Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan

18 Pantai dengan garis pantai merupakan areal yang sangat sesuai untuk wisa- ta alam. Namun kondisinya sangat rentan terhadap perubahan atau kemerosotan kualitas lingkungan yang terjadi di perairan dan di daratan, maka penetapan untuk wisata sangat berhati-hati. Penetapan daya dukung lingkungan pantai menjadi sangat penting dalam menentukan jumlah pengunjung. Daya dukung pantai ini berbeda-beda tergantung dari jenis pantai muddy, sandy atau rocky beach. Kebijakan secara nasional sesuai dengan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1989 yang menetapkan lebar jalur sempadan pantai. Dalam keputusan ter- sebut dinyatakan bahwa: areal pantai di atas shoreline yaitu selebar 150-200 meter dari shoreline ke arah darat. Areal ini ditetapkan sebagai kawasan lindung yang berarti sebagai areal public beach yang melarang siapapun untuk membangun fa- silitas wisata. Kawasan lindung ini ditetapkan pemerintah untuk tujuan konservasi dan proteksi lingkungan. Kemudian Yoeti 1996 menyatakan bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah: 1 dapat meningkatkan pendapatan devisa khususnya dan pendapatan negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan industri; 2 memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan suatu negara; 3 meningkatkan persahabatan dan persaudaraan nasional dan internasional.

2.4 Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan

Pengembangan pariwisata berkelanjutan telah didefinisikan sebagai pari- wisata yang memaksimalkan potensi pariwisata untuk memberantas kemiskinan dengan mengembangkan strategi yang tepat dalam kerjasama dengan semua ke- lompok utama, masyarakat adat dan masyarakat lokal, Komisi PBB untuk Pem- bangunan Berkelanjutan 1999. Definisi pembangunan berkelanjutan ini didasar- kan pada WCED, 1987 : pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tan- pa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutu- han mereka sendiri WCED, Our Common Future 1987 . Menurut Gunn 1994 menyatakan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir secara berkelanjutan berarti bagaimana mengelola segenap kegiatan pembangunan yang terdapat di suatu wilayah yang berhubungan 19 dengan wilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsionalnya. Pengembangan yang berkelanjutan sustainable development diberi batasan sebagai pembangunan yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa mempertaruhkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Tujuan pengembangan yang berkelanjutan adalah memadukan pembangunan dengan lingkungan sejak awal proses penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan yang strategis sampai kepada penerapannya di lapangan. Pengembangan pariwisata pesisir yang berkelanjutan Sustainable Coastal Tourism dapat diartikan sebagai pengembangan wisata yang berwawasan lingkungan dengan tidak merusak kondisi sumberdaya alam pesisir yang telah ada, sehingga dapat dimanfaatkan terus-menerus sampai generasi yang akan datang. Kegiatan wisata alam selain memberikan dampak positif juga dapat membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, baik dampak negatif terhadap lingkungan obyek wisata alam itu sendiri maupun terhadap lingkungan sosial budaya setempat. Dampak negatif terhadap alam umumnya terjadi sebagai akibat dari perencanaan dan pengelolaan yang kurang baik, misalnya perencanaan pengembangan kegiatan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan dan kurangnya pengetahuan, kesadaran serta pendidikan masyarakat dan wisatawan terhadap kelestarian lingkungan Soeriaatmaja 1997. Selanjutnya konsep pariwisata berkelanjutan yaitu : a kegiatan kepariwi- sataan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi terhadap masyarakat setem- pat, b kegiatan kepariwisataan tersebut tidak merusak lingkungan, c kegiatan kepariwisataan tersebut bertanggung-jawab secara sosial, dan d kegiatan kepa- riwisataan tersebut tidak bertentangan dengan budaya setempat. Dari konsep ter- sebut dapat mengubah pola pikir masyarakat bahwa perkembangan kepariwisa- taan di suatu wilayah dengan obyek wisatanya yang merupakan suatu berkah bu- kan sebaliknya merupakan suatu musibah. Dengan demikian, masyarakat akan selalu berupaya menjaga kelestariannya, menjaga keberlanjutannya, dan tentunya menciptakan suasana yang aman dan kondusif Muriawan 2009. Pengembangan pariwisata tanpa perencanaan dan pengelolaan yang baik akan mengakibatkan kehilangan dan penurunan mutu kawasan yang tidak 20 diharapkan, sebagai akibatnya adalah hilangnya kawasan yang menarik bagi wisatawan. Fasilitas dan lokasi adalah faktor utama yang menyebabkan hilangnya dan penurunan mutu sumberdaya pesisir. Pemilihan lokasi yang tidak sesuai dapat menyebabkan kesulitan dalam melaksanakan pemilihan pengembangan, baik sekarang maupun akan datang. Banyaknya dampak negatif yang terjadi akibat kesalahan dalam melakukan pendugaan terhadap karakteristik proses alami kawasan pesisir kerusakan akibat badai dan ombak, erosi pantai dan intrusi air laut adalah sebagai penyebab kegagalan umum perencanaan tata guna lahan,yang mengakibatkan rapuhnya ekosistem dan bahkan merusak infrastruktur Baehaqie dan Helvoort 1993. Commonwealth Coastal Action Program 1997 menyatakan bahwa pengembangan pariwisata yang berkelanjutan sustainable coastal tourism adalah pengembangan pariwisata yang memperhatikan wilayah konservasi dan perubahan komunitas ekologi yang ditimbulkannya, meliputi perlindungan terhadap satwa liar dan menjaga kualitas kehidupan yang ada di lingkungan tersebut untuk generasi yang akan datang. Jadi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan sangat erat kaitannya dengan keramahan lingkungan di sekitarnya. Lebih lanjut UI, ITB, UGM 1994 menyatakan bahwa penyelenggaraan pengembangan pariwisata harus mengunakan prinsip keberlanjutan dan secara ekonomi memberikan keuntungan, memberikan kontribusi pada upaya pelestarian sumberdaya alam, serta sensitif terhadap budaya masyarakat lokal. Oleh karena itu pengembangan pariwisata harus berpegang pada prinsip-prinsip dasar sebagai berikut: 1. Prinsip Keseimbangan Pengelolaan pariwisata harus didasarkan pada komitmen pola keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial budaya dan konservasi. 2. Prinsip Partisipasi Masyarakat Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan usaha pariwisata. 3. Prinsip Konservasi Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya. Pengembangan harus diselenggarakan secara bertanggung jawab dan mengikuti kaidah-kaidah ekologi serta peka dan 21 menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. 4. Prinsip Keterpaduan Pengelolaan pariwisata harus direncanakan secara terpadu dengan memperhatikan kondisi ekosistem dan disinerjikan dengan pembangunan berbagai sektor. 5. Prinsip Penegakan Hukum Pengelolaan pariwisata harus dikembangkan sesuai dengan aturan-aturan yang ada,serta dilaksanakan dengan penegakan hukum maupun peraturan yang berlaku untuk menjamin kepastian hukum dalam pengelolaan pariwisata. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: Km. 67Um.001Mkp2004 tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata menyatakan bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan saat ini dengan tetap menjaga dan meningkatkan kesempatan pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang. Pembangunan pariwisata berkelanjutan dicitrakan menjadi patokan dalam pengaturan sumberdaya sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika tercapai, dengan tetap menjaga integritas budaya, proses-proses dan keanekaragaman hayati. Selanjutnya pariwisata berkelanjutan dapat dicapai bila pertumbuhan yang selaras antara ekologi, ekonomi dan sosial serta instansi-instansi yang terkait. Aspek sosial merupakan unsur yang penting dalam menggalakkan pelestarian masyarakat setempat memiliki peran penting bersama pengelola dalam memberikan penguatan kepedulian dan kesadaran akan hak dan tanggung jawab dari para pelaku termasuk wisatawan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan alam yang sehat. Masyarakat setempat diberi kesempatan dan peluang untuk bermitra dengan pengelola dalam melakukan kegiatan usaha, yang terpenting adalah menumbuhkembangkan budaya menghargai dan peduli terhadap kelestarian alam beserta lingkungannya untuk mendukung proses keseimbangan Yulianda 2007. 22

2.5 Konsep Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu