Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi

69 Sikam Salamban dan Sikam Muahi merupakan organisasi sosial yang beranggotakan beberapa keluarga guna menghimpun dana untuk digunakan oleh anggota yang tertimpa musibah seperti sakit, meninggal dunia dan keperluan hajatan. Risma merupakan perkumpulan pemuda yang berbasis masjid, organisasi ini berada di tiap-tiap masjid tiap dusun. Risma melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hari- hari besar umat Islam, seperti peringatan Isra’ Mi’raj, Maulud Nabi, kegiatan Bulan Ramadhan dan beberapa kegiatan lainnya. 4 Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian merupakan pemanfaatan yang dominan di Pulau Sebesi, yaitu seluas 1 600 ha atau sekitar 61.47 dari total luas daratan Pulau Sebesi. Lahan pertanian dan perkebunan terbentang dari mulai pantai sampai ke dataran tinggi Pulau Sebesi. Lahan sawah hanya sekitar 10 Ha atau 0.38, yang merupakan sawah tadah hujan. Pemanfaatan lahan lainnya adalah sebagai lahan hutan yang memiliki areal seluas 922 ha atau sekitar 35.42. Hutan ini berada di lereng Gunung Sebesi mulai dari ketinggian 535 sampai dengan 845 meter di atas permukaan laut. Permukiman penduduk menempati lahan dengan luas 70 ha atau sekitar 2.69 yang tersebar disepanjang pantai. Daerah permukiman ini tersebar di 4 dusun. Pemanfaatan lahan lainnya adalah untuk fasilitas umum dengan luas total 7 ha atau sekitar 0.27. 5 Perekonomian Desa Kegiatan perekonomian utama penduduk Desa Tejang Pulau Sebesi adalah pertanianperkebunan, perikanan, peternakan dan perkebunan. Pemanfaatan lahan Pulau Sebesi untuk pertanian dan perkebunan merupakan yang terluas, yaitu mencapai 65. Tanaman yang mendominasi perkebunan dan pertanian Pulau Sebesi adalah kelapa Cocos nucifera, cengkeh Eugenia aromatica, pisang Musa paradisiaca, dan padi Oryzasativa. Juga terdapat tanaman lainnya seperti terung, kacang hijau, cabai merah, bayam, melinjo, kakao, jagung, timun, dan nilam. Namun tanaman ini belum dikelola secara intensif dan bukan hasil utama pertanian. Lahan yang dipakai untuk menanam padi merupakan sawah tadah hujan sedangkan untuk menanam pisang dan sebagian cengkeh merupakan tumpang sari dengan tanaman kelapa. Sawah yang tidak ditanami padi akan ditanami tanaman pertanian lainnya atau sayuran. 70 Hasil pertanian dan perkebunan yang berupa kelapa, pisang, melinjo, padi, jagung, dan timun dijual pada pengumpul yang ada di Pulau Sebesi. Hasil cengkeh, kopi dan coklat dijual langsung kepada pembeli yang ada di luar Pulau Sebesi, sedangkan untuk hasil pertanian dan perkebunan yang berupa nilam dijual pada pemberi modal melalui koperasi. Hasil Survei pada tahun 1998 produksi kelapa mencapai 1 302 ton atau 977 ton kopra dan produksi cengkeh mencapai 732.8 ton. Kegiatan perikanan utama Pulau Sebesi adalah perikanan tangkap. Jenis tangkapan utama adalah ikan Tenggiri Scombero-morus sp., Selar Caranx sp., Tengkurungan Clupea sp., Kurisi Holocentrum sp., Simba Caranx sp., Tanjan Clupea sp., Tambak Lutjanus sp., Kakap MerahLutjanus sp., Banyar Rastrelliger sp., Cumi-cumi, dan ikan-ikan karang. Saat nelayan yang ada di Pulau Sebesi sekitar 100 orang yang tersebar di seluruh dusun Pulau Sebesi. Alat tangkap yang dipakai nelayan adalah adalah pancing kotrek, pancing rawe, dan bubu. Nelayan yang menggunakan alat pancing memakai perahu jukung dengan motor tempel gantar 5.5 PK dengan operasi penangkapan mulai dari pagi sampai siang. Daerah penangkapan ikan berada di sekitar tendak rumpon yang di pasang di sekitar Pulau Sebesi, nelayan pancing membuat tendak yang terbuat dari daun kelapa dengan pemberat pasir dan pelampung yang kemudian ditempatkan pada lokasi yang mereka inginkan untuk jadi tempat pemancingan. Nelayan yang menggunakan bubu biasanya memasang bubu pada sore hari atau malam hari kemudian diangkat pada pagi hari untuk diambil ikannya.

4.2.3 Area Perlindungan Laut Pulau Harapan

1 Kependudukan Data demografi Kelurahan Pulau Harapan pada akhir Bulan November tahun 2005 menunjukkan jumlah penduduk sebanyak 468 Kepala Keluarga KK dengan jumlah jiwa 1 951 jiwa. Berdasarkan kelompok umurnya, sebagian besar penduduk Kelurahan Pulau Harapan berada pada usia produktif 15-64 tahun yaitu sebanyak 1288 jiwa 66.02, kemudian usia muda 0-14 tahun yaitu sebanyak 625 jiwa 32.03 dan usia tua 65 tahun ke atas yaitu sebanyak 38 jiwa 1.95. Dengan memperhatikan kelompok umur tersebut, maka diperoleh rasio beban tanggungan sebesar 52 yang berarti dari 100 jiwa usia produktif 15-4 71 tahun harus menanggung 52 jiwa usia tidak produktif 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. 2 Mata Pencaharian Mata pencaharian adalah bidang kegiatan dari usaha atau perusahaan dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Pulau Harapan meliputi sektor bidang kegiatan perikanan, perdagangan, PNS dan ABRI, karyawanburuh, jasa, dan lain-lain. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Pulau Harapan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan 469 jiwa atau 64.16 . Peluang usaha yang ada di wilayah Kelurahan Pulau Harapan umumnya berkaitan dengan sektor perikanan, seperti penyewaan kapal nelayan bagi orang luar yang memerlukannya untuk kegiatan survei, penelitian atau wisata. Peluang usaha yang banyak dimanfaatkan oleh para ibu-ibu atau perempuan di Kelurahan Pulau Harapan adalah ikan asin dan kerupuk ikan. Para wanita ini juga sekaligus menjual hasil olahan tersebut kepada para pendatang atau wisatawan yang berkunjung ke Pulau Harapan. 3 Aktivitas Perekonomian Aktivitas perikanan tangkap merupakan mata pencaharian utama penduduk di Pulau Harapan. Kondisi ini menyebabkan besarnya ketergantungan terhadap sumberdaya perairan, termasuk ekosistem terumbu karang. Nelayan adalah orang yang memiliki mata pencaharian menangkap ikan di laut atau perairan lainnya. Perahu merupakan bagian yang sangat penting dalam melakukan usaha penangkapan. Perahu yang digunakan oleh nelayan terdiri dari kapal motor, perahu motor dan perahu layar. Nelayan perikanan tangkap yang ada di Kelurahan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu pada umumnya merupakan nelayan tradisional dan merupakan pekerjaan yang diwarisi secara turun-temurun. Nelayan perikanan tangkap di Kelurahan Pulau Harapan menggunakan berbagai jenis alat tangkap yang disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap, kekuatan perahu dan cuaca. Jenis alat tangkap yang digunakan antara lain pancing, payang, muroami dan bubu. Jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Kelurahan Pulau Harapan adalah bubu. 72 Kegiatan perikanan budidaya yang berkembang di Kelurahan Pulau Harapan yaitu budidaya laut yang berupa budidaya rumput laut, jaring tancap keraputeripang dan keramba apung kerapu. Jumlah pengusaha budidaya laut di Kelurahan Pulau Harapan sebanyak 31 orang yang terdiri dari budidaya rumput laut 25 orang, jaring tancap keraputeripang 5 orang dan jaring apung kerapu 1 orang.

4.3 Estimasi Nilai Ekonomi Sumberdaya Pesisir

4.3.1 Estimasi Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove

Estimasi nilai ekonomi ekosistem alami dalam konteks pelestarian ekosistem dan lingkungan wilayah pesisir merupakan salah satu upaya untuk mengimbangi permintaan pasar terhadap sumberdaya alam secara tidak terkendali, tidak rasional dan cenderung merusak, bahkan cenderung menilai terlalu rendah underestimate sumberdaya alam tersebut. Dengan demikian, estimasi terhadap nilai ekonomi ekosistem alamiah dapat dijadikan justifikasi dari upaya pelestarian dan perlindungan ekosistem. Potensi ekonomi mangrove dapat diduga melalui teknik valuasi ekonomi sumberdaya alam natural resource economical valuation. Valuasi ekonomi atau nilai ekonomi dari suatu sumberdaya alam terdiri atas dua jenis, yaitu nilai kegunaan atau nilai pemanfaatan use values dan nilai non-kegunaan non-use values . Nilai kegunaan merupakan nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan aktual berupa barang dan jasa, dan mempunyai dua komponen, yaitu nilai kegunaan langsung direct use values dan nilai kegunaan tidak langsung indirect use values . Ikan atau kepiting, hasil kayu dari mangrove merupakan contoh nilai kegunaan langsung, sementara nilai mangrove sebagai tempat asuhan biota laut atau fungsi mangrove sebagai pencegah banjir dan pencegah intrusi air laut merupakan nilai kegunaan tidak langsung. Nilai non-kegunaan merupakan nilai sumberdaya alam yang tidak terkait dengan pemanfaatan aktual barang dan jasa dari sumberdaya alam tersebut. Nilai non-kegunaan ini memang bersifat lebih sulit diukur less tangible. Komponen yang termasuk nilai non-kegunaan ini menurut Fauzi 2000 adalah nilai keberadaan existence values, nilai pewarisan bequest values dan nilai adanya pilihan option values. Nilai keberadaan merupakan nilai yang diberikan masyarakat atas keberadaan sumberdaya tersebut 73 walaupun masyarakat itu tidak memanfaatkan atau melihatnya. Nilai ini disebut juga nilai intrinsik sumberdaya alam. Nilai total ekonomi mangrove adalah penjumlahan berbagai komponen nilai tersebut di atas dikurangi biaya untuk pemanfaatan dan pemeliharaan keberadaan mangrove tersebut. Nilai ekonomi ekosistem mangrove di wilayah Desa Blongko dan Pulau Sebesi diestimasi dengan menggunakan metode alih manfaat benefit transfer method dari ekosistem di lokasi yang dianalogikan memiliki kondisi alamnya sejenis dengan kondisi biofisik kawasan di Desa Blongko dan Pulau Sebesi, yaitu hasil perhitungan nilai ekonomi ekosistem pesisir dan lautan di Selat Malaka dan Segara Anakan. Asumsi tersebut didasarkan pada : 1 Kawasan Selat Malaka dan Segara Anakan diperkirakan memiliki karakteristik biofisik yang relatif sama dengan pantai Desa Blongko dan Pulau Sebesi. 2 Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomi yang relatif sama, seperti untuk wisata dan penangkapan ikan. Estimasi manfaat dan biaya dari ekosistem hutan mangrove di Selat Malaka seperti dikemukakan Kusumastanto 1998 dalam Pertamina 1998. Manfaat ekonomi yang sesuai dengan manfaat ekonomi ekosistem mangrove di Kawasan Segara Anakan sesuai kajian Paryono et al 1999 dengan asumsi estimasi manfaat langsung ekosistem hasil kajian Paryono et al dikurangi beberapa item yang tidak ditemui di Desa Blongko dan Pulau Sebesi. Dengan demikian diperoleh estimasi manfaat ekosistem mangrove di Desa Blongko sebesar US 1 154.44hatahun dengan perincian : 1 Manfaat langsung sebesar US 48.24hatahun. 2 Manfaat tidak langsung pelindung pantai sebesar US 730.54hatahun Kusumastanto 1998 dalam Pertamina1998. 3 Manfaat pilihan sebesar US 15.09hatahun Ruitenbeek 1991. 4 Manfaat eksistensi sebesar US 360.57hatahun Paryono et al. 1999. Nilai ekonomi ekosistem mangrove di Desa Blongko yang luasnya 49,81 ha dengan menggunakan perhitungan statis diperoleh nilai sebesar US 56 149.82. Apabila menggunakan perhitungan secara dinamis dalam rentang waktu 20 tahun