Pengamatan Langsung Pengamatan Tidak Langsung

61 kegiatan siswa, dan latihan soal. Sayangnya aspek ini masih sangat sedikit kemunculannya. Berbeda dengan hasil penelitian Wiwik A, dkk., 2014, dimana aspek ini menempati urutan pertama yang berhasil dikembangkan di instrumen praktikumnya. 3

f. Konsistensi Logis

Aspek konsistensi logis merupakan aspek kedua yang paling banyak muncul di kedua buku. Kemunculan aspek ini paling banyak di bagian penjelasan materi. Buku B memunculkan aspek konsistensi logis dibandingkan buku A. Pengembangan keterampilan ini penting dilakukan sebagai dasar membangunan konsep pada siswa. Berikut persentase kemuculan aspek ini di kedua buku yang dianalisis. Gambar 4.8 Persentase Aspek Konsistensi Logis di Kedua Buku Berdasarkan pola urutan kesukaran dalam mengembangkan keterampilan generik sains menurut Brotosiswojo, keterampilan generik konsistensi logis pada urutan sedang, yaitu urutan keenam dari sepuluh keterampilan generik sains. Oleh sebab itu, penjelasan yang bersifat informasif tentang keteraturan fenomena- fenomena yang dipelajari di fisika perlu diberikan secara terperinci guna mengembangkan aspek ini. Pemahaman siswa perlu dibangun dari banyaknya informasi dan pengetahuan yang diketahui, seperti konsep, prinsip, dan aturan- aturan dari suatu fenomena. Semakin banyak informasi yang diketahui baik 3 Wiwik Agustinaningsih,”Pengembangan Instruksi Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains pada Pembelajaran Fisika MAteri Teori Kinetik Gas Kelas XI IPA SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 20122013”, Jurnal Inkuiri, Volume 3, Nomor I, 2014, hal. 59. 32,40 39,20 0,00 20,00 40,00 60,00 Buku A Buku B Konsistensi Logis Buku A Buku B 62 berupa teori maupun praktis akan semakin menambah pemahaman siswa mengenai keteraturan yang ada.

g. Inferensi Logika

Keterampilan generik inferensi logika termasuk sulit terkembangkan. Karena aspek ini melibatkan kemampuan berpikir kompleks dalam menyusun dan merumuskan kesimpulan. Aspek ini penting dimiliki siswa, tapi dari hasil analisis diketahui bahwa aspek ini hanya muncul di buku A, dengan persentase kurang dari 2. Buku B sama sekali tidak memunculkan aspek ini. Aspek ini penting karena menekankan pada kegiatan menyimpulkan sebagai akibat logis dari hukum-hukum yang sudah ada tanpa atau ketika melakukan perobaan. 4

h. Pemodelan Matematik

Fisika memiliki hubungan erat dengan matematika, maka dari itu aspek selanjutnya yang penting dikuasai siswa adalah pemodelan matematik. Sebelumnya telah dibahas mengenai pemahaman tentang skala dan bahasa simbolis, pengembangan selanjutnya dari kedua keterampilan tersebut yaitu dengan melatih siswa untuk dapat memecahkan masalah. Gambar 4.9 menunjukan persentase kemunculan aspek pemodelan matematik di kedua buku. Gambar 4.9 Persentase Aspek Pemodelan Matematik di Kedua Buku 4 Sudarmin, op. cit., hal. 106-107. 48,20 44,60 42,00 44,00 46,00 48,00 50,00 Buku A Buku B Pemodelan Matematik Buku A Buku B