Pantai gravel, pantai berbatu Gravely beach, yaitu pantai yang tersusun

14 b. Pantai hasil proses sedimentasi yaitu pantai yang terbentuk terutama ka- rena proses sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach baik sandy beach maupun gravely beach. c. Pantai hasil aktifitas organisme yaitu pantai yang terbentuk karena akti- fitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai mangrove. 2. Berdasarkan ciri morfologi pantai dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Pantai bertebing cliffed coast, yaitu pantai yang memiliki tebing ver-

tikal. Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan in- duk maupun endapan pasir.

b. Pantai berlereng non-cliffed coast, yaitu pantai dengan lereng yang

merupakan pantai berpasir. Pariwisata pesisir memanfaatkan karateristik wilayah pesisir maupun ekosis- tem pesisir untuk kegiatan rekreasi.

2.3 Konsep Pariwisata Pesisir

Menurut Hall 2001 menyatakan bahwa konsep pariwisata pesisir men- cakup rentang penuh pariwisata, hiburan, dan kegiatan yang berorientasi rekreasi yang terjadi di zona pantai dan perairan pantai. Di dalam pariwisata pesisir terma- suk pengembangan pariwisata pesisir seperti akomodasi, restoran, industri maka- nan, dan rumah kedua, dan infrastruktur pendukung pembangunan pesisir misal- nya bisnis ritel, marina, dan aktivitas pemasok. Juga termasuk kegiatan pariwisa- ta seperti rekreasi berperahu, pantai dan laut berbasis ekowisata, kapal pesiar, be- renang, rekreasi memancing, snorkeling dan menyelam. Selanjutnya konsep pariwisata pesisir berkelanjutan sustainable coastal tourism adalah pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan maupun daerah tujuan wisata pada masa kini, sekaligus melindungi dan mendorong kesempatan serupa dimasa yang akan datang. Pariwisata berkelanjutan mengarah pada pengelolaan seluruh sumberdaya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial, estetika dapat terpenuhi sekaligus memelihara integritas kultural, 15 proses ekologi essensial keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan WTO 1980. Pengertian tersebut secara implisit menjelaskan bahwa dalam pendekatan pariwisata berkelanjutan bukan berarti hanya sektor pariwisata saja yang berkelanjutan tetapi berbagai aspek kehidupan dan sektor sosial ekonomi lainnya yang ada di suatu daerah Butler 1980. Pariwisata pesisir yang berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Pengembangan pariwisata berkelanjutan mencakup upaya memaksimum kan net benefit dari pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas sumberdaya setiap waktu. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan per kapita riil, tetapi juga mencakup elemen-elemen lain dalam kesejahteraan sosial dan lingkungan. Selanjutnya Clark and Dickson 2003 berpendapat bahwa walaupun isu-isu pariwisata berkelanjutan terkait dengan ilmu dan teknologi yang sesuai telah muncul sejak lama, namun kenyataan empiris membuktikan bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan terutama pentingnya integrasi keilmuan dan riset guna mewujudkan konsep operasional pariwisata pesisir berkelanjutan. Lebih lanjut, Daly 1990 memberikan tiga kriteria dasar bagi keberlanjutan modal alam natural capital dan keberlanjutan ekologi ecological sustainability yaitu: 1. untuk sumberdaya alam terbarukan renewable resources , laju pemanfaatannya tidak boleh melebihi laju regenerasinya sustainable yield, 2. laju produksi limbah dari kegiatan pembangunan tidak boleh melebihi kemampuan asimilasi dari lingkungan sustainable waste disposal , dan 3. untuk sumberdaya tidak terbarukan non-renewable resources laju deplesi sumberdaya harus mempertimbangkan pengembangan sumberdaya substitusi bagi sumberdaya tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu pariwisata berkelanjutan menggunakan sistem dinamik semakin berkembang dan telah banyak dilakukan Fedra. 1998, Skarstveit et al. 2003. Publikasi penelitian kewilayahan yang menggunakan pendekatan sistem dinamik sudah cukup banyak ditemukan, terutama dalam studi