Kesesuaian dan Daya Dukung Untuk Parwisata Pesisir

26 luas zona preservasi dan konservasi yang optimal dalam suatu kawasan pemban- gunan sebaiknya 30-50 dari luas totalnya. Selanjutnya, setiap kegiatan pembangunan industri wisata, pertanian, bu- didaya, perikanan, pemukiman dan lainnya dalam zona pemanfaatan hendaknya ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik sesuai, sehingga membentuk suatu mozaik yang harmonis. Penempatan setiap kegiatan dalam zona pemanfaatan ini hendaknya memperhatikan : i kesesuaian suitability dari unit lahan atau perai- ran bagi setiap kegiatan pembangunan; ii pengaruh dampak kegiatan pemban- gunan di lahan atasdaratan, terutama dalam bentuk pencemaran, sedimentasi dan perubahan regim hidrologi; dan iii keserasian compatability antar kegiatan pembangunan Dahuri 2001. Lebih lanjut terdapat enam sistem utama dalam setiap pembangunan eko- nomi nasional, yaitu sistem kependudukan, sumberdaya alam, lingkungan dan ekologi, ilmu dan teknologi, serta masyarakat. Namun demikian penduduk dan sumberdaya alam serta lingkungan merupakan sistem-sistem yang paling funda- mental, karena sumberdaya lingkungan merupakan dasar bagi pembangunan ber- kelanjutan Suparmoko 1997. Upaya pengelolaan sumberdaya harus dilaksanakan secara konsisten untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan me- merlukan adanya kontinuitas pertumbuhan ekonomi dan bukannya stagnasi karena rusaknya sumberdaya alam dan lingkungan. Pembangunan Indonesia yang ber- wawasan lingkungan lebih tepat untuk mencapai sasaran pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan Kusumastanto 1995. Salah satu prasyarat bagi ter- laksananya pembangunan yang berkelanjutan adalah tersedianya neraca sumber- daya alam dan lingkungan. Terciptanya tingkat penghasilan yang berkelanjutan memerlukan pengetahuan mengenai berapa volume sumberdaya alam dapat dini- lai serta bagaimana kualitasnya, untuk terciptanya kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang.

2.6 Kesesuaian dan Daya Dukung Untuk Parwisata Pesisir

Kesesuaian lahan land suitability merupakan kecocokan adaptability suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai kelas la- 27 han serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, se- hingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pe- meliharaan kelestariannya. Pengembangan daerah yang optimal dan berkelanjutan membutuhkan suatu pengelolaan keruangan wilayah pesisir yang matang. Berkai- tan dengan hal tersebut, maksimum kajian tentang model pengelolaan dan arahan pemanfaatan wilayah pesisir yang berbasis digital dengan menggunakan SIG me- rupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dikaji, Harjadi 2004 . Pengembangan berkelanjutan sustainable development suatu wilayah pesisir dan laut memerlukan empat persyaratan, 1 setiap kegiatan pembangunan seperti pemukiman, tambak, pertanian, pariwisata harus ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik sesuai. Persyaratan ini dapat dipenuhi dengan cara membuat peta kesesuaian lahan, termasuk perairan, 2 jika memanfaatkan sumberdaya dapat pulih, seperti penangkapan ikan di laut, maka tingkat penangkapannya tidak boleh melebihi potensi lestari stok ikan tersebut, jika menggunakan air tawar biasanya mengunakan faktor pembatas terpenting dalam suatu ekosistem pulau kecil, maka laju penggunaannya tidak boleh melebihi kemampuan kawasan termasuk untuk menghasilkan air tawar dalam kurun waktu tertentu, 3 jika membuang limbah ke lingkungan perairan, maka jumlah limbah bukan limbah B3 tapi jenis limbah yang biodegradable tidak melebihi kapasitas asimilasi lingkungan perairan tersebut. 4 jika memodifikasi bentang alam lanscape suatu wilayah seperti penambangan pasir dan reklamasi atau melakukan konstruksi di lingkungan khususnya di tepi pantai, seperti membangun dermaga dan hotel harus sesuai dengan pola hidrodinamika setempat dan proses- proses alami lainnya http:www.tandf.co.ukjournaltitles Jan 2007 . Scones 1993 diacu Taurusman 1999 membagi daya dukung lingkungan menjadi 2 dua yakni daya dukung ekologis ecological carrying capacity dan daya dukung ekonomis economic carrying capacity. Daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum individu atau manusia pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena faktor kepadatan, serta terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen. Daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi skala usaha yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi. Dalam hal ini digunakan parameter-parameter 28 kelayakan usaha secara ekonomi. Di wilayah pesisir, telah banyak perhatian yang dicurahkan terhadap daya dukung manusia dan habitat alami untuk mendukung pembangunan pariwisata dan resort. Dalam hubungan ini daya dukung didefinisikan sebagai lingkungan fisik, biologi, sosial dan psychological untuk mendukung aktivitas wisatawan tanpa mengurang kualitas lingkungan atau kepuasan pengunjung Clark 1995. Selanjutnya Miler 1988 diacu Clark 1995 pengertian daya dukung dapat dijelaskan dalam dua penjelasan. Pertama, daya dukung menunjuk kepada kepadatan optimum wisatawan untuk memanfaatkan kesenangannya sebagai contoh; kepadatan orang pada suatu pantai atau kunjungan pada suatu tempat bersejarah. Kedua, daya dukung menunjuk suatu ambang batas tertentu dari kegiatan wisatawan dimana akan terjadi kerusakan pada lingkungan, yang mencakup habitat alam, seperti terumbu karang. Dampak pembangunan pariwisata yang melampaui daya dukung mencakup pengurangan keanekaragaman hayati, masalah-masalah kesehatan manusia, penurunan sumberdaya alam, kehilangan pekerjaaan dan pendapatan. Clark 1995 menambahkan komponen ketiga yaitu daya dukung sosial ekonomi. Bila ambang batas sosial terlewatkan maka masalah ekstrim muncul misalnya di Caribia, karena penyebab utama dari ketidaktentraman sosial, maka ketidaknyamanan wisatawan sangat cepat terekspansi. Kapasitas sosial harus dibatasi pada maksimum pengunjung yang dapat diterima oleh penduduk, yang tinggal disekeliling daerah tujuan wisata. Daya dukung suatu wilayah ditentukan oleh 1 kondisi biogeofisik wilayah, dan 2 permintaan manusia akan sumberdaya dan jasa lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, daya dukung wilayah pesisir dapat ditentukan dengan cara menganalisis: 1 kondisi biogeofisik yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksimenyediakan sumberdaya alam dan jasa lingkungan, dan 2 kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang menentukan kebutuhan manusia yang tinggal di wilayah pesisir atau yang tinggal di luar wilayah pesisir, sangat berpengaruh terhadap wilayah pesisir akan sumberdaya dan jasa lingkungan yang terdapat di wilayah tersebut. 29 Selanjutnya Gunn 1993 mengemukakan bahwa pembangunan suatu kawasan wisata yang baik dan berkelanjutan, apabila secara optimal didasarkan pada empat aspek sebagai berikut: 1. mempertahankan kelestarian lingkungannya. 2. meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut. 3. menjamin kepuasan pengunjung. 4. meningkatkan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zona pengembangannya. Lebih lanjut Saparjadi 1999 menjelaskan bahwa pada skala mikro daya dukung lingkungan diwujudkan sebagai berikut: 1. Tingkat kepadatan pengunjung dalam luasan yang masih dapat didukung dalam besaran dan teknologi, sarana dan prasarana pemukiman yang tersedia. 2. Kepadatan bangunan dalam suatu kawasan. 3. Rasio antar unit bangunan dengan luasan kawasan floor area ratio. 4. Rasio jumlah orang dengan ruang yang tersedia di kawasan per capita ratio. 5. Jarak,ketinggian dan bangunan tidak menghalangi sirkulasi dan pemandangan. 6. Peruntukan pemukiman yang tidak berada di wilayah yang berpotensi bencana. 7. Ukuran dan jaringan jalan dan sarana transportasi yang memadai. 8. Terpenuhinya prasarana dan sarana lingkungan sosial umum. 9. Tercukupinya prasarana pembuangan dan pengolahan limbah. 10. Kawasan perlindungan konservasi dan zona penyangga. Dengan demikian daya dukung merupakan aspek yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata pesisir yang berkelanjutan.

2.7 Ecological Footprint