Latar Tempat Latar dan Ruang

Peritiwa di tempat ini menjadi sangat penting karena Opera Minerva dan perjumpaannya dengan Landless, impian Suhar untuk menjadi orang yang sukses terkabul. Setelah menyerahkan selir pemimpin Mojokuto pada pasukan Olanda, Suhar diangkat menjadi komandan divisi Jawa. Hari yang lain. Di sebuah gua, bernama gua Semar, di daerah dataran tinggi. Suhar sedang bersemedi di atas batu. Djono menyalakan dupa. Bersamaan dengan itu, bias cahaya merah dan kepul asap kekuningan menguasai seluruh kawasan gua. Terdengar suara senjata-senjata diletuskan, pertempuran menuju akhirnya, dan dari arah Barat gelora kemenangan terdengar. Amir dan Yusuf berlari tanpa senjata dan seragam berlumpur, bersimpuh di depan Suhar. Amir : Serangan gerilya dari Barat. Mojokuto sudah mereka rebut. Yusuf : Mereka punya mesiu. Dan tentara-tentara berkuluk putih menyergap pasukan kita dari setiap perbatasan. Seluruh komandan ambil langkah menyerah. 48 Kutipan di atas menggambarkan detik-detik kekalahan Suhar yang sedang bersembunyi di Gua Semar. Mojokuto yang sebelumnya berhasil ia kuasai telah berhasil direbut kembali oleh pasukan Mas Ageng yang dibantu oleh pasukan dari Batavia. Dalam seluruh latar tempat pada naskah Cannibalogy pengarang menggambarkan tempat-tempat penting yang berkaitan dengan peristiwa penting yang berkaitan dengan tokoh utama yang menjadi sasaran penelitian ini. Demikian beberapa latar tempat di sini memiliki keterkaitan yang erat dengan tema yang telah dipaparkan sebelumnya yakni mengenai kekuasaan. Dengan demikian latar tempat pun berkaitan erat dengan alur yang menjadi jalan cerita tokoh utama. 48 Ibid., h.61.

b. Latar Waktu

Latar waktu dalam naskah Cannibalogy tidak digambarkan secara gamblang. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kejadian yang ada dalam naskah berjalan begitu saja tanpa harus menampilkan penanda waktu akurat. Meskipun demikian, petunjuk waktu dapat dianalisis melalui peristiwa-peristiwa yang secara faktual terdapat dalam sejarah. Dalam naskah tersebut penggambaran latar waktu secara implisit tertera pada beberapa dialog. Salah satunya dapat dilihat pada kutipan berikut: Solih : Mayat-mayat sudah diangkat dari lubang. Tujuh orang. Korban diiris-iris. Mereka masih hidup waktu dikubur paksa di sumur kering. Orang-orang terbaik yang kita punya. Suhar : Ya..ya. Itu kerjaan BTI. Pengacau Mereka komplotan si Suman juga. Makamkan semuanya dengan baik. Kasih gelar sebagai pahlawan revolusi. Biar rakyat seneng. Solih : Harus kita tangkap gembongnya. Suhar : Pasti. Aidil dan Untung. Kejar mereka sampai Madiun. 49 Dari kutipan tersebut diketahui bahwa dalam naskah terjadi peristiwa pembantaian sadis yang melibatkan tokoh bernama Aidil dan Untung. Jika ditarik pada peristiwa sejarah Indonesia, kutipan tersebut mengacu pada tragedi Lubang Buaya, dimana tujuh orang jenderal dibunuh dengan sadis dan dikumpulkan dalam satu sumur kering dengan terduga pelaku anggota PKI. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengarang menggunakan latar waktu cerita sekitar tahun 1965-1998 atau 49 Ibid. h. 36 diketahui sebagai masa Orde Baru. Pemilihan latar waktu ini digunakan pengarang bukan tanpa alasan sebab saat itu banyak sekali peristiwa sejarah kelam yang terkesan kabur atau dikaburkan. Kegelisahan tersebut yang melandasi pengarang untuk menyampaikan kritik melalui naskah ini. Kemudian latar lainnya yang terdapat dalam naskah Cannibalogy ialah malam hari, tengah hari, dan hari yang lain. Berikut kutipan-kutipan yang mengacu pada latar waktu tersebut: 1 Malam Malam ini, kita bikin Jawa bersuka Mojokuto tinggal sejarah. Sekarang, Opera Minerva adalah mercusuar baru kekuasaan di Jawa… 50 Hari yang lain. Malam hari. Pertunjukan sedang berlangsung di gedung Opera Minerva. Nampak belasan perempuan berambut blonda mengenakan kostum serimpi, dan secara rampak mereka menari gaya bedhaya. 51 Pada pasukannya Dulur, malam ini akan kita kenang sebagai malam untuk kesetiaan nyali dan keberanian seni. Dulur, lepaskan samaran… 52 2 Tengah hari Tengah hari. Di tengah pasar yang sudah usai, sebuah tegalan terbuka, desa Pring. Suhar menumpuk semua barang kelontong jualannya, memantik api ke jerami kering, lalu membakarnya… 53 3 Hari yang lain Hari yang lain. Siang hari. Markas Suhar. Suhar mengisap cerutu, berkacamata hitam, dan mengenakan seragam militer. Suhar mengempit tongkat komando… 54 Hari yang lain. Di sebuah gua, bernama gua Semar, di daerah dataran tinggi. Suhar sedang bersemedi di atas batu. Djono menyalakan dupa. Bersamaan dengan itu, bias cahaya merah dan kepul asap kekuningan menguasai seluruh kawasan gua. Terdengar suara senjata-senjata diletuskan, pertempuran menuju akhirnya, dan dari arah Barat gelora 50 Ibid., h. 39. 51 Ibid., h. 45. 52 Ibid., h. 46. 53 Ibid., h. 2. 54 Ibid., h. 47. kemenangan terdengar. Amir dan Yusuf berlari tanpa senjata dan seragam berlumpur, bersimpuh di depan Suhar. 55 Penggambaran latar waktu yang digunakan oleh Benjon dalam naskah drama Cannibalogy berfungsi untuk memperkuat cerita. Malam hari dalam naskah ini menggambarkan betapa sebenarnya malam bukan hanya sekedar waktu untuk beristirahat. Banyak hal yang dapat dilakukan malam hari, terlebih naskah ini merupakan penggambaran suasana perang sehingga pemilihan waktu malam sangat tepat untuk berkegiatan. Latar selanjutnya ialah siang hari, pada kutipan tersebut digambarkan tokoh Suhar yang frustasi akibat kebangkrutannya sehingga ia membakar seluruh barang dagangannya dan memilih jalan kiri untuk melanjutkan hidup. Latar selanjutnya ialah hari yang lain, pada kutipan pertama Suhar yang sebelumnya hanya seorang pedagang kelontongan kini digambarkan telah menjadi seorang komadan lengkap dengan seragam militer yang menjelaskan bahwa status sosialnya telah berubah. Selanjutnya pada kutipan yang kedua menggambarkan hari-hari menjelang kehancuran Suhar. Suhar yang sebelumnya telah menjadi seorang komandan, akhirnya hancur karena perbuatannya sendiri dan mengharuskan ia bersembunyi di sebuah gua, namun persembunyiannya sia-sia karena tempat persembunyian tersebut telah diketahui oleh pasukan Mas Ageng.

4. Penggarapan Bahasa

Sebagaimana di dalam karya sastra lainnya, di dalam drama para pengarang pun memanfaatkan penggunaan gaya bahasa. Tentu dengan memperhatikan kekhususan karakteristik drama. Penggunaan jenis gaya bahasa ini akan membantu pembaca mengidentifikasi perwatakan tokoh. Tokoh yang menggunakan gaya bahasa penegasan dalam ucapan- 55 Benny Yohans. op.cit,.h. 60. ucapannya tentu akan berbeda letaknya dengan tokoh yang menggunakan gaya bahasa sindiran ataupun pertentangan dan perbandingan. 56 Gaya bahasa yang paling dominan yang digunakan dalam naskah drama Cannibalogy kaya Benny Yohanes yakni gaya bahasa sinisme. Hal tersebut terjadi karena naskah ini merupakan naskah yang menggambarkan keadaan sosial yang menyimpang. Salah satu contohnya ialah terdapat pada awal pembukaan cerita Kuro : Lihat sendiri. Dagingnya sudah dibikin sate. Lainnya sedang direbus. Lihat di lehernya. Itu masih daging korban juga. Malah dibikin kalung. Orang ini gemblung, Daeng. Sentolo : Matanya melotot terus. Seperti burung hantu. Nantang dia. Ada setan di dagingnya. Kamu ini manusia apa binatang ? 57 Peristiwa yang terjadi dalam kutipan tersebut ialah menggambarkan kemarahan warga Mojokuto akibat ulah Suman yang membongkar dan memakan daging mayat yang dicurinya. Selain gaya bahasa sinisme, ada beberapa gaya bahasa pula yang digunakan oleh Benjon dalam naskah drama Cannibalogy seperti yang akan dipaparkan di bawah ini:

a. Antitesis

Antitesis merupakan sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan. 58 Penggunaan antitesis dapat dilihat dalam kutipan: Dik Sinta Salim, bicara adik panjang dan rumit. Suman tidak sekolah. Tidak bisa bergaya bahasa. Agak mumet jadinya. Tapi wajah adik, suara adik, tatapan adik, lebih sampai dari bahasa adik. 59 56 Ibid., h.99. 57 Benny Yohanes., op.cit. h, 3 58 Gorys Keraf,Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004. h. 126. 59 Benny Yohanes, op. cit., h. 26.

Dokumen yang terkait

Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 75 106

Kritik Sosial Dalam Novel The Da Peci Code Karya Ben Sohib Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia

3 87 104

Kritik Sosial dalam Puisi Esai "Manusia Gerobak" karya Elza Peldi Taher dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 28 130

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

12 109 94

Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 25 93

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA RT 0 RW 0 KARYA IWAN SIMATUPANG: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

0 2 17

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA RT 0 RW 0 KARYA IWAN SIMATUPANG: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

2 8 12

PENDAHULUAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

0 4 6

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

1 11 11

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

0 11 22