a. Penokohan dan Perwatakan
Dalam drama kecuali monolog tidak hanya ada seorang tokoh yang bergerak tanpa hubungan dengan tokoh lain. Tokoh dalam drama
tersebut berdialog dengan tokoh lain, bertatap muka dan berkonflik antara satu sama lain, saling berinteraksi dan komunikasi hingga menimbulkan
konflik. Dalam Suyadi San, terdapat istilah yang lazim digunakan yakni
penokohan dan teknik penokohan. Penokohan merujuk kepada proses penampilan tokoh yang berfungsi sebagai pembawa peran watak tokoh
cerita dalam drama. Sedangkan teknik penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon, sutradara, atau pemain dalam penampilan
atau penempatan tokoh-tokoh wataknya dalam cerita. Teknik penokohan dilakukan dalam rangka menciptakan citra
tokoh cerita yang hidup dan berkarakter. Watak tokoh cerita dapat diungkapkan melalui salah satu teknik berikut : 1. Apa yang dipikirkan,
dirasakan, atau dikehendaki tentang dirinya atau tentang diri orang lain, 2. Lakuan, tindakan, 3. Cakapan, ucapan, ujaran, 4. Kehendak, perasaan,
pikiran, 5. Penampilan fisik. Penokohan, gerak, dan cakapan adalah tiga komponen utama yang
menjadi dasar terjadinya konflik tikaian dalam drama. Pada hakikatnya konflik tikaian merupakan unsur intrinsik yang harus ada dalam sebuah
drama. Dalam Suyadi San terdapat empat cara membangun pola
penokohan naskah drama. Pertama, tiap tokoh mempunyai nama. Nama- nama tokoh tidak di susun secara serta merta oleh pengarang. Tentu
memiliki alasan dan latar belakang. Ini, tentu penamaan saja akan menjadi gambaran perwatakan sang tokoh.
39
39
Suyadi San, op.cit., h. 10.
Pola penokohan yang pertama ini tentu akan membantu pembaca ataupun aktor dalam mengetahui watak, dialek, serta kebiasaan yang
dilakukan oleh tokoh dalam naskah. Sebagai contoh tokoh Mas Ageng dalam naskah Cannibalogy karya BenJon. Tentu ada maksud serta makna
di balik nama tersebut. Dari namanya akan terlihat Mas Ageng berasal dari tanah Jawa dan memiliki kedudukan yang dihormati.
Tidak jauh berbeda halnya dengan Suyadi San, Hasanuddin. WS mengatakan dalam penokohan terbentuk hal-hal yang berkaitan dengan
penamaan, keadaan fisik tokoh, keadaan sosial tokoh, serta karakter tokoh. Hal-hal yang termasuk di dalam permasalahan penokohan ini saling
berhubungan dalam upaya membangun permasalahan-permasalahan atau konflik-konflik kemanusiaan yang merupakan persyaratan utama drama.
Bahkan di dalam unsur drama, penokohan merupakan aspek penting, selain aspek ini aspek-aspek lain di dalam drama dimungkinkan
berkembang, unsur penokohan di dalam drama terkesan lebih tegas dan jelas pengungkapannya dibandingkan dengan fiksi.
40
Pemilihan aspek penamaan untuk tokoh diniatkan sejak semula oleh pengarang untuk mewakili permasalahan dan konflik yang hendak
dikemukakan. Oleh sebab itu, dalam upaya penemuan permasalahan drama, pembaca perlu mempertimbangkan unsur penamaan tokoh.
Setidak-tidaknya yang harus disadari pembaca adalah faktor nama merupakan suatu subsistem yang lebih besar. Nama di dalam drama dapat
menimbulkan persepsi dan resepsi tertentu.
41
Kedua, pemeranan. Tokoh-tokoh yang dihadirkan pengarang,
untuk dapat membangun persoalan dan menciptakan konflik-konflik, biasanya melalui peran-peran tertentu yang harus mereka lakukan. Jarang
tokoh memiliki peran tunggal, kebanyakan multi peran. Jumlah peran
40
Hasanuddin, op.cit., h. 76.
41
Ibid., h. 78.