63
C
ij
: unsur matriks kebalikan Leontief
Nilai dari koefisien input ekonomi digunakan untuk menganalisis besarnya nilai keterkaitan langsung direct linkages ke belakang dan ke depan. Selanjutnya,
nilai matrik kebalikan Leontief 1966 terbuka selain digunakan untuk menentukan besarnya nilai keterkaitan langsung ke belakang dan ke depan, dapat juga
dimanfaatkan untuk menganalisis besarnya indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan serta income multiplier dan employment multiplier dan pengganda air
bersih. Kegunaan analisis keterkaitan antar sektor, indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan, selain dapat melihat interaksi antar sektor akan dapat menentukan
sektor andalan, potensial, jenuh atau kurang berkembang.
3.5.7 Analisis Pemodelan Dinamik
Pemodelan sistem yang akan dilakukan meliputi sub-sub model sebagai berikut: a sub model ekologi yang terdiri dari lahan wisata dan daya dukung serta
kesesuaian wisata; b sub model sosial yang terdiri dari jumlah tenaga kerja; c sub model ekonomi terdiri dari lima sektor Pendapatan Domestik Regional Bruto
PDRB wilayah pesisir barat Serang antara lain adalah sektor pariwisata, sektor jasa, sektor perdagangan, sektor industri, sektor pertanian. Analisis ini dilakukan
dengan pendekatan analisis sistem, dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
komputer Stella Vs.7.02.
Melalui sistem ini, akan dibangun model kerangka makro dari industri pariwisata, model dasareksisting dari tahun 2002–2004 kemudian dilanjutkan
waktu simulasi selama 20 tahun 2005-2025 ke depan dengan berbagai simulasi yang dibutuhkan.
3.5.7.1 Submodel Ekologi
Model ekologi wilayah pesisir barat Serang yang terdiri atas lahan satu level yaitu kawasan pesisir barat Serang Kecamatan Anyer dan Cinangka. Level
ini dibangkitkan oleh alokasi tipe A dengan luasan 48 m
2
, tipe B dengan luasan 100 m
2
dan tipe C dengan luasan 115 m
2
lahan pariwisata berdasarkan tingkat
64
kesesuaian kawasan. Dengan asumsi bahwa tidak terjadi penambahan alokasi lahan pariwisata sehingga perubahan yang terjadi disebabkan oleh lahan pariwisata
terpakai. Untuk kebutuhan pemukiman dan fasilitas pariwisata yang secara kumulatif mencemari kawasan, serta kandungan fisik lainnya berupa benda-benda
terapung. Sub model ekologi berinteraksi antar muka interface dengan submodel
penduduksosial dan submodel ekonomi, melalui level peduduk dan konventer biaya investasi. Penduduk dapat mempengaruhi tingkat penyusutan kawasan Anyer dan
Cinangka melalui prediksi limbah domestik serta limbah wisata yang dapat mencemari lingkungan. Sedang biaya rencana investasi diprediksi dapat
mempengaruhi penyusutan kawasan pesisir pantai Barat Serang melalui mekanisme pemulihan kondisi lingkungan. Semakin kecil biaya pengeluaran untuk proses
purifikasi limbah, maka diprediksi dapat menganggu ekosistem lingkungan. Secara diagramatis struktur submodel ekologi disajikan pada Lampiran 1.
3.5.7.2 Submodel Ekonomi Analisis data pada submodel ekonomi industri pariwisata dilakukan
penilaian ekonomi sektor Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB terhadap kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Serang dalam pengembangan wisata
pesisir dengan kategori rekreasi. Pendekatan analisis yang dilakukan ádalah analisis input-output ekonomi sektor pendapatan seperti pendapatan pariwisata, pendapatan
per kapita, daya dukung, investasi pariwisata dan produktvitas tenaga kerja. Analisis deksriptif digunakan untuk menelaah kekuatan struktur dari
pengembangan pariwisata pesisir terhadap struktur permintaan dan penawaran, struktur permintaan dan struktur input primer, dengan cara mendeskripsikan angka-
angka pada tabel PDRB Kabupaten Serang tahun 2006. Interaksi antar sektor di analisis dengan menggunakan analisis keterkaitan sektor. Keterkaitan sektor
pariwisata dengan sektor industri, sektor jasa, sektor perdagangan, dan sektor pertanian, kegiatan lainnya di analisis, baik sektor penyedia input maupun sektor
yang menggunakan output dari sektor pariwisata dengan menggunakan analisis keterkaitan linkages, baik secara langsung direct ke belakang dan ke depan,
maupun secara tidak langsung indirect ke belakang dan ke depan.
65
Tabel transaksi Provinsi Banten yang diterbitkan BPS, 2006 menunjukkan hubungan saling berkaitan antara sektor yang satu dengan sektor
yang lainnya. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai analisis tabel input-output terlebih dahulu harus ditentukan koefisien input, karena koefisien input merupakan
nilai yang sangat fundamental untuk merumuskan berbagai formulasi analisis yang merupakan manfaat dari tabel input-output. Nilai dari koefisien input pariwisata
digunakan untuk menganalisis besarnya nilai keterkaitan langsung direct linkages ke belakang dan ke depan. Selanjutnya, nilai matrik kebalikan Leontief selain
digunakan untuk menentukan besarnya nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung direct and indirect linkages ke belakang dan ke depan.
Dua level diantaranya merupakan interaksi interface submodel sosialpenduduk dan submodel ekologi, yaitu populasi penduduk kawasan Anyer
dan Cinangka. Interaksi interface lainnya melalui konventor-konventor konversi lahan. Submodel penduduk dapat mempengaruhi submodel ekonomi, baik sebagai
input maupun sebagai output. Melalui jumlah pengunjung submodel penduduk dapat mempengaruhi input usaha pariwisata yang selanjutnya dapat mempengaruhi
tingkat manfaat atau penerimaan pengusaha wisata. Sebagai output pengusaha wisata submodel penduduk dapat
mempengaruhi biaya rencana pengelolaan lingkungan atau eksternalitas sebagai akibat limbah wisata yang dihasilkannya. Demikian juga halnya luas lahan dapat
mempengaruhi sisi input dan output usaha pariwisata melalui manfaat eksternalitas serta investasi. Manfaat skenario baru merupakan hasil konversi pada lahan
pemanfaatan untuk berbagai fasilitas pendudung pariwisata diantaranya Hotel, Villa atau Home Stay, kios serta prasarana dan sarana lainnya. Selain itu juga dipengaruhi
oleh tingkat distribusi pengunjung yang dibangkitkan oleh submodel penduduk serta variabel kunjungan wisata mancanegara dan wisata domestik.
Tujuan dibangunnya struktur model usaha pariwisata ini adalah untuk melihat sejauh mana interaksi antar submodel mempengaruhi kelayakan investasi di
bidang pariwisata. Selain itu dapat dilihat seberapa besar share diterapkannya kebijakan pengembangan lahan dapat mempengaruhi aktivitas produksi
perekonomian daerah. Dalam jangka panjang pengembangan wilayah pesisir barat Serang dapat mandiri secara ekonomi, sehingga dapat memberikan sumbangsih
66
terhadap pendapatan daerah setempat. Komponen submodel ekonomi disajikan pada Lampiran 2.
3.5.7.3 Submodel Sosial
Analisis data pada submodel sosialpenduduk dilakukan dengan mengkompilasi data-data demografi yang ada. Beberapa fraksi yang mempengaruhi
level maupun konventer digunakan berdasarkan referensi mutakhir yang umum yang dipakai, sehingga diperoleh kecenderungan submodel penduduk yang logis.
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan dinamis di antara kekuatan- kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah
penduduk. Dalam penelitian ini data-data yang diperlukan diantaranya pertumbuhan penduduk, laju fertilitas, laju mortalitas, investasi, tenaga kerja sektor tersier, serta
peluang kesempatan kerja. Laju fertilitas diukur berdasarkan pembagian jumlah kejadian dengan
penduduk yang menanggung resiko melahirkan exposed to risk. Fertilitas dari suatu kelompok penduduk atau berbagai kelompok penduduk untuk jangka waktu
satu tahun disebut current fertility Hatmadji, 1981. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara dua komponen demografi yang dapat mempengaruhi
perubahan penduduk Utomo, 1981. Dua komponen lainnya adalah fertilitas dan mortalitas sangat diperlukan untuk proyeksi penduduk guna perencanaan
pembangunan. Analisis penduduk secara regional sangat penting untuk ditelaah secara
khusus mengingat adanya densitas kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merata, di lain pihak komunikasi termasuk transportasi semakin lancar Munir,
1981. Reit partisipasi angkatan kerja dapat dinyatakan sebagai jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja per 100 penduduk usia kerja. Jika usia kerja
didefinisikan sebagai penduduk usia 15-64 tahun. Jumlah penduduk yang bekerja biasanya dipandang mencerminkan jumlah
kesempatan kerja yang ada Rusli, 1982. Proyeksi kesempatan kerja pada penelitian ini dihitung berdasarkan penyerapan kerja langsung pada berbagai bidang
yang akan dikembangkan. Sedangkan kesempatan kerja tidak langsung dihitung berdasarkan rasio antara kontribusi share pengusahaan. Kawasan Anyer-Cinangka
67
terhadap nilai investasi per tenaga kerja sektor tersier yang berlaku di wilayah tersebut. Kontribusi pengusahaan industri wisata di Anyer-Cinangka dapat dihitung
berdasarkan jumlah pajak penghasilan yang dikeluarkan dalam setiap tahunnya.
Struktur submodel sosial dalam hal ini penduduk merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua level yakni tenaga kerja awal sebesar 729.682 orang dan
jumlah pendudukpopulasinya ditentukan oleh laju natalitas dan laju mortalitas. Diasumsikan bahwa laju mortalitas sudah memperhatikan kemungkinan bahwa
pencemaran akan berpengaruh pada umur perkiraan penduduk sehingga mempengaruhi laju mortalitas. Populasi penduduk dibangkitkan dari angka harapan
hidup dengan fraksi kelahiran, fraksi kelahiran dan harapan hidup dipengaruhi oleh rasio pendapatan per kapita sehingga efek dari rasio per kapita terhadap harapan
hidup adalah semakin besarnya rasio pendapatan yang akan diikuti oleh meningkatnya angka harapan hidup.
Sementara semakin kecil pendapatan per kapita maka angka kelahiran akan kecil dan sebaliknya. Dari bangkitan itu akan diperoleh trend penambahan
penduduk serta perkiraan penduduk dalam kurun simulasi 20 tahun ke depan yang dikehendaki. Jumlah populasi sangat menentukan tingkat pendapatan per kapita,
karena hal ini merupakan rasio antara Produk Domestik Regional Bruto PDRB sektor dengan jumlah populasi. Disini ada interaksi antar submodel interface
dengan submodel ekonomi melalui konventer Produk Domestik Regional Bruto. Tingkat PDRB sektor dibangkitkan oleh Produk Domestik Regional Bruto sektor
pariwisata dan sektor lain yang dipengaruhi oleh fraksi value added nilai tambah. Tingkat Produk Domestik Regional Bruto sektor dapat mencerminkan
tingkat aktivitas perekonomian suatu wilayah, oleh karenanya Produk Domestik Regional Bruto secara tidak langsung dapat mempengaruhi laju pendapatan daerah.
Sementara itu tingkat Produk Domestik Bruto suatu wilayah merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di dalam
perekonomian. Dalam pemodelan ini diringkas menjadi penjumlahan antara Produk Domestik Regional Bruto pariwisata dan Produk Domestik Regional Bruto lainnya.
Tujuannya adalah agar konstribusi sektor pariwisata dapat terlihat signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto. Secara diagramatis struktur submodel
sosial disajikan pada Lampiran 3.
68
3.5.7.4 Formulasi Model
Formulasi model dibangun berdasarkan tiga pendekatan utama yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Keterkaitan ketiga pendekatan ini saling berpengaruhi
baik secara positif maupun negatif. 1 hubungan negatif antara ekonomi dan
ekologi. Ketersediaan lahan memiliki hubungan posistif dengan pertambahan aktivitas ekonomi. Akibat perkembangan ekonomi tersebut misalnya bertambahnya
aktivitas di bidang industri, berkembangnya sektor jasa, serta sektor perdagangan hotel dan industri yang memliki dampak ruang berupa kebutuhan lahan. Keadaan
ini membentuk umpan balik bagi lahan itu sendiri berupa penurunan jumlah lahan kosong. Sehingga hubungan ekonomi dan ekologilahan adalah negatif, yaitu jika
kegiatan ekonomi meningkat maka jumlah lahan kosong akan menurun. 2 hubungan negatif antara ekologi dan sosial dengan pariwisata dan membentuk
lingkar balik negatif. Ketersediaan lahan dan ekonomi telah diungkapkan diatas, sementara hubungan sosialpopulasi dan pariwisata bersifat positif. Artinya, jika
populasi bertambah maka aktivitas yang berkaitan dengan pariwisata juga meningkat. 3 hubungan negatif antara sosial dan ekonomi. Jika populasi
bertambah akan meningkatkan aktivitas ekonomi. Keterkaitan antara penduduk dan ekonomi dihubungkan dengan aspek
penyediaan tenaga kerja yang diberikan oleh sektor penduduk kepada sektor tenaga kerja. Demikian pula sebaliknya, aktivitas ekonomi yang baik akan menyebabkan
ketertarikan penduduk untuk datang ke tempat tersebut, sehingga terjadi peningkatan populasi. Ekonomi sendiri bisa menjadi sumber ketertarikan bagi
datangnya penduduk karena ditunjang oleh dua hal, yaitu penyediaan lapangan kerja dan berkaitan dengan efek pendapatan.
Ekonomi kabupaten diperlihatkan melalui Produk Domestik Regional Bruto, juga berkaitan dengan sektor penduduk, dari sisi efek kesejahteraan yang
ditunjukkan dengan Produk Domestik Regional Bruto per kapita. Karena meskipun Produk Domestik Regional Bruto meningkat, jika pertambahan peduduk jauh lebih
besar dari pada peningkatan PDRB, maka perubahan pada Produk Domestik Regional Bruto per kapita menjadi tidak terlalu signifikan. 4 hubungan negatif
ekonomi, ekologi, sosial. Jika aktivitas ekonomi membaikmeningkat, maka
69
berakibat pada ketertarikan penduduk untuk memasuki kabupaten tersebut. Jumlah penduduk yang bertambah banyak akan menyebabkan akan meningkatkan jumlah
kebutuhan lahan. Lahan yang berkurang jumlahnya akan menyebabkan terjadinya penurunan dalam aktivitas ekonomi. Disisi lain penurunan jumlah lahan juga
memiliki umpan balik tersendiri bagi penduduk, yaitu menurunnya ketertarikan penduduk untuk memasuki kawasan tersebut. Pendekatan ekologi menekankan
pentingnya perlindungan keanekaragaman hayati dan memberikan konstribusi pada keseimbangan ekosistem. Selanjutnya pilar ekonomi menekankan pada perolehan
pendapatan yang berbasiskan pada penggunaan sumberdaya yang efisien. Sedangkan pendekatan sosial menekankan pada pemeliharaan kestabilan sosial
budaya yang meliputi generasi ke generasi selanjutnya.
3.5.7.5 Verifikasi dan Validasi Model
Aspek yang penting dalam pembuatan model adalah pemilihan kriteria kecocokan validasi yang mencapai kesesuaian pertukaran atau timbal balik trade-
off antara tingkat kesesuaian sistem dan daya dukung serta kompleksitas model.
Oleh karena itu perlu verifikasi dan validasi model. Verifikasi adalah memeriksa sintesa sistem dengan logika atau analisis secara teoritik. Verifikasi dapat dibedakan
berdasarkan tahapan pemodelannnya, yaitu verifikasi model konseptual dan verifikasi logis. Verifikasi model konseptual adalah pengujian relevansi asumsi-
asumsi dan teori-teori yang dipegang oleh pengambil keputusan dan analisa dalam melakukan cara pandang situasi masalah. Verifikasi logis adalah tahap memeriksa
dilibatkan atau diabaikannya suatu variabel atau hubungan, sehingga aspek yang perlu diperhatikan dalam formulasi model adalah ukuran performansi sistem.
Validasi merupakan tahap akhir dalam pengembangan pemodelan untuk memeriksa model denga meninjau apakah output model sesuai dengan sistem nyata,
dengan memperhatikan konsistensi internal, korespondensi dan representasi. Tahap validasi dilakukan model dilakukan untuk menjawab dua hal berikut, yaitu 1
apakah model konsisten terhadap realitas yang digambarkannya; 2 apakah model konsisiten dengan tujuan kegunaan dan hal yang dipermasalahkannya.
Proses verifikasi dan validasi yang dilakukan pada pemodelan sistem ini terdiri atas verifikasi struktur dan validasi perilaku model.
70 • Verifikasi Struktur Model
Yang akan di verifikasi pada pemodelan ini adalah verifikasi struktur dan uji konsistensi.
• Validasi Perilaku Model Mengingat kebijakan pariwisata yang berkelanjutan belum ada maka
validasi yang dilakukan adalah uji prediksi perilaku model.
1 Verifikasi Struktur Model
Verifikasi struktur model diperlukan batasan-batasan baik batasan sistem, variabel maupun asumsi yang digunakan. Dalam mengkaji dan justifikasi
pemodelan dalam penelitian ini, akan lebih baik jika seorang analisa memiliki sejumlah pengalaman serta jumlah informasi yang memadai tentang prinsip-prinsip
pengembangan pariwisata pesisir khususnya strategi dalam berinvestasi, sehingga dapat menguasai permasalahan aktual di lapangan serta memahami mekanisme
bekerjanya sistem kawasan. Informasi dan pengalaman dapat berupa dari orang lain yang dianggap pakar pada bidangnya maupun dari sejumlah referensi yang tersedia.
2 Validasi Perilaku Model
Validasi model pada penelitian ini lebih difokuskan pada uji prediksi perilaku model di masa depan. Uji prediksi dilakukan dengan mengamati suatu
kecenderungan model atas perubahan-perubahan variabel. Validasi dilakukan dengan melihat kecendrungan peningkatan jumlah penduduk terhadap tenaga kerja
yang dihasilkan serta pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan. Prediksi hasil perilaku simulasi menunjukkan kemiripan dengan kondisi eksisting pada saat ini.
Tahapan validasi model dilakukan berdasarkan langkah-langkah pada Gambar 8 sebagai berikut:
71
Gambar 8 Langkah-Langkah Validasi Model Pengembangan Pariwisata di Kawasan Barat Serang, Banten
3.5.7.6 Diagram Lingkar Sebab-Akibat Causal Loop
Dalam rangka memahami struktur dan perilaku sistem digunakan diagram lingkar sebab akibat causal loops dan diagram alir flow chart. Diagram lingkar
72
DCR Investasi
pariwisata Lahan
Pariwisata
Lahan Pariwisata yang
dikehendaki
Tenaga kerja Lahan
Pariwisata terpakai
Harga lahan
pariwisata
PDRB Populasi
Demand Pariwisata
Peranan Pariwisata
Penggaguran
+ +
+ +
+ +
+ +
+ + +
+
+
+ +
+
+
- -
- +
+
sebab akibat dibuat dengan cara menentukan peubah penyebab yang signifikan dalam sistem dan menghubungkannya dengan menggunakan garis panah ke peubah
akibat, dan garis panah tersebut dapat berlaku dua arah jika kedua peubah saling mempengaruhi. Pada sistem dinamis, diagram lingkar sebab akibat ini akan
digunakan sebagai dasar untuk membuat diagram alir yang akan disimulasikan dengan menggunakan program model sistem dinamis
. Pembuatan diagram lingkar sebab-akibat adalah proses perumusan
mekanisme peubah-peubah yang bekerja dalam suatu sistem ke dalam bahasa gambar, sekaligus merupakan langkah awal dari identifikasi sistem yang digunakan
untuk menyederhanakan kerumitan dalam rangka menciptakan sebuah konsep model. Gambar 9 menunjukkan bahwa dalam sistem industri pariwisata ada
pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif antara lain terhadap pariwisata pesisir, pendapatan masyarakat serta Produk Domestik Bruto sektor. Pengaruh
negatif dapat terjadi pada lahan pariwisata karena penanganan yang kurang baik serta dapat menurunkan lingkungan.
Lahan pariwisata merupakan investasi yang dapat meningkatkan peranan pengembangan pariwisata sehingga demand capacity ratio dapat tercapai. Selain itu
laju pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pengangguran pada kawasan pesisir pantai Barat
Serang, Banten.
73
Gambar 9 Diagram Lingkar Sebab Akibat Causal Loop Komponen
Sistem Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Gambar 9 diatas secara skematis menggambarkan bahwa sistem
pengembangan pariwisata memiliki hubungan sebab akibat causal loop yang luas dan beragam.
3.5.7.7 Diagram Input- Output Sistem Pengembangan Pariwisata
Berdasarkan sistem diagram lingkar sebab akibat yang telah disusun dapat di interpretasikan komponen sistem membangun konsep diagram input-output, yang
terdiri dari input terkendali dan tak terkendali, output dikehendaki dan tak dikehendaki, serta manajemen pengendalian. Diagram input-output sistem
pengembangan pariwisata pesisir berkelanjutan meliputi input terkendali dan tak terkendali serta input lingkungan yang menghasilkan output terkendali dan output
tidak terkendali. Agar output tidak terkendali dapat dihindari maka diperlukan manajemen pengendalian.
Sistem input-output tersebut terdiri atas 1 peubah masukan, yang terdiri dari dua golongan yaitu yang berasal dari luar sistem eksogen atau masukan
lingkungan dan overt input yang berasal dari dalam sistem. Overt input dapat berupa masukan terkontrol dan masukan tidak terkontrol: 2 peubah keluaran yang
terdiri dari dua golongan yaitu keluaran yang dikehendaki desirable output dan keluaran yang tidak dikendaki undesirable output yang merupakan hasil
sampingan atau dampak yang ditimbulkan bersama-sama dengan keluaran yang diharapkan. Diagram input-output sistem pengembangan pariwisata pesisir di
kawasan pantai barat Serang, Banten disajikan pada Gambar 10 dibawah ini:
74
Gambar 10 Diagram Input-Output Sistem Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan Kawasan Pesisir Barat Serang, Banten.
3.5.7.8 Struktur Model Eksisting Kawasan Pesisir Barat Serang, Banten
Pada model dasar atau eksisting dicerminkan beberapa sektor yang telah dikembangkan dalam model generik antara submodel ekologi, submodel sosial dan
submodel ekonomi. Adapun submodel ekonomi akan dipilah menjadi 1 submodel
INPUT LINGKUNGAN Peraturan perundangan
Kebijakan pemerintah Rencana Tata Ruang
INPUT TAK TERKENDALI Fluktuasi harga
Tingkat suku bunga bank Laju natalitas
OUTPUT DIKEHENDAKI
Rencana tata ruang integratif Pertumbuhan ekonomi
Perbaikan kualitas lingkungan
SISTEM PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PANTAI BARAT
SERANG, BANTEN
INPUT TERKENDALI Potensi sumberdaya alam, prasarana dan
ssarana Lingkungan Laju natalitas dan jumlah wisatawan Penduduk
Manajemen investasi Ekonomi OUTPUT TIDAK TER
KENDALIKAN
Kerusakan lingkungan
MANAJEMEN PENGENDALIAN
10
75
jasa perdagangan, hotel dan restoran 2 submodel pemerintah sektor pariwisata yang dikehendaki, serta 3 submodel industri dan pertambangan melalui Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten. Submodel ekologi secara detail dipilah menjadi 1 submodel lahan pemukiman, 2 submodel lahan pariwisata terpakai.
Submodel sosial dipilah secara detail menjadi: 1 submodel tenaga kerja, 2 submodel populasi peduduk. Ketiga submodel berinteraksi satu sama lain
membentuk membentuk suatu model global dalam suatu kondisi eksisting. Struktur model ekologi kawasan pesisir pantai barat Serang dibangkitkan
oleh adanya lahan pariwisata terpakai, alokasi lahan pariwisata dan tenaga kerja serta populasi penduduk. Submodel ekologi berinteraksi antar muka interface
dengan submaodel penduduksosial. Penduduk dapat mempengaruhi penyusutan kawasan pantai barat Serang dan submodel ekonomi yaitu melalui level penduduk
dan konventor biaya rencana pengelolaan lingkungan. Penduduk dapat mempengaruhi tingkat penyusutan kawasan pesisir pantai barat Serang melalui
prediksi kebutuhan air bersih serta limbah wisata yang mencemari lingkungan pada
Lampiran 4. Submodel ekonomi disini merupakan keterkaitan antar variabel yang dapat
membangkitkan manfaat ekonomi untuk ekosistem kawasan. Struktur submodel ekonomi berinteraksi antar muka dengan submodel ekologi kawasan Anyer-
Cinangka yang dapat mempengaruhi manfaat ekosistem kawasan pada Lampiran 5.
Submodel penduduksosial merupakan suatu sistem dimana jumlah populasinya ditentukan oleh laju natalitas dan tingkat laju mortalitas, dan
selanjutnya dapat mempengaruhi tingkat pertambahan penduduk Lampiran 6. Selanjutnya struktur model eksisting yang terdiri dari submodel ekologi, submodel
sosial dan submodel ekonomi Lampiran 7. Dalam struktur submodel ini dibangun struktur Produk Domestik Regional Bruto dengan menggunakan tabel input-output
kawasan pesisir barat Serang, Banten tahun 2002.
3.5.7.9 Skenario Pengembangan Pariwisata Pesisir di Kawasan Barat Serang,Banten
Pengembangan pariwisata pesisir berhubungan dengan adanya keinginan untuk meningkatkan peran pariwisata dalam perekonomian daerah, penyerapan
76
tenaga kerja sesuai dengan daya dukung ekologi yang tersedia sehingga pengembangan pariwisata pesisir barat Kabupaten Serang dapat dilaksanakan secara
berkelanjutan.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut informasi dasar yang dapat digunakan dalam penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan. Informasi dasar
tersebut diperoleh dengan mengembangkan beberapa skenario pengembangan kawasan pesisir barat Serang, Banten melalui simulasi model sistem dinamik
adapun skenario-skenario tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
• Model Dasar
Model dasar adalah kondisi eksisting yang menggambarkan perilaku model perkembangan pariwisata pesisir di kawasan barat Serang, Banten. Model
ini dijalankan pada kondisi awal 2002 yang dilanjutkan hingga 2025. •
Skenario 1
Skenario ini adalah model dasar yang diikuti dengan adanya perubahan peubah-peubah kebijakan sub sistem ekologi.
Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengubah beberapa komponen yang berhubungan dengan
sektor ekologi yaitu BHPKI Bangkitan Kunjungan Inap yang dikehendaki sesuai daya dukung wilayah.
•
Skenario 2
Skenario ini adalah model dasar dan skenario 1 yang diikuti dengan perubahan peubah–peubah kebijakan sub sistem ekonomi yang meliputi.
a. Laju pengeluaran pemerintah G untuk pariwisata. b. Pertumbuhan investasi pariwisata sektor pariwisata.
•
Skenario 3
Skenario ini adalah model dasar, skenario 1 dan 2 yang yang diikuti dengan perubahan peubah-peubah kebijakan sub sistem sosial yaitu laju
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja pariwisata. •
Skenario 4
Skenario ini adalah skenario gabungan yang terdiri dari model dasar, skenario 1, skenario 2, dan skenario 3.
77
Ringkasan skenario tersebut diatas secara rinci disajikan pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8 Ringkasan Skenario Peubah-Peubah Kebijakan yang Dilakukan dalam Simulasi Beberapa Kebijakan
No Skenario Ekologi
Ekonomi Sosial Keterangan
1 Model Dasar
Eksisting Lahan
Pendapatan Domestik
Regional Bruto Tenaga Kerja
Tanpa Kebijakan
2 Skenario 1
Bangkitan Hari Puncak
Kunjungan Inap sesuai daya du
kung lingkungan Pendapatan
Domestik Regional Bruto
Tenaga Kerja Kebijakan
kunjungan dalam model diwakili
oleh notasi. 0 dan 1
0 = kebijakan tidak diaktifkan
1= kebijakan diaktifkan
3 Skenario 2
Bangkitan Hari Puncak
Kunjungan Inap sesuai daya
dukung lingkungan
a.Laju pertumbuhan
Pengeluaran Pemerintah
terhadap pariwisata
b.Laju pertumbuhan
investasi sektor pariwisata
Tenaga Kerja Waktu
dilakukan kebijakan
4 Skenario 3
Bangkitan Hari Puncak
Kunjungan Inap sesuai daya
dukung lingkungan
a.Laju Pengeluaran
Pemerintah terhadap
pariwisata b.Laju
pertumbuhan investasi sektor
pariwisata Laju
pertumbuhan produktivitas
tenaga kerja Waktu
dilakukan kebijakan
78
5 Skenario 4
gabungan yang terdiri
dari Model Dasar
Skenario 1 Skenario 2
Skenario 3
Analisis dari setiap skenario tersebut dikaji untuk memperoleh kebijakan dan strategi terbaik dalam pengembangan pariwisata pesisir yang berkelanjutan.
4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis dan Profil Kawasan Pesisir Barat Serang