Data Perhitungan Koefisien Kesepakatan Pengamat

58 Buku A membahas dengan terperinci mengenai pemantulan dan pembiasan cahaya, baru kemudian membahas mengenai alat-alat optik. Pola penjelasan mengenai rumus yang digunakan beberapa dijelaskan lengkap dengan penurunan rumusnya. Sedangkan buku B lebih sederhana dan ringkas. Dengan fokus bahasan hanya tentang alat-alat optik, tidak ditemukan penurunan rumus di buku B.

2. Aspek KGS pada Buku A dan Buku B

Pembahasan berfokus pada setiap aspek KGS di kedua buku yang dianalisis. Aspek-aspek KGS yang muncul di buku A dan B secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengamatan Langsung

Aspek pengamatan langsung tidak muncul di kedua buku yang dianalisis. Absennya aspek ini begitu disayangkan, karena dengan kemunculannya dapat membantu meningkatkan peran serta pemahaman siswa dalam pembelajaran. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian dari Septa Niti Susanti 2013, diketahui bahwa pada bagian kegiatan siswa yang dipandukan dengan LKS berbasis KGS dapat mengembangkan keterampilan pengamatan langsung siswa hingga 98. 1 Hal ini menunjukkan pada buku teks pun, khususnya di bagian kegiatan siswa baiknya bisa memberikan pernyataan yang mengajak siswa untuk melakukan observasi langsung. Keterlibatan langsung ini diperlukan dalam pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa akan suatu fenomena.

b. Pengamatan Tidak Langsung

Aspek KGS kedua yaitu pengamatan tidak langsung. Aspek ini muncul dengan frekuensi yang sama di kedua buku teks. Kemunculan aspek ini hanya ada 1 Septa Niti Susanti, “Pengembangan Lembar Kerja Siswa LKS Berbasis Keterampilan Generik Sains KGS, pada Materi Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoof”, Jurnal Unila, Universitas Lampung, 2013, hal. 41. http:digilib.unila.ac.id5629 23 Desember 2015 59 di bagian kegiatan siswa, di kedua buku hanya terdapat masing-masing satu kegiatan yang memfokuskan pada penggunaan alat untuk observasi. Bila ditinjau dalam silabus SMAMA kurikulum 2013, pembahasan tentang optik berfokus pada alat-alat optik. Hal ini sangat relevan bila di topik ini aspek pengamatan tidak langsung dapat lebih dimunculkan terutama di bagian kegiatan siswa. Karena keterampilan ini perlu dikembangkan untuk melatih siswa bahwa indera manusia tidak dapat mengamati langsung semua fenomena alam yang ada, jadi diperlukan bantuan alat-alat khusus untuk melengkapi keterbatasan itu. Keterampilan ini diharapkan untuk dimiliki siswa karena akan berguna untuk pendidikan lanjutan ataupun karirnya kelak.

c. Pemahaman tentang Skala

Kemunculan aspek ini diharapkan dapat melatih siswa untuk menyadari objek alam dan peka terhadap skala numerik sebagai besaran atau ukuran skala mikroskopis maupun makroskopis. Keterampilan ini erat kaitannya dengan aspek bahasa simbolis. Aspek KGS pemahaman tentang skala ini juga dapat dimunculkan di bagian penjelasan materi dan soal, misalnya dengan memberikan penjelasan perbedaan fokus lensa yang digunakan atau jarak antara benda ke lensa kamera; dengan menekankan pada pengembangan pemahaman tentang skala atau ukuran. Tetapi di kedua buku yang dianalisis aspek ini tidak ditemukan.

d. Bahasa Simbolik

Aspek selanjutnya yang dikembangkan adalah bahasa simbolis. Aspek ini merupakan aspek dengan rata-rata kemunculan tertinggi ketiga. Pengembangan mengenai bahasa simbolis cukup merata di setiap bagian di kedua buku teks. Pembahasan fisika yang menerangkan fenomena alam dengan bantuan simbol tentunya menjadi alasan mengapa kemunculan aspek ini cukup dominan. Sebagai contoh, diketahui panjang mikroskop disimbolkan d secara umum dinyatakan , dengan = jarak bayangan objektif dan = jarak benda okuler; yang dimaksud dengan panjang mikroskop adalah jarak antara lensa objektif dan lensa okuler mikroskop.