Partisipasi Efektifitas dan keberlanjutan pengelolaan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat (DPL-BM) (kasus DPL-BM Blongko, Minahasa Selatan, DPL-BM Pulau Sebesi, Lampung Selatan, dan DPL-BM pulau harapan, kepulauan seribu)
dimana nilai IB-DPL kurang dari 50 pada skala 0-100. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian bagi inisiator program, jika ingin program ini terus berlanjut.
Untuk program DPL Desa Blongko dan Pulau Sebesi juga perlu dikaji lebih lanjut, aspek apa saja yang belum berkelanjutan dari pengembangan DPL di
dua lokasi ini. Pada Gambar 11 berikut disajikan posisi keberlajutan program DPL yang diteliti berdasarkan empat dimensi atau aspek, yaitu aspek ekologi dan
lingkungan, sosial ekonomi budaya, kebijakan setempat dan kelembagaan.
Gambar 11. Posisi keberlanjutan pengembangan program DPL Desa Blongko, Pulau Sebesi dan Pulau Harapan untuk aspek ekologi dan
lingkungan Hasil penilaian Indeks Keberlanjutan Pengembangan Tiga DPL yang
diteliti sebagaimana disajikan pada Gambar 11 menunjukkan bahwa IB-DPL ditinjau dari aspek ekologi dan lingkungan untuk DPL Blongko dan Pulau Sebesi
sudah mencapai kategori tinggi, yaitu di atas nilai 75.00 pada skala 0-100.00. Nilai IB-DPL yang sangat tinggi dari aspek ekologi dan lingkungan pada program
DPL Pulau Sebesi, yaitu mencapai 87.74. Nilai IB-DPL Desa Blongko juga
Good Bad
Up
Down -60
-40 -20
20 40
60
20 40
60 80
100 120
Su mb
u Y
Setel ah
D ir
o tasi
Sumbu X Setelah Dirotasi: Skala Keberlanjutan
Ordinasi Aspek Ekologi dan Lingkungan
DPL yang Diteliti Titik Referensi
Utama
Titik Referensi Tambahan
APL Harapan
DPL Blongko
DPL Sebesi
cukup tinggi, yaitu 83.28. Nilai IB-DPL terendah terdapat pada APL Pulau Harapan. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperlihatkan dari setiap atribut yang
sudah dijelaskan, dimana DPL Pulau Sebesi dan DPL Blongko memiliki nilai yang cenderung maksimum dibandingkan dengan program APL Pulau Harapan.
Dari hasil analisis leverage atribut diketahui bahwa atribut yang paling berpengaruh terhadap keberlanjutan ditinjau dari aspek ekologi dan lingkungan
adalah kualitas ikan karang, kualitas terumbu karang, penggunaan alat tangkap destruktif seperti sianida dan alat tangkap dasar. Keempat atribut inilah yang
mempengaruhi prospek keberlanjutan pengembangan daerah perlindungan laut.
Gambar 12. Peran masing-masing atribut keberlanjutan aspek ekologi dan lingkungan yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS.
Dimensi sosial ekonomi dan budaya memiliki nilai IB-DPL yang terendah jika dibandingkan dengan nilai IB-DPL tiga dimensi lainnya. APL Pulau Harapan
memiliki nilai IB-DPL yang sangat rendah, yaitu kurang dari 50 24.62. DPL Blongko dan Pulau Sebesi masih memiliki nilai IB-DPL yang lebih baik dari APL
Pulau Harapan, yaitu masing-masing 54.28 dan 65.18 seperti yang disajikan pada Gambar 13. Namun jika dibandingkan dengan nilai IB-DPL untuk aspek ekologi
dan lingkungan masih jauh lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dampak
2 4
6 8
10 Kualitas Terumbu Karang
Penggunaan Bom Penggunaan Cyanida
Penggunaan Alat Tangkap Dasar Kualitas Ikan Karang
Tekanan Eksploitasi Ikan Karang Program Perlindungan Sumberdaya
Eksploitasi Karang
Perubahan Root Mean Square Change RMS jika satu atribut yang bersangkutan dihilangkan
A ttr
ib u
te
Analisis Leverage Aspek Ekologi dan Lingkungan