Konsep Pariwisata Pesisir Analisis kebijakan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di kawasan pesisir barat kabupaten Serang Provinsi Banten

15 proses ekologi essensial keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan WTO 1980. Pengertian tersebut secara implisit menjelaskan bahwa dalam pendekatan pariwisata berkelanjutan bukan berarti hanya sektor pariwisata saja yang berkelanjutan tetapi berbagai aspek kehidupan dan sektor sosial ekonomi lainnya yang ada di suatu daerah Butler 1980. Pariwisata pesisir yang berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Pengembangan pariwisata berkelanjutan mencakup upaya memaksimum kan net benefit dari pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas sumberdaya setiap waktu. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan per kapita riil, tetapi juga mencakup elemen-elemen lain dalam kesejahteraan sosial dan lingkungan. Selanjutnya Clark and Dickson 2003 berpendapat bahwa walaupun isu-isu pariwisata berkelanjutan terkait dengan ilmu dan teknologi yang sesuai telah muncul sejak lama, namun kenyataan empiris membuktikan bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan terutama pentingnya integrasi keilmuan dan riset guna mewujudkan konsep operasional pariwisata pesisir berkelanjutan. Lebih lanjut, Daly 1990 memberikan tiga kriteria dasar bagi keberlanjutan modal alam natural capital dan keberlanjutan ekologi ecological sustainability yaitu: 1. untuk sumberdaya alam terbarukan renewable resources , laju pemanfaatannya tidak boleh melebihi laju regenerasinya sustainable yield, 2. laju produksi limbah dari kegiatan pembangunan tidak boleh melebihi kemampuan asimilasi dari lingkungan sustainable waste disposal , dan 3. untuk sumberdaya tidak terbarukan non-renewable resources laju deplesi sumberdaya harus mempertimbangkan pengembangan sumberdaya substitusi bagi sumberdaya tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu pariwisata berkelanjutan menggunakan sistem dinamik semakin berkembang dan telah banyak dilakukan Fedra. 1998, Skarstveit et al. 2003. Publikasi penelitian kewilayahan yang menggunakan pendekatan sistem dinamik sudah cukup banyak ditemukan, terutama dalam studi 16 dinamik dan perencanaan wilayah. Namun demikian penerapan sistem dinamik dalam perencanaan wilayah di Indonesia belum banyak dilakukan, padahal perencanaan wilayah memerlukan suatu metodologi sistem dalam proses pengembangan spasial. Berbagai kegiatan yang dilakukan manusia maupun yang disebabkan oleh alam memiliki potensi mengancam ekosistem wilayah pesisir. Pemanfaatan di wilayah pesisir sesungguhnya dilakukan untuk menjawab tantangan pembangunan yang memerlukan rumusan perencanaan terpadu berkelanjutan. Banyaknya limbah domestik dan tingginya tingkat sedimentasi yang masuk dari wilayah pesisir, sehingga perlu dilakukan pengendalian, pencemaran limbah dan pengaturan pengelolaan Daerah Aliran Sungai DAS. Hal ini merupakan masalah kritis, yang akan berdampak pada lingkungan wisata sehingga perlu dilakukan tindakan langsung baik secara hukum formal maupun hukum adat untuk menciptakan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat merusak lingkungan. Dalam rangka menangani masalah tersebut, maka perlu dirumuskan suatu penataan ruang, pengelolaan dan pengusahaan kawasan wilayah pesisir yang memiliki dimensi keterpaduan ekologis, sektoral, disiplin ilmu serta keterpaduan antar stakeholders, sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai yaitu pertumbuhan ekonomi, perbaikan kualitas lingkungan serta adanya kepedulian antar generasi. Perkembangan pariwisata telah mampu memberikan keuntungan sosial, ekonomi dan ekologilingkungan pada berbagai wilayah pesisir. Kecendrungan wisatawan untuk menikmati wisata di wilayah pesisir telah mendorong pertumbuhan di wilayah tersebut, mengakibatkan pula semakin banyaknya masyarakat terlibat dalam kegiatan pariwisata seperti peningkatan fasilitas dan aksesibilitas Zia 2006. Konsep wisata alam di dasarkan pada keindahan panorama, keunikan alam, karateristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karateristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah, dan Steele 1993 menggambarkan kegiatan wisata alam sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. Pariwisata alam adalah seluruh bentuk pariwisata yang secara langsung tergantung pada sumberdaya alam yang 17 ada dan yang belum dikembangkan, termasuk pemandangan, topografi, perairan tumbuhan dan hewan liar. Dengan demikian pariwisata alam dapat meliputi bera- neka ragam kegiatan seperti piknik, berjalan-jalan, rekreasi, olah raga pantai, be- renang, berjemur, memancing. Lingkungan perairan yang dapat dipergunakan untuk wisata alam yang terdiri dari wisata pantai dan wisata bahari, sangat bera- nekaragam biasanya terbentuk oleh proses alam dan buatan, Yulianda 2007 seperti yang disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 Kegiatan Wisata Alam yang dapat Dikembangkan Wisata Pantai Wisata Bahari 1.Rekreasi pantai. 1.Rekreasi pantai dan laut. 2.Panorama. 2.Resortperistirahatan. 3.Resortperistirahatan. 3.Wisata selam diving , wisata snorkeling. 4.Berenang, berjemur. 4.Selancar, jet ski, banana boat, perahu kaca, kapal selam. 5.Olah raga pantai volley pantai, jalan pantai, lempar cakram. 5.Wisata ekosistem lamun, wisata nelayan, wisata pulau, wisata . 6.Berperahu. 6.Pendidikan, wisata pancing. 7.Memancing. Sumber: Yulianda 2007 Wong 1998 mendefinisikan pariwisata pesisir sebagai suatu kegiatan untuk menikmati pantai, pasir, laut, dan berjemur. Sementara itu Dahuri et al. 2001 mendefinisikan wisata pesisir sebagai kegiatan rekreasi yang dilakukan sekitar pantai seperti berenang, berselancar, berjemur, menyelam, snorkeling, berjalan-jalan atau berlari-lari di sepanjang pantai, menikmati keindahan suasana pesisir , dan bermediasi. Pariwisata semacam ini sering diasosiasikan dengan tiga ā€Sā€ yaitu Sun, Sea, Sand artinya jenis pariwisata yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alami dari kombinasi cahaya matahari, laut dan pantai berpasir putih. Kawasan pesisir yang berpotensi untuk pengembangan pariwisata pesisir adalah taman wisata alam, khususnya taman wisata alam perairan. Potensi yang ada di taman wisata alam antara lain adalah panorama alam dengan pasir putihnya, taman laut dengan keindahan ikan hias dan terumbu karang, gejala alam seperti goa, kekayaan alam flora dan fauna, nilai sejarah dan lain-lain. 18 Pantai dengan garis pantai merupakan areal yang sangat sesuai untuk wisa- ta alam. Namun kondisinya sangat rentan terhadap perubahan atau kemerosotan kualitas lingkungan yang terjadi di perairan dan di daratan, maka penetapan untuk wisata sangat berhati-hati. Penetapan daya dukung lingkungan pantai menjadi sangat penting dalam menentukan jumlah pengunjung. Daya dukung pantai ini berbeda-beda tergantung dari jenis pantai muddy, sandy atau rocky beach. Kebijakan secara nasional sesuai dengan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1989 yang menetapkan lebar jalur sempadan pantai. Dalam keputusan ter- sebut dinyatakan bahwa: areal pantai di atas shoreline yaitu selebar 150-200 meter dari shoreline ke arah darat. Areal ini ditetapkan sebagai kawasan lindung yang berarti sebagai areal public beach yang melarang siapapun untuk membangun fa- silitas wisata. Kawasan lindung ini ditetapkan pemerintah untuk tujuan konservasi dan proteksi lingkungan. Kemudian Yoeti 1996 menyatakan bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah: 1 dapat meningkatkan pendapatan devisa khususnya dan pendapatan negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan industri; 2 memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan suatu negara; 3 meningkatkan persahabatan dan persaudaraan nasional dan internasional.

2.4 Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan

Pengembangan pariwisata berkelanjutan telah didefinisikan sebagai pari- wisata yang memaksimalkan potensi pariwisata untuk memberantas kemiskinan dengan mengembangkan strategi yang tepat dalam kerjasama dengan semua ke- lompok utama, masyarakat adat dan masyarakat lokal, Komisi PBB untuk Pem- bangunan Berkelanjutan 1999. Definisi pembangunan berkelanjutan ini didasar- kan pada WCED, 1987 : pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tan- pa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutu- han mereka sendiri WCED, Our Common Future 1987 . Menurut Gunn 1994 menyatakan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir secara berkelanjutan berarti bagaimana mengelola segenap kegiatan pembangunan yang terdapat di suatu wilayah yang berhubungan 19 dengan wilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsionalnya. Pengembangan yang berkelanjutan sustainable development diberi batasan sebagai pembangunan yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa mempertaruhkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Tujuan pengembangan yang berkelanjutan adalah memadukan pembangunan dengan lingkungan sejak awal proses penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan yang strategis sampai kepada penerapannya di lapangan. Pengembangan pariwisata pesisir yang berkelanjutan Sustainable Coastal Tourism dapat diartikan sebagai pengembangan wisata yang berwawasan lingkungan dengan tidak merusak kondisi sumberdaya alam pesisir yang telah ada, sehingga dapat dimanfaatkan terus-menerus sampai generasi yang akan datang. Kegiatan wisata alam selain memberikan dampak positif juga dapat membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, baik dampak negatif terhadap lingkungan obyek wisata alam itu sendiri maupun terhadap lingkungan sosial budaya setempat. Dampak negatif terhadap alam umumnya terjadi sebagai akibat dari perencanaan dan pengelolaan yang kurang baik, misalnya perencanaan pengembangan kegiatan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan dan kurangnya pengetahuan, kesadaran serta pendidikan masyarakat dan wisatawan terhadap kelestarian lingkungan Soeriaatmaja 1997. Selanjutnya konsep pariwisata berkelanjutan yaitu : a kegiatan kepariwi- sataan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi terhadap masyarakat setem- pat, b kegiatan kepariwisataan tersebut tidak merusak lingkungan, c kegiatan kepariwisataan tersebut bertanggung-jawab secara sosial, dan d kegiatan kepa- riwisataan tersebut tidak bertentangan dengan budaya setempat. Dari konsep ter- sebut dapat mengubah pola pikir masyarakat bahwa perkembangan kepariwisa- taan di suatu wilayah dengan obyek wisatanya yang merupakan suatu berkah bu- kan sebaliknya merupakan suatu musibah. Dengan demikian, masyarakat akan selalu berupaya menjaga kelestariannya, menjaga keberlanjutannya, dan tentunya menciptakan suasana yang aman dan kondusif Muriawan 2009. Pengembangan pariwisata tanpa perencanaan dan pengelolaan yang baik akan mengakibatkan kehilangan dan penurunan mutu kawasan yang tidak