37
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Kesesuaian lahan secara spasial merupakan unsur penting dalam pengembangan sumberdaya pesisir agar pemanfaatan sumberdaya di kawasan
tersebut berlangsung optimal dan berkelanjutan. Kesesuaian spasial untuk pariwisata pesisir berhubungan dengan bagaimana menata suatu kawasan pesisir
agar pemanfaatannya berdasarkan kesesuaian suitability lahan, dan keharmonisan antar pemanfaatan untuk berbagai pemanfaatan didasarkan pada
sepuluh kriteria kesesuaian pariwisata pantai dengan jenis rekreasi untuk setiap aktifitas tersebut Yulianda 2007.
Disamping kesesuaian, aspek daya dukung kawasan juga merupakan parameter kunci dalam pengembangan pariwisata pesisir berkelanjutan. Wilayah
pesisir barat Serang memiliki sumberdaya alam ruang yang terbatas, dan sangat rentan terhadap gangguan yang datang dari luar. Kapasitas maksimum daya
dukung dari sumberdaya yang dimiliki perlu diketahui sehingga didalam pemanfaatannya tidak melebihi kapasitas yang dimiliki. Kerusakan sumberdaya
terjadi karena tingkat pemanfaatannya telah melebihi daya dukung, sehingga diperlukan pengetahuan tentang daya dukung dari masing-masing sumberdaya
alam kawasan pesisir.
Konsep daya dukung pariwisata pesisir mempertimbangkan dua hal, yaitu 1 kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia, dan
2 standar keaslian sumberdaya alam. Daya dukung suatu wilayah tidak bersifat statis tapi bervariasi sesuai dengan kondisi ekologis wilayah yang dimaksud dan
juga kebutuhan demand manusia akan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan goods and services dari wilayah tersebut. Daya dukung suatu
wilayah dapat menurun akibat kegiatan manusia maupun gaya-gaya alamiah natural forces seperti bencana alam. Ketika sumberdaya alam dan jasa
lingkungan suatu wilayah dimanfaatkan melebihi daya dukungnya, maka keuntungan pembangunan dari wilayah tersebut secara keseluruhan mulai
menurun, yang selanjutnya akan mengakibatkan menurunnya perekonomian
38
wilayah tersebut, serta penurunan kesempatan kerja, pendapatan dan devisa. Ecological footprint
sebagai suatu pendekatan konsep daya dukung, yang paling mendasar adalah menjelaskan hubungan antara ukuran populasi dan perubahan
dalam sumberdaya dimana populasi tersebut berada. Hal tersebut diasumsikan bahwa terdapat suatu ukuran populasi yang optimal yang dapat didukung oleh
sumberdaya tersebut agar dapat berkelanjutan Adrianto 2004. Analisis footprint di suatu wilayah didasarkan pada kegiatan konsumsi, ekspor dan impor yang
dilakukan oleh wilayah tersebut. Oleh karena itu, sebenarnya kategori atau komponen footprint didasarkan pada jenis yang dikonsumsi dan bukan jenis yang
diproduksi. Berdasarkan analisis ekologi tersebut pariwisata pesisir dikembangkan
dengan mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi wilayah dan masyarakat. Kondisi sosial ekonomi wilayah pesisir barat Serang Kecamatan Anyer-
Cinangka perlu diketahui karena berhubungan dengan input-output sektor-sektor yang terkait dengan pengembangan pariwisata seperti Pendapatan Domestik
Regional Bruto pariwisata, pendapat per kapita, rasio daya dukung, investasi pariwisata dan produkvitas tenaga kerja. Sedangkan kondisi ekonomi sosial
masyarakat yang mendiami kawasan pesisir perlu dikaji yakni meliputi kualitas sumberdaya manusia diantaranya: pendidikan, penguasaan teknologi serta
lapangan kerja. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh terbatasnya prasarana dan sarana, seperti pendidikan, perekonomian, infrastruktur jalan, listrik serta
pelayanan lainnya yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata. Selanjutnya aspek sosial budaya masyarakat berupa kesenian, adat
istiadat maupun budaya yang khas yang dimiliki masyarakat dan penting dalam pengembangan pariwisata pesisir perlu dipertahankan serta dilestarikan terutama
yang berkaitan langsung dengan pariwisata karena memiliki nilai yang sangat strategis. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata pesisir
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pendidikan dan pengetahuan, umur, dan kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan, Madrie 1994. Seseorang yang
memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi terhadap kepentingan kelompok, cenderung semakin tinggi partisipasinya Long 1973. Soeryani at al. 1987
39
menjelaskan bahwa tingkat pendidikan dan kemiskinan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam mengelola lingkungan sekitar. Tingkat
pendidikan masyarakat akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka mengenai lingkungan. Keterpaduan analisis diatas menentukan untuk
pemanfaatan lahan dalam rangka pengembangan pariwisata pesisir berkelanjutan di wilayah pesisir barat Serang Kecamatan Anyer-Cinangka. Sumberdaya alam
tersebut memiliki fungsi ekologi, ekonomi dan sosial, fungsi tersebut akan berlangsung dengan baik dan berkelanjutan bila dilakukan pengelolaan yang baik
pula. Dengan demikian maka perlu dilakukan analisis kebijakan untuk mendapatkan pola pengembangan yang dapat meningkatkan peran pariwisata
dalam pembangunan daerah. Dalam rangka pengelolaan dan pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan maka analisis kebijakan dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Menurut Kay dan Alder 1999 analisis
kebijakan merupakan salah satu teknik atau alat penting yang bersifat administratif dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata pesisir. Kebijakan
didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan yang berguna yang harus diikuti oleh pelaku dalam menangani suatu masalah Anderson et al.1984 diacu Kay dan
Alder 1999. Heglo et al.1990 diacu Abidin 2002 mendefinisikan kebijakan sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu.
Kebijakan merupakan panduan keputusan mengenai keputusan-keputusan yang berkenaan dengan pilihan diatas arah tindakan alternatif Colebath 1993 diacu
Kay dan Alder 1999. Kaitan dengan pariwisata pesisir, kebijakan yang ditetapkan harus berbasis kondisi dan karateristik serta sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat setempat. Jika kawasan pesisir dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, bukan saja akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tetapi juga mempertahankan kelestarian sumberdaya yang ada di kawasan pantai barat Serang, Banten. Dengan demikian kerangka pemikiran
analisis kebijakan pengembangan pariwisata pesisir barat Serang, Banten secara lengkap disajikan pada Gambar 4 sebagai berikut:
40
INTERPRETASI CITRA SALELIT
PENYUSUNAN BASIS DATA SPASIAL
TABULAR
KRITERIA SOSIAL EKONOMI
KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG,
BANTEN
PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER PENGUMPULAN
DATA PRIMER
KRITERIA EKOLOGI
ANALISIS ZONA LAHAN PENGEMBANGAN
PESISIR BARAT SERANG
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG
BERKELANJUTAN
ANALISIS ECOLOGICAL
FOOTPRINT
ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN
ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN
PARIWISATA
ANALISIS PEMODELAN PARIWISATA PESISIR BERKELANJUTAN
• ANALISIS I-O EKOLOGI-EKONOMI
• ANALISIS DINAMIK
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pesisir
yang Berkelanjutan Di Kawasan Pantai Barat Serang, Banten
Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dihasilkan suatu kebijakan pengembangan pariwisata pesisir yang berkelanjutan melalui proses tahapan,
analisis zona pengembangan maupun analisis pemodelan pariwisata pesisir berkelanjutan.
41
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian