Tema Tema Premisse dan Amanat
Mas Ageng : Mas Ageng menekankan ujung golok lebih keras ke dada
Suman. Suman menahan nafas. Penduduk bersorak Perbuatannya patut dihukum. Ya Tapi orang-orang Mojokuto,
dengarkan keputusanku. Di dunia orang hidup, menghukum bukan menyakiti. Juga bukan untuk menghabisi. Menghukum
itu, menyembuhkan.
Suman, kau dihukum, supaya kau sembuh. Supaya kau patuh di dunia orang hidup,dan hormat di dunia orang mati. Kau
dihukum untuk hidup. Maka, kau harus bekerja merawat seluruh makam di tanah Mojokuto, dan menjaganya seperti kau
menjaga kehidupanmu sendiri. Itulah baktimu untuk tanah Mojokuto.
Sekali saja kau langgar ini, berarti kau gagal untuk sembuh. Dan kalau kau gagal sembuh, maka tanganku sendirilah yang
akan menjadi hukum untuk hidupmu
76
Pesan yang cukup menarik untuk diungkit kaitannya dengan perkara eksekusi penghukuman tindak penyimpangan sosial. Eksekusi
dari kekuasaan feodal yang tergambar dalam naskah Cannibalogy justru diungkapkan secara paradoksal terhadap kanibalisme yang
dilakukan oleh Suman. Dikatakan oleh Mas Ageng Rais bahwa menghukum itu tidaklah harus menyakiti atau bahkan harus
menghabisi seseorang yang terbukti bersalah. Menghukum itu menyembuhkan. Maksud menyembuhkan dalam kutipan dialog
tersebut ialah merubah pelaku penyimpangan menjadi manusia yang lebih baik dan tidak mengulangi kesalahannya di masa lampau. Inilah
semangat humanisme yang ditiupkan oleh Benjon atau sang penulis naskah yang sangat menyentuh realita hukum yang kadang muncul
banyak kasus, dengan adanya aparat yang malah melakukan pembiaran pada tindak kekerasan dari individu atau kelompok masyarakat yang
76
Benny Yohanes, op. cit., h. 14.
menghukum kelompok masyarakat lainnya yang semakin memperkuat kesan bahwa hukum tajam ke bawah.
Ageng Rais : Kamu memberi hidup, dan meminta mereka menjual
kekebasannya padamu. Dan kebebasan itu tak bisa mereka beli kembali, kecuali dengan nyawanya sendiri. Itulah yang sudah
kau perbuat kepada penduduk Mojokuto. Suhar, kepada yang hidup kamu bisa bersaksi. Tetapi kepada yang telah mati, kamu
harus menggali. Inilah penebusan yang harus kamu jalani : Kau akan menggali lubang, menjadi parit panjang, selebar
tubuhmu saat terlentang. Kau akan menggali dari pusar Banyuwangi, terus ke barat sampai Bantam Kulon. Itulah yang
akan kau lakukan dengan jiwa petanimu, sampai nafasmu yang terakhir kali. Dari parit yang kau gali, sepanjang jalan pos yang
berliku ini, kau akan menggali untuk mengingat sejarahmu kembali. Menentukan akhirmu sendiri Beri dia perbekalan.
Daeng : Memberikan sekop dan pacul baru kepada Suhar
Ini barang inventaris negara. Rawatlah dengan baik. Kepada pasukannya Bawalah ke ladangnya.
Dua orang membawa Suhar pergi Ageng Rais :
Penduduk Mojokuto, berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian. Setiap pemimpin akan menggali kelemahannya
sendiri, saat menukar impian sebagai kenyataan. Memaksakan pernyataan menjadi akhir semua impian. Berjagalah Telah
kuberikan kembali Mojokuto pada kalian. Tapi, tidak semua akan kembali.
77
Pesan moral yang terkandung dalam naskah Cannibalogy disampaikan oleh penulis melalui dialog Ki Ageng menjelang akhir
cerita. Dialog tersebut bermaknakan bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab atas dirinya dan segala yang dilakukannya, karena
setiap orang akan menebus kesalahannya, begitu juga seorang
77
ibid., h. 66.
pemimpin. Ketika seorang pemimpin melakukan kesewenang- wenangan dengan jabatan dan kuasanya, maka ia akan berakhir dengan
kehancuran dirinya. Rangkaian peristiwa dan dialog tersusun secara integral dalam
tema. Kekuasaan dan penindasan menjadi latar penuh konstruksi naskah drama Cannibalogy. Dalam penyelenggaraan kekuasaan,
kadang penguasa melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma dan moral. Seperti halnya Suhar dalam melakoni
tugasnya harus menumbalkan banyak nyawa. Kenyataan demikian tentu menuai respon dan kritik dari
banyak kalangan. Cannibalogy mengandung pesan moral tentang kritik terhadap kekuasaan yang menumbalkanp rakyat. Sejatinya kritik
adalah upaya mengingatkan apa yang dikritik. Benjon lewat Cannibalogy sedang memaparkan apa yang terlupa oleh penguasa
jaman Orde Baru, yaitu bahwa tiap generasi selalu menyusun kelemahannya sendiri kepada generasi lanjut.