Dampak terhadap perbabaikan kualitas terumbu karang

Dampak pengembangan APL Harapan terhadap penyerapan tenaga kerja juga tidak dirasakan oleh masyarakat. Pembentukan badan pengelola APL Pulau Harapan pada saat pembentukan APL tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena program pengelolaan APL tidak berjalan dengan baik. Akibatnya para pengurus APL tidak menjalankan program yang telah disusun. Efek ganda yang diharapkan dapat ditimbulkan dari adanya program APL ini juga sampai saat ini tidak ada.

c. Dampak terhadap peningkatan usaha lain

Pengembangan APL Pulau Harapan, seyogyanya juga didukung oleh kegiatan lain yang bersinergi dengan program APL ini. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung keberlanjutan program ini. Namun sampai saat ini, tidak ada program lain yang dikembangkan untuk mendukung pengembangan APL. Pada tahun pertama APL dikembangkan, Suku Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kepulauan Seribu sebenarnya telah membuat pos jaga, namun pembuatan pos jaga ini tidak berjalan dengan baik. Upaya pengembangan mata pencaharian alternatif juga tidak berkembang dengan baik. Diharapkan bahwa pengembangan mata pencaharian akan meningkatkan keterlibatan masyarakat atau nelayan dalam pengelolaan APL ini. Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta membuat fish shelter sebagai salah satu upaya membantu masyarakat untuk memanfaatkan potensi perikanan di sekitar Pulau Harapan namun program ini tidak diintegrasikan dengan program pengembangan APL. Akibatnya, masyarakat Pulau Harapan tidak merasakan manfaat dari program ini.

d. Introduksi teknologi

Pengembangan APL Pulau Harapan sampai saat ini belum banyak mendapatkan bantuan, baik dari instansi pemerintah maupun lembaga lainnya. Hal ini menyebabkan program APL Pulau Harapan belum optimal dalam mendukung pencapaian tujuan konservasi ekosistem terumbu karang. Demikian juga, tidak ada introduksi teknologi ramah lingkungan ke dalam program APL ini.

3. Aspek kebijakan setempat

a. Kesesuaian dengan kebijakan setempat

Salah satu faktor yang dapat mendukung keberlanjutan program APL Pulau Harapan adalah kesesuaian program ini dengan kebijakan setempat. Ada dua hal yang dapat mendukung pengembangan APL ini, yaitu apakah program APL ini sesuai atau tidak bertentangan dengan aturan setempat, dan apakah ada aturan khusus yang dibuat untuk mendukung program APL ini. Hasil wawancara dengan masyarakat, diketahui bahwa tidak ada aturan masyarakat yang bertentangan dengan program APL atau program konservasi secara umum. Artinya program APL ini sejalan dengan tujuan pengelolaan sumberdaya di lokasi penelitian. Pengembangan APL Pulau Harapan sebenarnya sudah dirancang dengan menyusun aturan-aturan khusus untuk mendukung program ini. Sayangnya, sampai saat ini aturan ini tidak disahkan oleh pemerintah daerah. Kepengurusan Badan Pengelola APL sampai saat ini belum dilegalisasi oleh pemerintah setempat, akibatnya badan pengelola tidak memiliki kekuatan hukum untuk menjalankan tugas-tigasnya dalam mengelola APL. Demikian juga, aturan-aturan yang dipersiapkan untuk mendukung program konservasi dan pengelolaan pesisir secara terpadu di Kepulauan Seribu, termasuk didalamnya APL Pulau Harapan belum ditetapkan. Akibatnya pengembangan APL Pulau Harapan sampai saat ini tidak didukung oleh adanya aturan khusus.

b. Komitmen institusi lokal

Meskipun program APL Pulau Harapan ini diinisiasi oleh Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta, namun dukungan dari pemerintah belum ada. Mengingat program ini baru diinisiasi dua tahun lalu, maka masyarakat mengharapkan kiranya pemerintah seharusnya memberikan dukungan untuk pengembangan program ini. Namun, sampai saat ini dukungan tersebut tidak ada, baik dalam bentuk dukungan aturan atau legalitas program APL maupun bantuan pendanaan. Dukungan dari institusi selain pemerintah juga tidak ada. Meskipun di Kepulauan Seribu terdapat lembaga-lembaga non pemerintah, namun mereka tidak memberikan dukungan atau bantuan kepada