengalami pengangkatan. Dampak lainnya yang dikaji dari pengembangan DPL Sebesi terhadap perbaikan kualitas terumbu karang adalah dampak terhadap kegiatan penggunaan bom, sianida dan alat tangkap dasar. Ketiga kegiatan ini sebelum ditetapkannya DPL di sebagian perairan Pulau Sebesi cukup banyak dilakukan, baik oleh masyarakat dari Pulau Sebesi itu sendiri, maupun nelayan dari desa lainnya. Namun sejak ditetapkannya kawasan DPL di perairan Pulau Sebesi kegiatan tersebut berhenti sama sekali. Proses sosialisasi yang dilakukan pada masyarakat Pulau Sebesi tidak terlalu mengalami hambatan, karena mereka memiliki kesadaran akan pentingnya terumbu karang bagi kehidupan mereka. Namun sosialisasi yang dilakukan kepada nelayan dari luar Pulau Sebesi mengalami kesulitan atau perlawanan terhadap program ini. Namun lama-kelamaan mereka juga dapat menerima dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan masyarakat Pulau Sebesi.

b. Dampak terhadap kelimpahan sumberdaya ikan

Paramter yang dianalisis terkait dengan dampak pengembangan DPL terhadap ikan karang meliputi dampak terhadap kelimpahan ikan karang dan tekanan eksploitasi sumberdaya ikan karang. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiawan 2002 menunjukkan adanya hubungan antara kualitas terumbu karang dengan kelimpahan dan jumlah genus ikan karang yang terdapat di daerah perlindungan laut Pulau Sebesi. Artinya apabila program daerah perlindungan laut Pulau Sebesi mampu meningkatkan kualitas terumbu karang persen penutupan karang hidup, akan secara langsung juga akan meningkatkan kualitas sumberdaya ikan karang. Berdasarkan hasil pemantauan ikan karang yang dilakukan pada bulan Maret dan Oktober 2002 menunjukkan adanya peningkatan jumlah spesies dan jumlah genus pada beberapa lokasi daerah perlindungan laut. Demikian juga jumlah genus yang ditemukan terjadi peningkatan pada DPL 1, 2 dan 3. Hal ini berarti pengembangan daerah perlindungan laut memberikan dampak terhadap peningkatan sumberdaya ikan karang. Pengembangan daerah perlindungan laut juga secara nyata memberikan dampak terhadap penurunan aktivitas pemanfaatan ikan karang dengan menggunakan teknik yang merusak seperti bom dan sianida. Seperti diuraikan pada bagian dampak terhadap kualitas terumbu karang, kegiatan-kegiatan yang merusak terumbu karang juga secara tidak langsung mengganggu sumberdaya ikan. Aktivitas seperti penggunaan bom, sianida, dan alat tangkap dasar di DPL Sebesi sudah tidak dilakukan lagi sejak berdirinya DPL Pulau Sebesi. Hal ini menunjukkan adanya dampak positif pengembangan DPL terhadap penurunan tekanan sumberdaya ikan karang.

c. Dampak terhadap perbaikan lingkungan

Dampak pengembangan DPL terhadap perbaikan lingkungan ditinjau dari dua variabel yaitu ada tidaknya program perlindungan lingkungan dan eksploitasi terumbu karang. Program perbaikan lingkungan akan memberikan dampak positif bagi pengembangan DPL dan lingkungan secara umum di Pulau Sebesi. Program perbaikan lingkungan yang dikembangkan di DPL Sebesi adalah pengembangan terumbu buatan yang dibantu oleh Nihon University, Jepang. Selain itu, program transplantasi karang juga sudah mulai digalakkan oleh masyarakat Pulau Sebesi sebagai salah satu program pendukung pengembangan DPL Sebesi. Kegiatan eksploitasi karang yang merusak, seperti penambangan karang sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat. Sebelumnya tekanan terhadap eksploitasi karang banyak dilakukan untuk keperluan bahan bangunan dan jalan. Sejak pengembangan DPL, masyarakat telah menyadari bahwa kegiatan tersebut akan merugikan mereka. Dengan demikian dampak pengembangan DPL Pulau Sebesi memberikan dampak positif bagi perbaikan lingkungan pesisir Pulau Sebesi.

2. Aspek sosial ekonomi

a. Kesesuaian dengan aspek sosial ekonomi masyarakat setempat

Seperti umumnya masyarakat pulau-pulau kecil, kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Sebesi memiliki ketergantungan terhadap wilayah pesisir, khususnya ketergantungan sumberdaya alamnya. Sebagai masyarakat pulau- pulau kecil, kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat tergantung kepada keberlanjutan sumberdaya pesisir pulau ini. Oleh karena itu, pengembangan DPL sebagai salah upaya untuk menjaga kelangsungan sumberdaya terumbu karang dan ikan karang sangat sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Sebesi. Pengembangan DPL juga diharapkan dapat memberikan dampak terhadap pengembangan mata pencaharian alternatif. Usaha ini pernah dirintis khususnya usaha budidaya kerapu, namun tidak berkembang karena faktor teknis. Mata pencaharian alternatif yang saat ini dikembangkan adalah budidaya karang melalui kegiatan transplantasi karang. Hasil transplantasi karang ini diharapkan bisa menjadi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat.

b. Dampak terhadap peningkatan kesejahteraan

Meskipun tidak ada data statistik yang menunjukkan kenaikan pendapatan masyarakat dari sebelum dan sesudah adanya program pengelolaan daerah perlindungan laut Pulau Sebesi. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, terlihat adanya dampak positif yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat. Hal-hal tersebut yang memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat adalah sejak adanya DPL Pulau Sebesi, Pulau Sebesi sering dikunjungi orang luar baik untuk melihat ekosistem terumbu karang maupun untuk melakukan studi banding terhadap pengelolaan DPL Pulau Sebesi. Demikian juga, kawasan DPL menjadi objek penelitian oleh mahasiswa dari strata S1 sampai S3. Hal ini secara tidak langsung memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat seperti peningkatan penggunaan transportasi laut, sewa menyewa penginapan, penyediaan konsumsi oleh masyarakat pulau dan sebagainya.

c. Dampak terhadap pengembangan usaha lain

Selain itu, pengembangan daerah perlindungan laut Pulau Sebesi juga memberikan peluang bagi pengembangan usaha alternatif. Di dalam konsep pengembangan dan pengelolaan daerah perlindungan laut diharapkan dapat memberikan dampak terhadap pengembangan usaha-usaha alternatif yang sifatnya sinergis. Dalam konteks pengembangan daerah perlindungan laut Pulau Sebesi, pengembangan usaha yang cukup relevan adalah pengembangan daerah wisata bahari. Hal ini memungkinkan karena Pulau Sebesi terletak di sekitar Gunung Krakatau. Apabila program daerah perlindungan laut ini berhasil dalam hal pemeliharaan dan peningkatan kualitas terumbu karang, maka Pulau Sebesi akan menjadi lokasi kunjungan wisata bahari khususnya wisata selam. Mengingat kondisi terumbu karang di sekitar Selat Sunda pada umumnya telah mengalami kerusakan.

d. Introduksi teknologi

Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa introduksi teknologi ramah lingkungan akan mendukung keberlanjutan pengembangan DPL Pulau Sebesi