Kerangka Pendekatan Penelitian Efektifitas dan keberlanjutan pengelolaan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat (DPL-BM) (kasus DPL-BM Blongko, Minahasa Selatan, DPL-BM Pulau Sebesi, Lampung Selatan, dan DPL-BM pulau harapan, kepulauan seribu)

40 setempat, program-program pembangunan yang mendukung pengelolaan daerah perlindungan.  Sumber Pendanaan Meskipun program pengelolaan daerah perlindungan laut berdasarkan pada pendekatan pengelolaan masyarakat, namun dalam prakteknya pengelolaan daerah perlindungan memerlukan dana yang mungkin tidak dapat ditanggulangi oleh masyarakat. Oleh karena itu, pengelola daerah perlindungan laut perlu mengidentifikasi sumber-sumber pendanaan yang dapat dijadikan sebagai sumber pemasukan dana pengelolaan daerah perlindungan laut. Sumber-sumber tersebut dapat berasal dari bantuan pemerintah daerah, sumbangan donor, atau dana retribusi bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut.

2. Proses Implementasi

Parameter lainnya yang menjadi indikator penilaian efektifitas pengelolaan daerah perlindungan laut adalah terkait dengan proses implementasi. Meskipun rencana pengelolaan telah disiapkan seperti diuraikan sebelumnya, jika tidak didukung dengan proses implementasi yang memiliki akuntabilitas, maka pengelolaan daerah perlindungan laut tidak akan efektif. Ada beberapa parameter yang terkait dengan proses implementasi daerah perlindungan laut, yaitu:  Pembagian tugas dalam pengelolaan DPL Sebagai sebuah institusi pengelolaan yang berbasis masyarakat, maka terdapat berbagai komponen yang terlibat dalam proses implementasi daerah perlindungan laut ini. Keterlibatan setiap komponen sangat menguntungkan pengelolaan program ini karena mendapat dukungan luas dari masyarakat. Namun apabila tidak dilakukan pembagian tugas terhadap setiap komponen ini, akan menimbulkan konflik antara satu komponen dengan komponen lainnya. Apabila ini terjadi, akan menyebabkan ketidak efektifan pengelolaan daerah perlindungan laut. Oleh karena itu, penilaian efektifitas pengelolaan ini, akan dilihat dari ada tidaknya pembagian tugas dari setiap komponen masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan daerah perlindungan laut. 41  Dukungan Peraturan Pengembangan daerah perlindungan laut pada prinsipnya pembatasan kegiatan pada daerah tertentu. Hal ini berarti adanya pelarangan terhadap kegiatan-kegiatan yang mungkin sudah dilakukan sebelumnya di lokasi tersebut. Hal ini tentunya akan menimbulkan berbagai konflik antara masyarakat. Konflik yang muncul ini akan menyebabkan tidak efektifnya pengelolaan daerah perlindungan laut. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan ini perlu membuat aturan-aturan yang disepakati oleh masyarakat setempat. Adanya penerimaan masyarakat setempat dan masyarakat sekitarnya terhadap aturan ini akan membuat pengelolaan daerah perlindungan laut menjadi efektif.  Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Efektifitas pengelolaan daerah perlindungan laut juga dapat dilihat dari ada tidaknya kegiatan monitoring pemantauan dan evaluasi terhadap program ini. Monitoring dan evaluasi sudah harus dirancang sejak awal untuk mengetahui pencapaian dari tujuan pengembangan program. Hasil-hasil dari kegiatan monitoring dan evaluasi ini akan menjadi masukan bagi perbaikan program tersebut.

3. Pencapaian Hasil

Parameter lainnya yang menjadi indikator efektifitas pengelolaan daerah perlindungan laut adalah pencapaian hasil. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, terdapat tiga tujuan yang ingin dicapai dari program daerah perlindungan laut, yaitu 1 perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan; 2 perbaikan kualitas hidup masyarakat; dan 3 perubahan sikap masyarakat terhadap pola-pola pemanfaatan yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, parameter-parameter ini akan dianalisis untuk mengetahui efektifitas pengelolaan daerah perlindungan laut.  Kontribusi terhadap perbaikan sumberdaya dan lingkungan Efektif tidaknya pengelolaan daerah perlindungan laut akan dilihat sejauh mana kontribusi program ini terhadap perbaikan kualitas terumbu karang dan ikan karang serta perbaikan kualitas lingkungan 42 secara umum. Pola-pola pemanfaatan sumberdaya yang selama ini merusak terumbu karang telah dilarang sejak pengembangan program daerah perlindungan laut. Dengan demikian, terjadi penurunan tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya ini. Harapannya, kualitas sumberdaya yang ada menjadi lebih baik, baik kualitas terumbu karang maupun sumberdaya ikan karang yang berada di sekitarnya.  Kontribusi terhadap perbaikan sosial ekonomi masyarakat Program ini juga bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dari aspek peningkatan pendapatan masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perbaikan kualitas terumbu karang dan ikan karang akan berdampak terhadap produksi perikanan di sekitar daerah perlindungan laut. Selain itu, karena program ini dirancang secara terpadu, terdapat berbagai kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat seperti penciptaan mata pencaharian alternatif budidaya laut, pariwisata, dll. Apabila kegiatan ini tidak memberikan kontribusi terhadap perbaikan ekonomi masyarakat, maka pengelolaan daerah perlindungan laut dapat dianggap tidak efektif.  Kontribusi terhadap perubahan sikap positif masyarakat Perubahan sikap masyarakat dari pola-pola pemanfaatan sumberdaya yang merusak lingkungan ke arah pola-pola pemanfaatan yang ramah lingkungan, juga menjadi indikator pengelolaan daerah perlindungan laut yang efektif. Sebagaimana diketahui, sebelum program ini dikembangkan di masing-maisng lokasi terdapat banyak masyarakat yang menggunakan teknik-teknik penangkapan ikan yang merusak lingkungan dan sumberdaya seperti penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan sianida, bom, dan alat tangkap gardan. Perubahan sikap positif ini akan dianalisis sebagai salah satu indikator pengelolaan yang efektif.