66
3 Lamun
Ekosistem padang lamun di Pulau Harapan terdapat di perairan sebelah utara dan selatan. Meskipun menempati kawasan yang cukup luas, namun jenis
lamun yang ada hanya terdiri dari dua spesies, yaitu jenis Enhalus sp. dan Thalasia
sp. Ekosistem lamun ini merupakan salah satu ekosistem penting dari
ekosistem pesisir yang ada di Pulau Harapan. 4.2
Karakteristik Sosial Ekonomi dan Budaya 4.2.1 Daerah Perlindungan Laut Desa Blongko
1 Sejarah Desa dan Kependudukan
Desa Blongko merupakan hasil pemekaran Desa Boyong Pante, hingga tahun 1991 Blongko masih merupakan bagian adminitrasi Desa Boyong Pante.
Nama Blongko memiliki dua makna, yaitu 1 Belanga Goreng wajan tempat penggorengan, karena daratan desa ini bila dilihat dari ketinggian tampak seperti
belanga goreng, 2 Mati berjongkok, yang berasal dari cerita bahwa pernah ada orang yang mencuri kelapa, lalu jatuh dan mati dalam kondisi berjongkok
Kasmidi 1998. Sejarah kependudukan desa ini dimulai kurang lebih sekitar tahun 1924, yaitu sejak berdirinya perusahaan perkebunan kelapa milik Belanda
dan membuka pemukiman di Desa Blongko. Sebagian besar penduduk Desa Blongko merupakan penduduk pendatang, yang umumnya berasal dari Sangir
69, Minahasa 19 dan Bolaang Mongondow 2 Kussoy et al. 1999. Orang-orang tersebut memilih datang ke Desa Blongko karena di desa tersebut
masih tersedia lahan untuk pertanian, masih bisa menangkap ikan di laut atau bekerja di perusahaan perkebunan kelapa. Suku atau etnis yang ada di Desa
Blongko adalah Sangir, Minahasa, Bolaang Mongondow, Siau, Talaud, Sangir- Minahasa, Gorontalo, Buton, Bugis, Sangir-Siau, Jawa-Manado, dan Bantik.
2 Mata Pencaharian
Berdasarkan Data dari Profil Desa Blongko mata pencaharian penduduk di desa ini adalah 38 dikategorikan bekerja pada subsektor Pertanian Tanaman
Pangan, 13.3 bekerja pada subsektor Perkebunan, 1.6 bekerja pada subsektor Peternakan, 11.4 bekerja pada subsektor Perikanan, dan 4.0 bekerja pada
subsektor JasaPerdagangan termasuk guru, pegawai negeri, pensiunan, pegawai
67
BUMN, warung dan kios. Jumlah angkatan kerja yang ada di desa sebesar 748 jiwa
Kegiatan pertanian merupakan kegiatan penting dalam kegiatan produktif Desa Blongko diikuti oleh kegiatan perikanan dan mengumpulkan hasil laut.
Jenis tanaman yang paling banyak ditanam oleh masyarakat adalah jagung, diikuti oleh kelapa, kemudian padi, sayuran, ubi, cabe, dan lain-lain. Penangkapan ikan
memainkan peranan penting untuk kegiatan produktif di Desa Blongko seperti desa-desa pesisir lainnya. Pantai yang berada di depan pemukiman masyarakat
dijajari dengan perahu nelayan, jaring yang bergelantungan untuk dibersihkan atau diperbaiki dan orang-orang yang berjualan ikan, hal ini merupakan
pemandangan umum yang dapat dilihat di desa ini Sepanjang hari dapat dilihat perahu yang datang dan pergi di sekitar pantai desa. Sekitar 16 jenis alat
penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Desa Blongko, yaitu: pancing, panahjubi, tali senar, soma pajeko, jaring, dodango, soma rarape, soma dampar,
giop, tali cakalang, soma landra, soma paka-paka, soma bodo, pancing bonceng, koreng, tali madidihang
. Alat penangkapan yang paling banyak dipakai adalah pancing yang digunakan baik dengan menggunakan perahu atau hanya berdiri di
tepi pantaiterumbu karang Bappeda Kabupaten Minahasa 1999.
4.2.2 Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi
1 Kependudukan
Penduduk pulau sebesi pada awalnya merupakan pendatang yang bekerja sebagai buruh di kebun kelapa yang dimiliki oleh tuan tanah, para buruh tersebut
berdatangan ke Pulau Sebesi sejak 1913. Lama kelamaan buruh tersebut membentuk beberapa keluarga yang kemudian berkumpul membentuk sebuah
kelompok. Penduduk Pulau Sebesi berjumlah 471 kepala keluarga atau 2 015 jiwa. Jumlah ini belum termasuk satu RT yaitu RT 12 Dano yangterletak di
lereng Gunung Sebesi pada ketinggian sekitar 525 meter diatas permukaan laut. Penduduk Dano sebagian besar merupakan penduduk tidak tetap, mereka
kebanyakan buruh kelapa dan mempunyai tempat tinggal di luar Pulau Sebesi. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan seimbang, yaitu 1 011
laki-laki dan 1 004 perempuan dengan sex ratio 99. Persentase terbanyak penduduk merupakan penduduk yang berumur 19 sampai 59 tahun yaitu mencapai
68
52.6 1 059 jiwa. Gambaran penduduk secara keseluruhan untuk setiap dusun dapat dilihat pada grafik. Sebanyak 1659 dari penduduk usia sekolah sampai
lanjut usia telah berpendidikan minimal sekolah dasar. Persentase warga yangberpendidikan SD sebesar 78.7 1 305 jiwa, Sekolah Menengah Pertama
sebesar 15.8 262 jiwa, Sekolah Menengah Atas sebesar 5 83 jiwa, dan perguruan tinggi sebesar 0.5 9 jiwa.
2 Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama penduduk Pulau Sebesi terdiri dari pertanianperkebunan dan perikanan nelayan. Untuk mata pencaharian sebagai
petaniperkebunan, penduduk di pulau ini mengandalkan hasil dari kelapa yang diolah menjadi kopra. Hasil perkebunan lainnya adalah kakao. Sementara itu,
penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan umumnya adalah nelayan pancing dan bubu. Dua jenis usaha perikanan yang sangat ramah lingkungan.
Berdasarkan data terakhir, profesi penduduk sebagai buruh merupakan yang persentasi tertinggi yaitu mencapai 57 365 jiwa. Sedangkan penduduk yang
mempunyai pekerjaan selain buruh yaitu petani sebesar 17.2 110 jiwa, nelayan 16.7 107 jiwa, pedagang sebesar 1.4 9 jiwa, wiraswasta 6.6 42 jiwa,
dan Pegawai negeri 1.1 7 jiwa.
3 Kelembagaan Masyarakat
Kelembagaan masyarakat yang terdapat di Pulau Sebesi terdiri dari lembaga formal dan non formal. Lembaga formal adalah Rukun Nelayan, Karang
Taruna, Koperasi Tani dan Nelayan, dan Seksi Keamanan Laut, sedangkan lembaga nonformal adalah Sikam Salamban, Sikam Muahi, dan Risma. Rukun
Nelayan Mina Bahari Pulau Sebesi merupakan organisasi nelayan yang beranggotakan sekitar 100 orang nelayan. Organisasi ini merupakan organisasi
yang melakukan pembinaan akan arti penting lingkungan dan wadah aspirasi bagi anggotanya. Karang Taruna merupakan organisasi pemuda yang ada di Desa
Tejang Pulau Sebesi. Seksi Keamanan Laut merupakan organisasi yang dibentuk oleh desa di tiap-tiap dusun pada tahun 1999 atas dasar kesadaran masyarakat
akan arti pentingnya penjagaan lingkungan dari pengrusakan. Organisasi ini bertugas untuk menjaga laut dari pengrusakan lingkungan yang dilakukan oleh
nelayan luar atau pun nelayan Pulau Sebesi.
69
Sikam Salamban dan Sikam Muahi merupakan organisasi sosial yang beranggotakan beberapa keluarga guna menghimpun dana untuk digunakan oleh
anggota yang tertimpa musibah seperti sakit, meninggal dunia dan keperluan hajatan. Risma merupakan perkumpulan pemuda yang berbasis masjid, organisasi
ini berada di tiap-tiap masjid tiap dusun. Risma melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hari-
hari besar umat Islam, seperti peringatan Isra’ Mi’raj, Maulud Nabi, kegiatan Bulan Ramadhan dan beberapa kegiatan lainnya.
4 Pemanfaatan Lahan
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian merupakan pemanfaatan yang dominan di Pulau Sebesi, yaitu seluas 1 600 ha atau sekitar 61.47 dari total luas
daratan Pulau Sebesi. Lahan pertanian dan perkebunan terbentang dari mulai pantai sampai ke dataran tinggi Pulau Sebesi. Lahan sawah hanya sekitar 10 Ha
atau 0.38, yang merupakan sawah tadah hujan. Pemanfaatan lahan lainnya adalah sebagai lahan hutan yang memiliki areal seluas 922 ha atau sekitar 35.42.
Hutan ini berada di lereng Gunung Sebesi mulai dari ketinggian 535 sampai dengan 845 meter di atas permukaan laut. Permukiman penduduk menempati
lahan dengan luas 70 ha atau sekitar 2.69 yang tersebar disepanjang pantai. Daerah permukiman ini tersebar di 4 dusun. Pemanfaatan lahan lainnya adalah
untuk fasilitas umum dengan luas total 7 ha atau sekitar 0.27.
5 Perekonomian Desa
Kegiatan perekonomian utama penduduk Desa Tejang Pulau Sebesi adalah pertanianperkebunan, perikanan, peternakan dan perkebunan. Pemanfaatan lahan
Pulau Sebesi untuk pertanian dan perkebunan merupakan yang terluas, yaitu mencapai 65. Tanaman yang mendominasi perkebunan dan pertanian Pulau
Sebesi adalah kelapa Cocos nucifera, cengkeh Eugenia aromatica, pisang Musa paradisiaca, dan padi Oryzasativa. Juga terdapat tanaman lainnya
seperti terung, kacang hijau, cabai merah, bayam, melinjo, kakao, jagung, timun, dan nilam. Namun tanaman ini belum dikelola secara intensif dan bukan hasil
utama pertanian. Lahan yang dipakai untuk menanam padi merupakan sawah tadah hujan sedangkan untuk menanam pisang dan sebagian cengkeh merupakan
tumpang sari dengan tanaman kelapa. Sawah yang tidak ditanami padi akan ditanami tanaman pertanian lainnya atau sayuran.