Dampak terhadap peningkatan kesejahteraan

dilakukan hanya beberapa kali, sehingga dirasakan oleh masyarakat penguatan SDM masih rendah.

c. Hubungan dengan donor lain

Berbeda dengan DPL yang diinisiasi oleh lembaga-lembaga non pemerintah, program APL Pulau Harapan yang diinisiasi oleh pemerintah daerah ini tidak memiliki hubungan dengan lembaga donor lainnya. Padahal, banyak lembaga-lembaga lain yang memiliki prospek memberikan bantaun bagi pengembangan APL ini khususnya lembaga-lembaga swasta yang bergerak dalam bidang pariwisata. Lembaga-lembaga ini memiliki kepentingan terhadap perlindungan ekosistem terumbu karang yang merupakan objek wisata bahari yang diandalkan di kawasan Kepulauan Seribu. Ringkasan penilaian keberlanjutan APL Pulau Harapan disajikan pada Lampiran 7.

5.3.2 Indeks Keberlajutan Pengembangan DPL

Hasil penentuan skor untuk setiap atribut dari aspek ekologi dan lingkungan, sosial ekonomi dan budaya, kebijakan setempat dan kelembagaan seperti disajikan pada Tabel 17 sebelumnya, yang kemudian diolah dengan metode Rapsmile Rapid Apraisal of Small Island Development menunjukkan bahwa ketiga program Daerah Perlindungan Laut memiliki prospek kebelanjutan yang berbeda-beda, sebagai mana ditunjukkan oleh Indeks Keberlanjutan DPL IB-DPL. Seperti yang disajikan pada Tabel 18 dibawah IB-DPL tertinggi dimiliki oleh DPL Pulau Sebesi, yaitu 72.41 pada skala keberlanjutan 0-100. DPL Desa Blongko memiliki nilai IB-DPL sebesar 63.83. Adapun APL Pulau Harapan memiliki Indeks Keberlanjutan sebesar 36.30. Hasil penilaian terhadap 32 atribut yang terdiri dari 4 aspek atau dimensi, yaitu aspek ekologi dan lingkungan, sosial ekonomi dan budaya, kebijakan setempat, dan kelembagaan memperlihatkan bahwa Program DPL Pulau Sebesi dan DPL Desa Blongko memiliki prospek keberlajutan yang sedang 50.01-75.00 berdasarkan kelas keberlanjutan yang dimodifikasi dari Susilo 2003. Hasil analisis keberlanjutan ketiga DPL disajikan pada Gambar 10.