Aristotelian versus Platonic. Aristotelian menganggap kritik bersifat formal,
logis, dan yudisial yang cenderung mengemukakan nilai-nilai karya pada diri suatu karya sastra atau hal-hal yang berhubungan dengan karya itu sendiri.
Platonic mengarah kepada pandangan moral dan kegunaan manfaat suatu
karya seni, di mana nilai suatu karya diperoleh pada kegunaan untuk yang lain dan tujuan-tujuan non seni. Jadi, pada pokoknya apa yang dimaksudkan
dengan dikotomi Aristotelian Platonic ialah pemisahan intrinsik dengan ekstrinsik.
Definisi lain mengenai kritik sastra dikatakan oleh Andra Harjana sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki
karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran semantik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.
15
Dari beberapa pemaparan di atas, secara singkat dapat dijelaskan bahwa kritik sastra adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang masyarakat
dalam karya sastra. Dalam kritik sastra, dapat diketahui nilai-nilai pada suatu karya sastra serta hal-hal yang berhubungan dengan karya itu sendiri.
5. Jenis-jenis Kritik Sosial
Kritik sosial yang menjadi perhatian peneliti dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek, yakni kritik sosial masalah politik, sosial-budaya,
moral, dan kemanusiaan. a. Kritik Sosial Masalah Politik
Sumaadmaja mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk berpolitik karena manusia mempunyai kemampuan untuk mengatur
kesejahteraan, keamanan, dan pemerintahan di dalam kelompoknya. Manusia adalah makhluk yang dapat mengatur pemerintahan dan negaranya.
16
Dalam usaha mengatur pemerintahannya, manusia harus menjalankan suatu
15
Atar Semi, Kritik Sastra, Bandung: Angkasa, 2013, h. 5.
16
Nursid Sumaadmaja, Perspektif Studi Sosial. Bandung: Penerbit Angkasa,1980, h. 42.
mekanisme yang sesuai sehingga tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan yang akan merugikan masyarakat.
Mahfud dalam bukunya yang berjudul “ Politik Hukum di Indonesia” membagi dua hal mengenai susunan kekuatan politik secara dikotomis.
17
1 Konfigurasi politik demokratis adalah susunan sisem politik yang membuka peluang bagi partisipasi rakyat secara penuh untuk ikut aktif
menentukan kebijakan umum. Partisipasi ini ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala
yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjadinya kebebasan politik.
2 Konfigurasi politik otoriter adalah susunan sistem politik yang lebih memungkinkan negara berperan sangat aktif serta mengambil hampir
seluruh inisiatif dalam pembuatan kebijaksanaan negara. Konfigurasi ini ditandai oleh dorongan elite kekuasaan untuk melaksanakan persatuan,
penghapusan oposisi terbuka, dominasi pimpinan negara untuk menentukan kebijaksanaan negara dan dominasi kekuatan politik oleh
elite politik yang kekal, serta dibalik semua itu ada satu doktrin yang membenarkan konsentrasi kekuasaan.
Mekanisme lain yang harus dijalankan dalam pemerintahan adalah kekuasaan power. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan
orang lain, dalam hal ini kekuasaan memiliki unsur yang tidak dimiliki oleh pengaruh, yaitu kemampuan untuk memadamkan perlawanan dan menjamin
tercapainya keinginan penguasa itu. Aspek terakhir yang dalam mekanisme politik adalah kekuasaan
authority. Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan kekerasan. Kekuasaan dapat melawan keinginan orang dan
17
Mahfud MD. Politik Hukumdi Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 30.