antara lain realitas fisik, realitas sosial, realitas psikis, dan realitas metafisik. Letak protes sosial berada pada lingkungan sosial realitas sosial yang terdiri
atas hubungan antara individu dengan individu lain atau jangkauan yang lebih luas mencakup masyarakat. Tetapi, tidak berhenti pada realitas sosial belaka
untuk membuat karya sastra yang bermutu. Pada prosesnya, penciptaan karya sastra tidak berlangsung dalam
kondisi tekanan dari pihak lain ataupun atas ideologi tertentu. Kejujuran dalam berkreativitas ditunjukkan melalui karya sastra. Maka dari itu, untuk
melihat kejujuran tersebut, Saini mengutip istilah yang digunakan oleh T. S. Elliot, Yaitu objective-correlative. Maksud dari istilah tersebut adalah,
“pengalaman sejati yang semula merupakan milik seseorang, kalau orang itu sastrawan kreatif, maka ia akan mengolah pengalaman itu sedemikian rupa
sehingga menjadi pengalaman yang bersifat objective-correlative.
9
3. Kritik Sosial dalam Sastra
Damono memaparkan bahwa karya sastra dapat menampilkan gambaran kehidupan masyarakat. Berbagai hal atau peristiwa dalam
masyarakat dapat mempengaruhi pikiran pengarang atau mengendap dalam pikirannya sehingga lahirlah sebuah karya. Sastra dengan ini berarti tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam karya sastra tercermin gambaran tentang struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-
lain.
10
Berkat kemampuan dan kepekaannya, seorang sastrawan dapat menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Jadi selain sebagai alat
yang menghibur, suatu karya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,
9
Ibid., h. 2.
10
Sapardi Djoko Damono, Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas,Jakarta:Depdikbud, 2002, h. 11.
antara lain menuliskan kritik terhadap masyarakat. Banyak karya sastra yang bernilai tinggi yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan kritik sosial.
11
Sementara itu, Sikana memaparkan bahwa karya sastra merupakan sebuah cerminan masyarakat, sebuah dokumentasi sosial, dan sebuah wadah
bagi protes sosial.
12
Pada bagian lain dikatakannya pula bahwa teks sastra dapat dianalisis dalam kaitannya dengan isu politik, ekonomi, budaya, dan
aspek-aspek lainnya yang membangun masyarakat.
13
Sikana menjabarkan hal- hal yang bisa digali dalam sebuah karya sastra jika sebuah penelitian
menggunakan pendekatan sosiologi sastra, seperti ekonomi, isu politik, dan budaya. Menuangkan kritik sosial dalam bentuk karya sastra adalah salah satu
bentuk penyampaian kritik sosial secara tidak langsung terhadap kondisi sosial yang sedang terjadi. Pengarang menyuarakan tanggapannya yang
berbentuk kritik sosial dan mewakili masyarakat untuk mengemukakan keluhan dan harapan masyarakat. Keluhan dan harapan terjadi karena realitas
sosial berada pada ketidaksesuaian dari apa yang diharapkan sehingga memunculkan kritik sosial yang dikemukakan melalui berbagai media yang
salah satunya adalah karya sastra.
14
4. Kritik Sastra
William Flint Thrall dan Addison Hibbard dalam Atar Semi mengemukakan bahwa kritik merupakan keterangan, kebenaran analisis atau
judgment suatu karya sastra. Selanjutnya dikatakan, bahwa ada beberapa cara
mengklasifikasikan kritik, yang lazim di antaranya adalah mimetik, pragmatik, ekspresif, dan objektif. Salah satu dikotomi umum kritik ialah aliran
11
Op., cit. Nurgiyantoro, h. 330
12
Mana Sikana, Kritikan Sastra Melayu Modern. Singapura: Pustaka Karya, 2006, h. 400.
13
ibid. , h. 404.
14
ibid., h. 397.
Aristotelian versus Platonic. Aristotelian menganggap kritik bersifat formal,
logis, dan yudisial yang cenderung mengemukakan nilai-nilai karya pada diri suatu karya sastra atau hal-hal yang berhubungan dengan karya itu sendiri.
Platonic mengarah kepada pandangan moral dan kegunaan manfaat suatu
karya seni, di mana nilai suatu karya diperoleh pada kegunaan untuk yang lain dan tujuan-tujuan non seni. Jadi, pada pokoknya apa yang dimaksudkan
dengan dikotomi Aristotelian Platonic ialah pemisahan intrinsik dengan ekstrinsik.
Definisi lain mengenai kritik sastra dikatakan oleh Andra Harjana sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki
karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran semantik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.
15
Dari beberapa pemaparan di atas, secara singkat dapat dijelaskan bahwa kritik sastra adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang masyarakat
dalam karya sastra. Dalam kritik sastra, dapat diketahui nilai-nilai pada suatu karya sastra serta hal-hal yang berhubungan dengan karya itu sendiri.
5. Jenis-jenis Kritik Sosial
Kritik sosial yang menjadi perhatian peneliti dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek, yakni kritik sosial masalah politik, sosial-budaya,
moral, dan kemanusiaan. a. Kritik Sosial Masalah Politik
Sumaadmaja mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk berpolitik karena manusia mempunyai kemampuan untuk mengatur
kesejahteraan, keamanan, dan pemerintahan di dalam kelompoknya. Manusia adalah makhluk yang dapat mengatur pemerintahan dan negaranya.
16
Dalam usaha mengatur pemerintahannya, manusia harus menjalankan suatu
15
Atar Semi, Kritik Sastra, Bandung: Angkasa, 2013, h. 5.
16
Nursid Sumaadmaja, Perspektif Studi Sosial. Bandung: Penerbit Angkasa,1980, h. 42.