Menentukan banyaknya dimensi. Teknik Analisis

62

4.1.3 Area Perlindungan Laut Pulau Harapan

1 Gambaran Umum APL Pulau Harapan Area Perlindungan Laut Pulau Harapan merupakan salah satu APL yang terdapat di Kepulauan Seribu. APL ini ditetapkan oleh masyarakat Pulau Harapan pada tahun 2006 dengan bantuan teknis dan pembinaan dari Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta. Tujuan dari pendirian APL Pulau Harapan ini adalah 1 untuk memulihkan kembali secara bertahap kondisi sumberdaya laut khsususnya terumbu karang, dan 2 meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya laut. Lokasi area perlindungan laut di Kelurahan Pulau Harapan yang ditilik berada pada empat lokasi, yaitu 1 kawasan karang suar sebagai pembanding, 2 zona penyangga 1, 3 zona penyangga 2 dan 4 zona inti. Monitoring dilakukan pada lokasi APL-DPL-BM yang sudah ditentukan oleh masyarakat yaitu kawasan timur Kelapa Dua seperti yang tersaji pada Gambar 7. 2 Ekosistem Terumbu Karang Kondisi terumbu karang di Kelurahan Pulau Harapan pada umumnya dapat dikategorikan dalam kondisi rusak. Kerusakan terumbu karang diakibatkan oleh faktor pencemaran air, abrasi, penyelaman, penambangan karang batu untuk bahan bangunan, degradasi pantai serta penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan bahan kimia. Penyebab rusaknya terumbu karang di Kelurahan Pulau Harapan adalah karena pencemaran, degradasi pantai dan eksploitasi oleh manusia dalam menggunakan karang untuk bahan bangunan dan pengeras jalan. Hal ini disebabkan karena masyarakat sulit mendapatkan batu kali sebagai bahan bangunan di sekitar kawasan Kepulauan Seribu. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk terungkap bahwa masyarakat setempat biasanya mengambil terumbu karang dengan dua cara yaitu: dipotong dengan kampak dan linggis atau diledakkan dengan bom, lalu diangkat dengan perahu ke tempat pengumpulan. Gambar 7. Peta lokasi pengembangan APL Pulau Harapan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Dinas P2K-DKI Jakarta 2006. 63 64 Berbagai jenis ikan hias juga banyak ditemui di perairan Kepulauan Seribu. Paling tidak di kawasan ini hidup 113 jenis ikan hias yang diantaranya termasuk ke dalam famili Chaetodontidae, Diodontidae dan Pomacantidae. Tidak aneh jika keragaman jenis terumbu karang dan ikan hias di kawasan ini merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Sedangkan jenis ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi, yang banyak ditemui antara lain ikan baronang, ekor kuning, tenggiri dan ikan tongkol. Di kawasan ini juga terdapat ikan lumba-lumba yang dilindungi. Untuk jenis Echinodermata yang banyak dijumpai diantaranya adalah bintang laut, teripang dan bulu babi yang juga merupakan indikator perusakan terumbu karang. Jenis ini hidup di lingkungan terumbu karang, sehingga tinggi rendahnya populasi jenis ini dapat menjadi indikator rusak tidaknya kawasan terumbu karang. Jenis Crustacea yang banyak dikonsumsi antara lain kepiting, rajungan dan udang karang spiny lobster. Moluska binatang lunak yang dapat dijumpai terdiri dari jenis-jenis Gastropoda dan Pelecypoda termasuk yang dilindungi diantaranya Kima Raksasa dan Kima Sisik. Keberadaan terumbu karang beserta ikan-ikan hias serta berbagai biota air yang tersebar di wilayah perairan Kelurahan Pulau Harapan dan Kepulauan Seribu ini merupakan potensi sumberdaya yang telah sejak lama menopang kehidupan masyarakat setempat. Keanekaragaman hayati tersebut ditambah lagi dengan pantai berpasir putih di berbagai pulau, juga merupakan sumberdaya alam yang potensial untuk lebih lanjut dikembangkan bagi keperluan wisata. Adanya kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak mengakibatkan tidak hanya ikan-ikan target penangkapan yang mati, tetapi juga anak-anak ikan dan biota air lainnya, belum lagi kerusakan habitat karang. Padahal terumbu karang selain sebagai tempat hidup berbagai biota air, dikenal dengan keindahannya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata bahari. Nampaknya masalah penangkapan dengan menggunakan bahan peledak ini cukup menjadi ancaman dan perlu ditangani dengan lebih komprehensif. Hal yang juga merupakan masalah adalah penangkapan ikan, terutama ikan-ikan hias, dengan menggunakan bahan pembius atau racun. Walaupun tidak sehebat akibat akibat dari penggunaan bahan peledak, penggunaan bahan pembius