DPL Pulau Sebesi Estimasi Nilai Ekonomi Sumberdaya Pesisir

5.3 Evaluasi Keberlanjutan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut

Seperti diuraikan dalam Bab 3 Metodologi Penelitian terdapat 12 parameter yang mempengaruhi keberlanjutan pengembangan daerah perlindungan laut. Parameter tersebut adalah: 1 dampak terhadap peningkatan kualitas terumbu karang; 2 dampak terhadap peningkatan sumberdaya ikan; 3 dampak terhadap perbaikan lingkungan; 4 kesesuaian dengan aspek sosial ekonomi masyarakat setempat; 5 dampak terhadap perbaikan ekonomi masyarakat; 6 dampak terhadap pengembangan usaha lain; 7 kesesuaian dengan kebijakan setempat; 8 komitmen pemerintah setempat dan institusi lainnya; 9 partisipasi dari stakeholder utama; 10 peningkatan kapasitas institusi setempat; 11 penguatan kapasitas sumberdaya manusia; dan 12 hubungan dengan sumber pendanaan lainnya Modifikasi dari Bengen et al. 2002. Keduabelas parameter tersebut lebih lanjut dijabarkan menjadi 32 atribut seperti disajikan pada Tabel 17. Nilai skor dari setiap atribut berkisar antara 0 sampai 3. Nilai 0 menunjukkan bahwa dampak dari program DPL terhadap atribut tersebut sangat rendah atau bahkan memberikan dampak yang negatif. Sebaliknya, nilai 3 menunjukkan bahwa dampak dari program DPL terhadap atribut tersebut cukup besar. Dari 32 atribut tersebut, tidak semua atribut memiliki nilai skoring dari 0 sampai 3, tetapi ada beberapa atribut yang hanya memiliki dua atau tiga nilai skor saja, yaitu 0 dan 1, atau 0, 1 dan 2. Penentuan nilai skoring tersebut didasarkan pada banyaknya faktor-faktor yang berkaitan dengan setiap atribut. Semakin banyak faktor-faktor yang terkait dengan suatu atribut, maka pemberian nilai skoring semakin beragam 0-3, demikian sebaliknya Lampiran 3. Dalam pengolahan data-data skoring dengan menggunakan Rapsmile, maka ditentukan nilai baik dan nilai buruk dari setiap atribut. Pada Tabel 17, terlihat bahwa nilai setiap atribut untuk masing-masing DPLAPL lokasi berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa dampak pengembangan DPL di setiap lokasi memiliki pengaruh yang berbeda. Tabel 17. Nilai skor atribut keberlanjutan pengembangan DPL Desa Blongko, DPL Pulau Sebesi dan APL Pulau Harapan. Atribut Lokasi Kategori Blongko Sebesi Harapan Baik Buruk

A. Ekologi dan Lingkungan

Perbaikan terumbu karang 2 3 Penurunan tekanan penggunaan bom 3 3 2 3 Penurunan tekanan penggunaan sianida 3 3 2 3 Penurunan tekanan penggunaan alat tangkap dasar 3 3 2 3 Peningkatan keragaman ikan karang 1 2 1 3 Penurunan tekanan terhadap eksploitasi ikan karang 3 3 2 3 Program perlindungan sumberdaya 3 3 1 3 Eksploitasi karang 3 3 2 3

B. Sosial Ekonomi dan Budaya

Kesesuaian DPL dengan kondisi sosial ekonomi 3 3 3 3 Kaitannya dengan mata pencaharian 2 2 2 3 Kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat 2 2 1 2 Penyerapan tenaga kerja 1 Multiplier efek 1 1 1 Kegiatan lain yang mendukung DPL 1 2 2 Upaya pengembangan mata pencaharian alternatif 2 Introduksi Teknologi 1 2

C. Kebijakan Setempat

Kesesuaian dengan aturan setempat 1 1 1 2 Legalitas 2 2 2 Dukungan Perda 1 1 Ada aturan khusus yang mendukung 2 2 1 2 Dukungan pemerintah daerah 1 2 1 2 Internalisasi Program DPL 1 1 2 Dukungan LSMorganisasi lain 1 2 2 Partisipasi masyarakat 2 2 1 3

D. Kelembagaan

Ketersediaan Perengkat Pengelola 2 2 2 2 Aturan Pengelolaan DPL 2 2 2 2 Monitoring dan Evaluasi 1 2 2 Kemampuan Insitusi Pengelola 1 2 1 2 Program Pendampingan 1 1 1 Program Pelatihan 1 1 1 1 Hubungan dengan swasta 1 Hubungan dengan donor 1 1

5.3.1 Penilaian Parameter Keberlanjutan

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa terdapat 10 parameter dan 32 atribut yang dianalisis dalam penelitian ini guna mengkaji keberlanjutan pengelolaan daerah perlindungan laut. Pencapaian setiap parameter ini dibahas berdasarkan aspek pengelolaan untuk setiap lokasi DPL berikut ini.

5.3.1.1 DPL-BM Blongko

1. Ekologi dan Lingkungan

a Dampak terhadap kualitas terumbu karang

Penilaian dampak pengembangan DPL terhadap kualitas terumbu karang dilihat dari 4 atribut, yaitu persen penutupan karang hidup, aktivitas penggunaan bom, penggunaan sianida dan penggunaan alat tangkap dasar aktif minitrawl. Berdasarkan data tahun 2003 dan 2007, terlihat bahwa persen penutupan karang hidup di DPL Blongko mengalami penurunan, yaitu dari 62.79 menjadi 55.66. Penurunan kualitas terumbu karang ini, menunjukkan program DPL yang dilakukan belum memberikan hasil maksimal bagi perbaikan kualitas terumbu karang. Belum diketahui faktor penyebab penurunan kualitas terumbu karang di DPL Blongko ini. Jika dikaitkan dengan aktivitas yang merusak terumbu karang seperti penggunaan bom, sianida dan alat tangkap dasar seharusnya kualitas persen penutupan karang hidup meningkat atau tetap, mengingat akivitas ini sudah tidak terjadi lagi sejak dibentuknya DPL Blongko. b Dampak terhadap ikan karang Dampak pengembangan DPL terhadap kelimpahan ikan karang dilihat dari dua variabel yaitu peningkatan keragaman ikan karang dan eksploitasi sumberdaya ikan karang. Sejak pengembangan DPL, data tentang sumberdaya ikan karang tidak tersedia, baik data dasar maupun data hasil monitoring. Oleh karena itu, dampak pengembangan DPL terhadap sumberdaya ikan tidak dapat dianalisis. Eksploitasi sumberdaya ikan karang dengan menggunakan teknik- teknik yang merusak di DPL Blongko sudah tidak ditemukan lagi. Pengembangan DPL Blongko memberikan dampak terhadap penghentian penggunaan teknik-teknik eksploitasi ikan karang yang merusak.

c Dampak terhadap perbaikan lingkungan

Dampak pengembangan DPL terhadap perbaikan lingkungan dilihat dari ada tidaknya program lain yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan, dan eksploitasi terumbu karang yang merusak. Selain program DPL Blongko, program lain yang dikembangkan adalah program penanaman mangrove luasnya 3 ha sekitar 6 000 bibit. Program ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk melindungi pantai dari abrasi. Program ini dilakukan pada tahun 2002, yang dikembangkan sejalan dengan program DPL. Kegiatan eksploitasi terumbu karang seperti penambangan karang untuk bahan bangunan sudah tidak dilakukan lagi. Masyarakat telah menyadari bahwa eksploitasi terumbu karang seperti ini akan menimbulkan dampak negatif bagi mereka. Dengan demikian, pengembangan DPL telah memberikan dampak positif bagi program perbaikan lingkungan dan mencegah eksploitasi karang yang merusak lingkungan.

2. Sosial Ekonomi dan Budaya

a Kesesuaian dengan aspek sosial masyarakat

Analisis kesesuaian pengembangan DPL dengan aspek sosial masyarakat dilihat dari variabel kesesuainnya dengan kondisi sosial ekonomi, dan kaitannya dengan mata pencaharian. Jika dilihat dari kondisi sosial ekonomi, masyarakat Desa Blongko adalah masyarakat pesisir, yang sebagian masyarakat memiliki ketergantungan terhadap wilayah pesisir yang sangat tinggi. Kerusakan ekosistem pesisir akan berdampak terhadap kehidupan mereka sehari-hari. Sementara itu, jika dilihat dari kaitannya dengan mata pencaharian masyarakat, sebagian besar masyarakat Desa Blongko merupakan nelayan yang menangkap ikan di sekitar kawasan terumbu karang. Dengan demikian, baik kesesuaian dengan kondisi sosial ekonomi maupun kaitannya dengan mata pencaharian memiki kaitan yang sangat erat. Oleh karena pengembangan DPL Blongko harusnya mendapatkan respon yang baik dari masyarakat. b Dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat Dampak pengembangan DPL terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dilihat dari tiga atribut, yaitu kontribusi terhadap peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan efek ganda dari pengembangan DPL. Hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat, diketahui bahwa tidak ada