23
simbolik ditekankan bukan hanya sekedar menghapal tetapi mampu memaknai arti fisis dari simbol tersebut.
e. Kerangka Logika Taat Asas dari Hukum Alam
Matematika sebagai bahasa yang sangat cermat memiliki sifat yang memudahkan kita menguji ketaat-asasan self-consistency. Dalam ilmu fisika,
berdasarkan pengalaman yang cukup panjang, bahwa aturan alam ini memiliki sifat taat-asas secara logika logically self-consistency.
38
Satu contoh untuk aspek ini, yaitu perubahan pandangan dari geosentris menjadi heliosentris.
39
Dengan ditemukannya teleskop mematahkan keyakinan bahwa bumi sebagai pusat peredaran benda langit. Kebenaran mengenai aturan
alam akan semakin mudah diketahui dengan perkembangan ilmu pengetahuan, yang mau tidak mau akan mengubah kerangka berpikir manusia mengenai suatu
fenomena.
f. Inferensi Logika
Keyakinan akan peran logika dalam pengendalian hukum-hukum alam menyebabkan matematika menjadi “bahasa” hukum alam yang sangat ampuh.
Dari sebuah aturan yang diungkapkan dalam matematika, kita dapat menggali konsekuensi logis yang dihasilkan semata-mata lewat inferensi logika.
40
Pada ilmu fisika terdapat banyak contoh hasil inferensi logika yang menyajikan
kesimpulan yang ternyata benar-benar ada di alam ini. Misalnya positron yang diramalkan dahulu dari hasil inferensi logika sebelum ditemukan eksistensinya.
g. Causality Sebab-Akibat
Hukum pemantulan dikenal dengan keteraturan bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul, sebagaimana beberapa hukum lain yang ada pada materi
optik muncul karena sebab suatu tertentu. Sebuah aturan dapat dinyatakan sebagai hukum sebab-akibat apabila ada reproducibility dari akibat sebagai fungsi dari
38
Brotosiswoyo, loc. cit.
39
Iwan Permana S., op. cit., hal. 8.
40
Brotosiswoyo, op. cit., hal. 15.
24
penyebabnya, yang dapat dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja, sebagian besar aturan fisika yang disebut hukum bersifat sebab akibat.
41
h. Pemodelan Matematik
Fenomena-fenomenaperangai alam dapat digambarkan dalam bentuk rumus-rumus, sketsa gambar, model atau pun persamaan matematik.
42
Pemodelan adalah imitasi atau penyederhanaan tentang suatu yang diharapkan dapat
membantu siswa dalam memahami suatu fenomena. Dalam optik, guna mempermudah memahami pergerakan sinar di alat optik sering digunakan sketsa
gambar. Rumus-rumus yang melukiskan hukum-hukum alam dalam fisika adalah buatan manusia yang ingin melukiskan gejala dan perangai alam tersebut, baik
dalam bentuk kualitatif maupun kuantatif. Jadi kita dapat menyebutnya sebagai “model” yang ungkapannya menggunakan bahasa matematika. karena pada
hakikatnya ungkapan itu adalah model, maka dalam fisika kita juga mengenal model alternatif tidak harus hanya satu model.
i. Membangun Konsep
Pemahaman siswa perlu dibangun dari banyaknya informasi dan pengetahuan yang diketahui, seperti konsep, prinsip, aturan, hukum, dll. Semakin
banyak informasi yang diketahui baik berupa teori maupun praktis akan semakin menambah pemahaman siswa mengenai keteraturan yang ada. Tidak semua gejala
alam di sekitar siswa dapat dipahami dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Kadang-kadang kita harus membangun sebuah konsep atau pengertian baru yang
tidak ada padanannya dengan pengertian-pengertian yang sudah ada.
43
j. Abstraksi
Abstraksi merupakan kemampuan siswa untuk menggambarkan hal-hal yang abstrak ke dalam bentuk nyata.
44
Umumnya kemampuan ini sulit untuk
41
Iwan Permana S. op. cit., hal. 9
42
Ibid,.
43
Brotosiswoyo, op. cit., hal. 20.
44
Sudarmin, op. cit., hal. 42.