kakiku. Ah, harus kurebut lagi Kekuasaan itu semua, atau tidak sama sekali
69
Kutipan di atas menggambarkan keputusasaan Suhar atas lenyapnya Ki Butho di Bengawan Solo karena berusaha menyelamatkan Sinta Salim. Kata
“saya tak bisa berdiri tanpa kakimu” dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Suhar tak berkutik tanpa Ki Butho dan petuahnya, Sebab Ki Butho
merupakan petunjuk arah dalam hidup Suhar.
g. Eufemismus
Eufemismus semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan halus untuk
menggantikan sesuatu yang dirasa tidak menyenangkan.
70
Penggunaan eufemismus dapat dilihat dalam kutipan:
Ageng Rais : Kamu memberi hidup, dan meminta mereka menjual kekebasannya
padamu. Dan kebebasan itu tak bisa mereka beli kembali, kecuali dengan nyawanya sendiri.
71
Kutipan di atas menggambarkan kemarahan Mas Ageng setelah mengetahui perbuatan Suhar yang telah mengorbankan banyak nyawa penduduk
Mojokuto untuk melanggengkan kekuasaannya. Penggunaan “Dan kebebasan itu tak bisa mereka beli kembali, kecuali dengan nyawanya
sendiri” sebagai media penyampaian makna “membunuh” yang disampaikan dengan kata yang lebih halus.
Penggunaan gaya bahasa yang menarik akan menimbulkan kesan imajinatif yang mendalam. Hal ini dilakukan Benjon dalam naskah drama
Cannibalogy dengan banyak menggunakan gaya bahasa untuk menambah
69
Benny Yohanes, op. cit, h. 60.
70
Gorys Keraf, loc. cit.
71
Benny Yohanes, op. cit, h. 66.
fariasi dan fantasi alur cerita dalam naskah tersebut untuk memperoleh pendalaman isi naskah
5. Tema Premisse dan Amanat
a. Tema
Tema merupakan salah satu unsur pembangun dalam sebuah cerita yang tidak hanya dituliskan secara tersurat atau terpampang jelas
dalam kutipan, tetapi penampakan tema dapat tersirat dalam berbagai kutipan dialog antar tokoh ataupun alur kejadian dalam suatu peristiwa
yang tengah dialami tokoh. Tema dalam naskah drama tidak dapat ditentukan hanya dengan membaca sepotong cerita, tetapi harus
membaca keseluruhan cerita secara utuh. Hal tersebut dikarenakan sifat tema yang bersifat luas, artinya tema dalam sebuah naskah drama
harus mampu menjadi ide dasar atau gagasan besar. Cannibalogy
memiliki makna yang menyeramkan. Cannibalogy berasal dari kata kanibal atau kanibalisme yang secara
harfiah berarti kebiasaan memakan daging atau bagian tubuh manusia; secara ilmiah dikenal pula dengan istilah antropofagi Yunani:
anthroopos = manusia; fragein = makan.
72
Namun kanibal yang dimaksudkan dalam naskah ini tidak hanya sekedar sifat manusia
memakan daging manusia, namun juga memakan manusia dalam artian merampas kebebasan serta hak hidup manusia demi
melanggengkan kekuasaan. Jika diperhatikan fragmen demi fragmen dalam naskah drama
Cannibalogy karya Benjon, banyak membahas masalah-masalah sosial pada masa Orde Baru. Bukan hanya budaya saling makan dan saling
sikut pada sosok penguasa, namun juga penggambaran cara seorang pemimpin berkuasa dan memiliki kuasa sebagai pengendali keamanan
dan kehancuran suatu wilayah. Jika ditelisik dari permasalahan ini,
72
Hassan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, jilid III, Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve, 1982, h. 1646.