Naskah Drama Hakikat Drama

Pola penokohan yang pertama ini tentu akan membantu pembaca ataupun aktor dalam mengetahui watak, dialek, serta kebiasaan yang dilakukan oleh tokoh dalam naskah. Sebagai contoh tokoh Mas Ageng dalam naskah Cannibalogy karya BenJon. Tentu ada maksud serta makna di balik nama tersebut. Dari namanya akan terlihat Mas Ageng berasal dari tanah Jawa dan memiliki kedudukan yang dihormati. Tidak jauh berbeda halnya dengan Suyadi San, Hasanuddin. WS mengatakan dalam penokohan terbentuk hal-hal yang berkaitan dengan penamaan, keadaan fisik tokoh, keadaan sosial tokoh, serta karakter tokoh. Hal-hal yang termasuk di dalam permasalahan penokohan ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan-permasalahan atau konflik-konflik kemanusiaan yang merupakan persyaratan utama drama. Bahkan di dalam unsur drama, penokohan merupakan aspek penting, selain aspek ini aspek-aspek lain di dalam drama dimungkinkan berkembang, unsur penokohan di dalam drama terkesan lebih tegas dan jelas pengungkapannya dibandingkan dengan fiksi. 40 Pemilihan aspek penamaan untuk tokoh diniatkan sejak semula oleh pengarang untuk mewakili permasalahan dan konflik yang hendak dikemukakan. Oleh sebab itu, dalam upaya penemuan permasalahan drama, pembaca perlu mempertimbangkan unsur penamaan tokoh. Setidak-tidaknya yang harus disadari pembaca adalah faktor nama merupakan suatu subsistem yang lebih besar. Nama di dalam drama dapat menimbulkan persepsi dan resepsi tertentu. 41 Kedua, pemeranan. Tokoh-tokoh yang dihadirkan pengarang, untuk dapat membangun persoalan dan menciptakan konflik-konflik, biasanya melalui peran-peran tertentu yang harus mereka lakukan. Jarang tokoh memiliki peran tunggal, kebanyakan multi peran. Jumlah peran 40 Hasanuddin, op.cit., h. 76. 41 Ibid., h. 78. yang harus diemban tokoh biasanya tergantung dengan interaksi sosial yang dijalaninya. Perubahan lawan interaksi sosial akan menyebabkan berubahnya peran seorang tokoh. Setiap peran umumnya selalu hadir berpasangan dengan peran seorang tokoh. Setiap peran umumnya selalu hadir berpasangan dengan peran lain dalam bentuk suatu permasalahan atau konflik. Setiap konflik atau permasalahan dapat saja muncul atau dibentuk oleh beberapa peran dari beberapa tokoh. Namun, beberapa peran itu tetap hadir dalam dua kelompok peran yang berpasangan. 42 Mengenai hal ini, Robert Sholes dalam Hasanuddin merumuskan enam kedudukan peran tokoh di dalam drama. Keenam kedudukan peran inilah yang membangun cerita dan membentuk konflik. Kedudukan enam peran itu adalah : a Peran Lion, yaitu tokoh-tokoh yang dikategorikan sebagai pembawa ide. Disebut juga tokoh protagonis. Biasanya memerjuangkan sesuatu, yang mungkin berupa kebenaran, kekuasaan, perdamaian, cinta, atau juga wanita. Di dalam perjalanannya kerap kali tokoh Lion mendapat hambatan dan tantangan. Sebagai contoh dalam naskah Cannibalogy yang merupakan peran Lion ialah Suman. Suman digambarkan sebagai tokoh pejuang yang sedang merebut tanah Mojokuto dari tangan penjajah, serta berjuang untuk membebaskan Sun dari Mars. b Peran Mars, yaitu tokoh yang menentang dan menghalang- halangi perjuangan Lion. Biasanya berkeinginan untuk mendapatkan apa yang diinginkan peran Lion. Sering juga di sebut dengan tokoh antagonis. 42 Suyadi San, op.cit., h. 11.

Dokumen yang terkait

Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 75 106

Kritik Sosial Dalam Novel The Da Peci Code Karya Ben Sohib Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia

3 87 104

Kritik Sosial dalam Puisi Esai "Manusia Gerobak" karya Elza Peldi Taher dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 28 130

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

12 109 94

Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 25 93

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA RT 0 RW 0 KARYA IWAN SIMATUPANG: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

0 2 17

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA RT 0 RW 0 KARYA IWAN SIMATUPANG: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

2 8 12

PENDAHULUAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

0 4 6

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

1 11 11

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

0 11 22