Tindakan Tokoh dan Penokohan
memiliki ambisi yang kuat untuk kembali bangkit dan merebut kembali kekuasaannya. Jika diperhatikan dari dimensi psikologis,
Suhar merupakan tokoh dengan kondisi psikologis yang labil, ada kalanya ia putus asa, dan ada kalanya pula ia kuat penuh dengan
percaya diri menghadapi masalah yang dihadapinya. Suhar :
Saya orang miskin, Ki. Ki Butho :
Kamu masih miskin, ya. Tapi menurut penerawanganku, takdirmu akan membaik. Syarat kerbau bisa kau tunda. Tapi
tidak untuk yang satu ini.
22
Kutipan dialog tersebut mempertegas dimensi sosial tokoh Suhar dengan status sosial sebagai orang miskin yang mencoba
mencari jalan pintas untuk mendapatkan kekayaan dengan kemusrikan. Seiring berjalannya cerita, Suhar berubah menjadi orang yang mapan
dan memiliki jabatan yang tinggi. Hari yang lain. Siang hari. Markas Suhar. Suhar mengisap
cerutu, berkacamata hitam, dan mengenakan seragam militer. Suhar mengempit tongkat komando. Asistennya masuk
melaporkan keadaan.
23
Kutipan di atas menggambarkan status sosial Suhar yang telah berubah. Tidak seperti pada awal kemunculannya yang hanya seorang
pedagang kelontongan, Suhar telah memiliki markas dan mengenakan seragam militer yang dilengkapi dengan tongkat komando. Kini Suhar
telah mewujudkan cita-citanya untuk menjadi seorang penguasa. Selanjutnya ialah pembahasan dimensi fisiologi tokoh Suhar
yang disampaikan melalui dialog Ki Butho di bawah ini:
22
Ibid., h. 6.
23
Ibid., h. 36.
Ki Butho : Orang-orang sepanjang Kali Solo adalah binaanku, meneer.
Mereka petani dan kuli yang tekun. Dilatih sedikit saja, mereka sanggup jadi soldadu. Dan Suhar, dia kaderku nomor satu. Dia
muda, kuat, putera daerah pula. Saya berani jamin, dia pandai memimpin.
24
Dalam kutipan dialog di atas, Ki Butho menggambarkan tokoh Suhar sebagai seorang pemuda yang kuat, tidak terlalu spesifik
memang jika dilihat dari kutipan di atas. Namun jika kembali dibaca fragmen demi fragmen dalam naskah ini, pembaca akan dapat
mengimajinasikan ciri fisik tokoh Suman dengan dasar “dia muda dan kuat” pada umumnya seorang pemuda yang kuat memiliki struktur
tubuh yang proporsional dan tegak serta mampu bekerja keras. Melalui pemaparan ketiga dimensi tindakan dalam tokoh
Suhar, pembaca dapat mengetahui ciri fisik, keadaan psikologis, serta kondisi sosial tokoh Suhar dalam naskah drama Cannibalogy karya
Benjon. Dalam naskah tersebut, penggambaran ciri fisik Suhar tidak terlalu mendetail, Suhar hanya digambarkan sebagai seorang pemuda
yang kuat. Selanjutnya dalam dimensi psikologis Benjon menggambarkan Suhar sebagai tokoh dengan keadaan psikologis yang
labil, berubah tak menentu. Pada awal kemunculannya ia digambarkan sebagai seseorang yang mudah putus asa, di tengah cerita digambarkan
sebagai seorang yang keras dan kejam, dan di akhir cerita digambarkan sebaagai seseorang yang lemah tak berdaya. Terakhir penggambaran
dimensi sosial. Dalam penggambaran dimensi sosial, perubahan yang terjadi dalam tokoh Suhar berubah dengan drastis, yang pada awalnya
Suhar hanya seorang pedagang kelontongan, kemudian berubah menjadi seorang komandan, dan pada akhir cerita Suhar tidak menjadi
apa-apa. Dengan demikian, melalui pemaparan ketiga tindakan di atas,
24
Ibid., h. 33.
pembaca dapat mengimajikan tokoh Suhar lebih nyata, serta aktor yang akan memerankan tokoh Suhar ke dalam sebuah pementasan
memiliki gambaran yang jelas tentang tokoh yang akan diperankannya.
b Suman
… Dari liang makam nampak sosok kepala plontos sedang menggaruk tanah dengan kedua tangannya. Dengus nafas dan
suara gagak saling menimpal. Angin kencang. Seonggok jasad dikeluarkan dari liang. Sosok kepala plontos memanggul jasad
ke bahunya. Gerakannya sigap. Keringat mengkilat dari bidang dadanya. Kulitnya coklat keruh. Hitam matanya.
25
Kutipan tersebut menggambarkan ciri fisik tokoh Suman dengan kepalanya yang plontos, berkulit keruh serta bermata hitam.
Penggambaran ciri fisik Suman yang demikian membuat pembaca menerka-nerka betapa menyeramkannya penampakan tokoh Suman
yang ditambah dengan keterangan peristiwa dalam kutipan di atas yang mencirikan sosok yang mengerikan.
Suman : Karena apa yang kumakan ? Tidak, tuan. Aku tidak melayani
rasa sakit Aku biarkan sakit datang, kalau dia mau datang. Itu memberiku pelajaran untuk bertahan. Kalau aku bertahan, aku
bisa membela tanah yang kupijak Itu sikapku sebagai manusia.
26
Kutipan di atas menggambarkan betapa kuatnya tekad Suman untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan. Dimensi psikologis yang
tercermin dalam dialog di atas menggambarkan sikap mentalitas Suman yang kuat. Kuat yang dimaksudkan yakni berambisi untuk tetap
bertahan hidup dalam kemiskinan dan kelaparan untuk menjadi pembela tanah Mojokuto. Selain dimensi psikologis, dimensi sosial
pun tergambar dalam kutipan di atas. Dimensi sosiologis yang
25
Ibid., h. 1.
26
Ibid., h.12.
tergambar ialah sikap hidup Suman. Ia tak hanya ingin hidup untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk tanah yang dipijaknya dengan arti
menjadi pahlawan perang. Dalam kemiskinan dan keanehannya ia tetap bertekad untuk menjadi orang baik yang kemudian dibuktikan
dalam peristiwa-peristiwa selanjutnya dalam naskah ini. Mas Ageng :
Apa agamamu ? Suman :
Sehari-hari, aku Islam. Tuhanku satu.
27
Selain pemaparan mengenai dimensi sosial di atas, pada kutipan dialog di atas ini juga menjelaskan dimensi sosiologis dalam
ciri kehidupan beragama, dengan penjelasan dalam dialog bahwa Suman memeluk agama Islam. Meskipun Suman percaya bisikan
magis yang membuatnya memakan mayat, Suman tetap menganggap Islam adalah agama yang benar.
Melalui pemaparan ketiga dimensi tindakan dalam tokoh Suman, pembaca dapat mengetahui ciri fisik, keadaan psikologis, serta
kondisi sosial tokoh Suman dalam naskah drama Cannibalogy karya Benjon. Dalam naskah tersebut, dimensi fisiologis Suman
digambarkan dengan mendetail sehingga pembaca dapat mengimajikan tokoh suman lebih nyata, yakni dengan menyebutkan warna kulitnya
yang coklat, matanya yang hitam, dan kepalanya yang plontos serta gerakannya yang sigap saat menggotong mayat curiannya. Selanjutnya
dalam dimensi psikologis Benjon menggambarkan Suman sebagai tokoh dengan keadaan psikologis mental yang kuat, Suman berani
menerima hukuman atas kesalahan yang telah dilakukannya, selain itu Suman juga memili mental sebagai pejuang. Terakhir penggambaran
dimensi sosial. Dalam penggambaran dimensi sosial, dalam hal ini
27
Benny Yohanes. op. cit,. h. 7.
Suman digambarkan sebagai orang miskin yang memiliki pandangan hidup ingin menjadi orang yang berguna untuk tanah yang dipijaknya.
c Mas Ageng
Mas Ageng muncul. Sosoknya pendek, berkulit hitam, alisnya setebal kumisnya. Tubuhnya berisi. Di bahunya menclok
seekor iguana, yang selalu dielusnya. Mas Ageng masih mengunyah sirihnya...
28
Dalam kutipan di atas, Mas Ageng digambarkan dengan ciri fisik yang pendek, berkulit hitam, beralis dan berkumis tebal, serta
tubuh yang berisi. Penggambaran ciri fisik yang demikian membuat penampakan sosok Mas Ageng terkesan menyeramkan, meskipun
demikian Mas Ageng tetap terkesan gagah dari penggambaran alis serta kumis yang tebal.
Mas Ageng : Mas Ageng menekankan ujung golok lebih keras ke dada
Suman. Suman menahan nafas. Penduduk bersorak Perbuatannya patut dihukum. Ya Tapi orang-orang Mojokuto,
dengarkan keputusanku. Di dunia orang hidup, menghukum bukan menyakiti. Juga bukan untuk menghabisi. Menghukum
itu, menyembuhkan. Suman, kau dihukum, supaya kau sembuh. Supaya kau patuh di dunia orang hidup,dan hormat di dunia
orang mati. Kau dihukum untuk hidup.
Maka, kau harus bekerja merawat seluruh makam di tanah Mojokuto, dan menjaganya seperti kau menjaga kehidupanmu
sendiri. Itulah baktimu untuk tanah Mojokuto. Sekali saja kau langgar ini, berarti kau gagal untuk sembuh. Dan kalau kau
gagal sembuh, maka tanganku sendirilah yang akan menjadi hukum untuk hidupmu
29
Dimensi psikologis yang tercermin dalam dialog tersebut adalah dimensi psikologis sikap pribadi. Mas Ageng memiliki sikap
pribadi yang bijaksana hal tersebut tercermin dari pemberian hukuman terhadap Suman yang telah memakan jasad orang mati. Suman
28
Ibid., h. 9.
29
Ibid., h. 14.
diberikan hukuman bukan dengan disakiti namun diberikan kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi
orang lain. Sinta Salim :
Mas Ageng pasti selamat dalam pelariannya. Dia pernah sekolah di luar negeri. Pandai membaca mana kawan mana
lawan. Mas Ageng dan kamu itu mirip. Alis kalian serupa.
30
Pada dialog Sinta Salim tersebut menggambarkan dimensi sosiologis jenjang pendidikan pada diri Ki Ageng. Dengan penjelasan
bahwa Mas Ageng pernah sekolah di luar negeri. Melalui dimensi sosial yang demikian, memungkinkan Mas Ageng dapat menghadapi
musuh dengan cerdik. Melalui pemaparan ketiga dimensi tindakan dalam tokoh
Mas Ageng di atas, pembaca dapat mengetahui ciri fisik, keadaan psikologis, serta kondisi sosial tokoh Mas Ageng dalam naskah drama
Cannibalogy karya Benjon. Dalam naskah tersebut, ciri fisik Mas Ageng digambarkan dengan mendetail, yakni dengan menyebutkan
bahwa Mas ageng memiliki postur tubuh yang pendek, berkulit hitam, beralis dan berkumis tebal, serta tubuh yang berisi. Selanjutnya dalam
dimensi psikologis Benjon menggambarkan Mas Ageng sebagai tokoh yang memiliki keadaan psikologis sikap pribadi yang bijaksana,
dijelaskan melalui pemberian hukuman untuk pelaku tindak kesalahan seperti pemberian hukuman kepada Suman yang telah mencuri dan
memakan jasad Mbah Sirep, Mas ageng justru menghukumnya dengan memberikan amanat untuk menjaga tanah Mojokuto. Terakhir
penggambaran dimensi sosial. Mas Ageng digambarkan sebagai orang yang memiliki pendidikan tinggi sehingga melalui dimensi sosial yang
demikian, memungkinkan Mas Ageng dapat menghadapi musuh dengan cerdik.
30
Ibid., h. 24.
d Landless
Kebo : Dengan senjata meriam, dan pasukan berseragam. Badan
mereka tinggi, berkulit putih, dengan topi lancip bersurai. Mereka menyisir gudang rempah, dan membongkar paksa
pintu-pintunya. Rempah-rempah dijarah. Pasukanku yang melawan, mereka tembak. Penduduk ditawan. Mereka bersiap
menuju kemari, dengan kuda, dan meriam.
Mas Ageng : Siapa pemimpinnya ?
Kebo : Landless. Panglima Landless. Pasukannya menyebut nyebut
nama itu sambil bernyanyi, menendang penduduk dan membakar gudang gudang yang sudah mereka kuras isinya.
31
Kutipan dialog di atas, menggambarkan dimensi fisiologis pasukan Landless dengan menggunakan majas sinekdok pars pro parte,
yakni dengan menyebutkan ciri fisik keseluruhan pasukan yang berbadan tinggi dan berkulit putih untuk mewakili penggabaran ciri
fisik Landless. Dengan ciri fisik Landless beserta pasukan yang demikian dapat pula menjelaskan bahwa Landless dan pasukannya
tidak berasal dari Mojokuto dan Nusantara, melainkan dari negaran lain di bagian Barat.
Landless : Tertawa Ne, Suhar. Terlalu banyak laporan di atas meja.
Landless mau sedikit hiburan. Tembak kepala orang ini di depanku.
Landless melepaskan pengaman senjata pistolnya. Lalu senjata itu diserahkan ke tangan Suhar
32
31
Ibid,. h.15.
32
Ibid., h. 36.
Dimensi psikologis yang tercermin dalam dialog tersebut menggambarkan bahwa Landless merupakan seseorang yang
temperamen Hal tersebut terdapat dalam peristiwa saat Landless marah akibat markasnya dihancurkan dan ingin pelakunya dihukum dengan
tembakan di kepala. Hoffmann :
Yang Mulia tuan Landless. Batavia dibanjiri pendatang. Mereka jual perhiasan, sutra dan candu. Pasar gelap makin
ramai. Orang pribumi dan pendatang bangun rumah gelap sepanjang Ciliwung. Buang hajat di situ juga. Malaria
merajalela. Pendatang sering bikin onar. Penjara penuh. Kramat Tunggak ramai. Mohon petunjuk. Komisaris Abeng.
33
Penggunaan sebutan Yang Mulia dalam dialog Hoffman tersebut menjelaskan bahwa dalam dimensi sosial tokoh Landless
memiliki kekuasaan atau jabatan yang tinggi dan dihormati. Melalui pemaparan ketiga dimensi tindakan dalam tokoh
Landless di atas, pembaca dapat mengetahui ciri fisik, keadaan psikologis, serta kondisi sosial tokoh Landless dalam naskah drama
Cannibalogy karya Benjon. Dalam naskah tersebut, ciri fisik Landless digambarkan dengan kurang mendetail, yakni hanya dengan
menyebutkan bahwa pasukan Landless memiliki postur tubuh yang tinggi dan berkulit putih serta menggunakan topi lancip bersurai,
Penampakan ciri fisik yang demikian menggambarkan bahwa Landless beserta pasukannya bukanlah orang pribumi. Selanjutnya dalam
dimensi psikologis Benjon menggambarkankan Landless sebagai tokoh dengan keadaan psikologis yang tempramental, dijelaskan
melalui penggambaran emosi Landless yang mudah meledak. Terakhir penggambaran dimensi sosial. Dalam penggambaran dimensi sosial,
dalam hal ini Landless digambarkan sebagai orang yang memiliki jabatan dan status sosial yang tinggi sehingga melalui dimensi sosial
33
Ibid., h. 19.
yang demikian Landless mendapat panggila kehormatan yakni Yang Mulia.
e Sinta Salim
Sinta Salim :
Ini soal tekad untuk tidak menyerah. Untuk saling memperkuat kepercayaan. Untuk saling menambatkan pegangan. Sejak Mas
Ageng harus lari, aku hanya seorang perempuan, terlunta tanpa perlindungan, di tengah kecamuk perang. Kulitku putih,
mataku sipit. Tanpa Mas Ageng, aku tak bisa lagi berlindung di balik keningratannya. Aku kembali seorang perempuan
peranakan. Sama seperti perempuan-perempuan lain di gubuk- gubuk kotor Batavia. Dan komplotan setan putih itu tentu akan
menganggap aku tak lebih sebagai daging mainan. Tapi kamu menjaga aku. Menjaga dagingku. Menjaga kehormatanku.
Semua ini lebih besar dari asmara. Karena aku tidak jatuh demi tubuhmu, aku tertarik daya hatimu. Simpan sapu tangan ini,
Suman. Janji ini akan kuat, untukku dan untukmu.
34
Dimensi fisiologis tokoh Sinta Salim dalam kutipan dialog di atas menggambarkan Sinta merupakan seorang perempuan peranakan
Tionghoa dengan ciri fisik bermata sipit, serta berkulit putih. Dengan ciri fisik yang demikian menandakan bahwa Sinta memiliki paras yang
cantik. Dalam dialog tersebut pula digambarkan bahwa wanita dengan paras demikian hanya akan menjadi “mainan” dari pasukan Olanda.
Namun karena berada dalam lindungan Suman beserta pasukannya,
kehormatan dan kehidupan Sinta terjaga.
Selain dimensi fisiologis, dimensi psikologis tokoh Sinta Salim pun tercermin dalam kutipan tersebut yang menggambarkan sikap
pribadinya. Dari kutipan di atas dapat terlihat sikap pribadi Sinta. Tokoh Sinta Salim digambarkan sebagai wanita yang berprinsip dan
teguh pendirian. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat “Ini soal tekad untuk tidak menyerah, untuk saling memperkuat kepercayaan.”
34
Ibid., h.26.
Kutipan tersebut semakin memperjelas bahwa Sinta merupakan wanita yang kuat dan percaya diri. Selain kutipan di atas, dimensi Psikologis
Sinta kembali dimunculkan pengarang dalam fragmen III.5. Sinta Salim :
Siuman. Melihat tubuh Suman yang telah jadi mayat. Sikapnya berubah tegas, penuh nyali Hanya satu syarat untuk
perkawinan ini, Suhar. Dan hanya kuminta sekali. Kau menolak, aku mati.
Suhar : Katakan.
Sinta Salim : Membuka kebayanya, tampak seluruh perutnya dilekati lilitan
bom Syaratku satu : Apa yang telah kau hinakan, itulah yang akan kau telan. Maka, kau harus makan daging Suman di depan
mataku. Tujuh kerat daging mentah, yang masih berdarah. Dan satu dentum meriam untuk setiap kerat yang kau makan. Itu
mas kawin yang kuminta Kau menolak, segera kutarik pemicu. Dagingku pasti hancur, dan kepahitanmu abadi
35
Kutipan di atas memperjelas sikap pribadi Sinta yang tegas dan berani. Sinta berani mengambil sikap untuk menghukum Suhar yang
telah membunuh Suman, yakni dengan meminta Suhar memakan jasad Suman serta mengancam untuk bunuh diri jika keinginannya tak
terpenuhi. Pengambilan sikap oleh Sinta dalam kutipan di atas membuktikan bahwa Sinta merupakan wanita yang tegas dan
pemberani. Suhar :
Terkekeh Ki, itu cara daripada berpikir lama. Kita harus pakai cara hitung yang lebih realistis. Aku bisa kuasai ini nusantara,
kalau Sinta Salim bisa kumiliki. Aku sudah telusuri daripada silsilah keluarganya. Sinta Salim itu keluarga dari super-taipan.
Keluarganya kuasai hampir delapan puluh prosen jaringan bisnis Asia. Bayangken, Ki. Kalau Sinta Salim di tanganku,
35
ibid. h. 55.
kita bahkan bisa bangun Bengawan Solo menjadi kali bertingkat. Pasar modern di tingkat atas, makam pahlawan di
bawahnya. Atau seluruh Mojokuto bisa kita ubah jadi Kramat tunggaknya Asia. Itu cepat sekali menaikkan devisa daripada
negara. Atau Batavia kita penuhi dengan kuli-kuli peranakan, untuk bangun tiruan great wall atau taman mini nusantara,
dengan upah paksa.
36
Dalam kutipan dialog Suhar di atas menggambarkan dimensi sosiologis tokoh Sinta Salim berdasarkan asal usul sosial. Sinta
merupakan seorang perempuan peranakan yang berasal dari keluarga super taipan yang memiliki kekuasaan dalam jaringan bisnis di Asia.
Keadaan sosial yang dimiliki Sinta membuat Suhar berambisi mendapatkannya agar kekuasaan yang dimilikinya semakin kuat.
Melalui pemaparan ketiga dimensi tindakan dalam tokoh Sinta Salim, pembaca dapat mengetahui ciri fisik, keadaan psikologis,
serta kondisi sosial tokoh Sinta Salim dalam naskah drama Cannibalogy karya Benjon. Dalam naskah tersebut, Sinta Salim
digambarkan sebagai seorang perempuan Tionghoa dengan ciri fisik bermata sipit, serta berkulit putih. Selanjutnya dalam dimensi
psikologis Benjon menggambarkan Sinta Salim sebagai tokoh perempuan dengan sikap pribadi yang tegas dan berani. Sinta berani
mengambil sikap untuk menghukum Suhar yang telah membunuh Suman. Terakhir penggambaran dimensi sosial, dalam naskah ini Sinta
Salim merupakan seorang perempuan peranakan yang berasal dari keluarga super taipan yang memiliki kekuasaan dalam jaringan bisnis
di Asia. Dengan demikian, melalui pemaparan ketiga tindakan di atas, pembaca dapat mengimajikan tokoh Sinta Salim lebih nyata, serta
aktor yang akan memerankan tokoh Sinta Salim ke dalam sebuah pementasan memiliki gambaran yang jelas tentang tokoh yang akan
diperankannya.
36
ibid. h. 48.