35
F. Kerangka Berpikir
Permasalahan dalam pendidikan di Indonesia masih banyak ditemukan, dampaknya kualitas pendidikan di negara ini masih dianggap kurang baik. Secara
regional di Kabupaten Karawang, maupun secara nasional di Indonesia keterampilan lulusan masih dianggap lemah. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari
peran pendidikan untuk meningkatkan kualitas lulusan Indonesia. Satu diantara penyebabnya adalah karena proses pembelajaran yang belum menekankan pada
pengembangan keterampilan berpikir. Pengembangan keterampilan berpikir sangat bergantung pada proses
pembelajaran. Peningkatan keterampilan berpikir siswa berbanding lurus dengan peningkatan hasil belajar siswa. Guru, bahan ajar, dan siswa; ketiganya harus
berinteraksi untuk dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Sayangnya buku teks sebagai bahan ajar utama bagi siswa, pengembangan dan kualitasnya
masih kurang diperhatikan. Faktanya, buku teks pelajaran belum mengembangkan keterampilan berpikir secara khusus. Satu dampak yang bisa ditimbulkan, yaitu
siswa tidak memiliki keterampilan pemecahan masalah. Beberapa program penilaian tingkat Internasional yang dilakukan untuk
mengetahui pencapaian siswa yang ada di berbagai negara. Dua diantara program tersebut yaitu, TIMMS Trends in International Mathematics and Science Study,
dan PISA Programme for Student Assessment. Kedua program ini menekankan pada pengukuran keterampilan berpikir siswa, terutama untuk sains. Tetapi, hasil
yang didapatkan kurang memuaskan. Indonesia selalu berada di bawah nilai rata- rata sejak awal berpartisipasi. Untuk itu, keterampilan berpikir siswa perlu
dikembangkan. Strategi untuk memunculkan keterampilan berpikir dalam buku teks dapat
menjadi langkah awal yang baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Karena buku teks yang beredar belum diketahui gambaran pengembangan keterampilan
berpikir. Belum ada buku yang secara spesifik mengembangkan suatu keterampilan berpikir tertentu. Padahal dengan beragamnya keterampilan berpikir
yang kemudian disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dapat menghasilkan beragam buku teks. Untuk mata pelajaran sains, dapat dikembangkan
36
keterampilan generik sains yang sering didefinisikan sebagai keterampilan berpikir sains.
Keterampilan generik sains, sesuai sebagai bekal melanjutkan pendidikan dan bekerja dalam berbagai profesi yang luas di masyarakat. Keterampilan
berpikir generik penting bagi siswa karena keterampilan generik merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat fleksibel, multi tugas, dan berorientasi pada
kreativitas yang lebih luas.
60
Kegiatan menganalisis isi bahan ajar terutama buku teks sangat penting untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Karena
buku teks pelajaran terutama buku sains masih menjadi sumber kedua utama dalam pembelajaran di Indonesia setelah guru. Sebagai sumber yang paling
banyak digunakan, maka perlu diketahui mengenai ketersediaan KGS dalam buku teks pelajaran agar hasil lulusan sesuai dengan apa yang banyak dibutuhkan di
masyarakat dewasa ini, baik secara regional maupun global. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis buku penting dilakukan untuk
mengetahui ketersediaan aspek KGS pada buku tersebut. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat menjadi rekomendasi bagi sekolah dalam memilih buku yang
akan digunakan dan menjadi bahan koreksi bagi penulis buku serta pemerintah mengenai kesesuaian buku teks dengan keterampilan generik sains. Kerangka
berpikir secara ringkas tersaji dalam Gambar 2.2 berikut ini:
60
B. S. Brotosiswoyo, op.cit., h. 7.
37
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Data hasil PISA 2012 dan TIMMS 2011, pencapaian siswa Indonesia masih rendah.
Siswa tidak memiliki kemampuan pemecahan masalah
Keterampilan Generik Sains
KGS Kualitas buku teks
kurang diperhatikan
Belum diketahuinya gambaran KGS di buku teks
Fisika SMAMA Perlu dilakukan analisis buku
teks Fisika SMAMA ditinjau dari KGS
Untuk mengetahui buku teks Fisika yang direkomendasikan untuk
digunakan guru dan siswa yang mengembangkan KGS
Pembanding, satu buku skala nasional yang direkomendasikan
Kemendikbud Skala regional, diambil buku yang
paling banyak digunakan di MAN se-Kabupaten Karawang
Komponen Utama Kegiatan Belajar Mengajar KBM
Tujuan Guru
Bahan Ajar
Siswa Evaluasi
Kualitas Hasil Belajar
Proses pembelajaran
Buku Teks
Buku teks belum mengembangkan
keterampilan berpikir
Siswa memiliki keterampilan
pemecahan masalah
ditentukan
Bahan Ajar
Utama
salah satunya
Kurang mengembangkan keterampilan berpikir
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN se-Kabupaten Karawang, pada semester ganjil tahun ajaran 2015-2016.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Dimana penelitian deskriptif ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek
sesuai dengan apa adanya; dan tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel penelitian.
1
Isti lah „komparasi’ dalam bahasa inggris
comparation, yaitu perbandingan. Makna dari kata tersebut menunjukan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud mengadakan perbandingan kondisi yang
ada di dua tempat buku teks, apakah kedua kondisi tersebut sama, atau terdapat perbedaan, dan bila terdeteksi perbedaan, kondisi di tempat mana yang lebih
baik.
2
Sumber data yang akan diteliti adalah materi, gambar, tabel, kegiatan siswa, contoh dan latihan soal; yang ada pada buku teks mata pelajaran fisika
kelas X terpilih. Analisis yang dilakukan adalah analisis isi. Analisis isi atau dokumen content or document analysis ditujukan untuk menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen
resmi, dokumen
yang validitas
dan keabsahannya terjamin, baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-
hasil penelitian; juga dapat dilakukan terhadap buku-buku teks, untuk menganalisis isi buku dengan menghitung istilah, konsep, diagram, tabel, gambar,
dan sebagainya untuk mengetahui klasifikasi buku-buku tersebut.
3
1
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013, h. 157.
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013, Hal. 6.
3
Ibid., h. 153.