Analisis Komparatif Buku Teks Fisika SMA/MA Ditinjau Dari Keterampilan Generik Sains (KGS) Pada Konsep Optik

(1)

(Studi Deskriptif di MAN se-Kabupaten Karawang)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

FARAMUDITA DWI IRIYANI NIM 1111016300032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

FARAMUDITA DWI IRIYANI (1111016300032). Analisis Komparatif Buku Teks Fisika SMA/MA Ditinjau dari Keterampilan Generik Sians (KGS) pada Konsep Optik (Studi Deskriptif di MAN se-Kabupaten Karawang). Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan Keterampilan Generik Sains (KGS) dalam buku teks fisika SMA/MA. Metode penelitian menggunakan deskriptif komparatif. Instrumen yang digunakan rubrik penilaian KGS. Terdapat dua buku teks fisika yang dianalisis, yaitu: buku teks fisika yang dianalisis merupakan satu buku teks kelas X yang paling banyak digunakan di MAN se-Kabupaten Karawang (disimbolkan sebagai buku A), dan satu buku teks yang telah direkomendasikan pemerintah (disimbolkan sebagai buku B). Analisis dilakukan pada konsep yang dianggap sulit oleh siswa yaitu optik. Data kemunculan KGS diperoleh dengan menggunakan rubrik penilaian KGS pada komponen yang dianalisis, kemudian dihitung persentasenya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemunculan aspek KGS di buku A sebanyak tujuh aspek lebih banyak dibanding buku B yang hanya empat aspek. Tetapi, di kedua buku hanya terdapat tiga aspek yang dominan muncul, dengan persentase untuk buku A dan B berturut-turut: pemodelan matematik 48,2% dan 44,6%; konsistensi logis 32,4% dan 39,2%; dan bahasa simbolik 12,4% dan 12,2%. Aspek lain di luar ketiga aspek tersebut di kedua buku hanya muncul dengan persentase kurang dari 2%, sehingga kemunculan KGS di kedua buku teks masih terkategori kurang. Tetapi, bila ditinjau dari banyaknya aspek KGS yang muncul, buku A lebih baik dibanding buku B.

Kata Kunci: Buku Teks Fisika, Keterampilan Generik Sains, Pemodelan Matematik, Konsistensi Logis, Bahasa Simbolis, Optik


(6)

v

FARAMUDITA DWI IRIYANI (1111016300032). Analysis Comparative of High School Physics Textbooks Based On Generic Science Skills in Optic Concept (A Descriptive Research in Islamic State High Schools at Karawang Regency). Thesis, Physics Education Program Study, Natural Science Education Department, Faculty of Tarbiya’ and Teachers Training, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

The purpose of this research was to determine the different of generic science skills in physics textbooks. The research method used was descriptive

comparative. The Instruments used was generic science skill’s evaluation rubric.

There were two textbooks would be analysed. The analysis was conducted to the most common physics textbook in Islamic State High School at Karawang regency based on the survey result. The concept that was chosen is optic, in which known as a difficult survey-based research concept for students. For the comparison, an approved physics textbook by the government was chosen. The result from this research showed that the appearance of generic science skill were higher in book A rather than book B. However, there were only three dominant skills in both textbooks. Here were the percentages in book A followed by book B for the three dominant skills: mathematical modelling with 48.2% and 44.6%; concept development with 32.4% and 39.2%; than symbolic language with 12.4% and 12.2%. Others skills out of those three were only appeared less than 2%. Because there were only three dominant skills out of ten that were found in both the books, hence they could be categorized into low level for generic science skill development. For the existence of generic science skills book A was higher than book B.

Keywords: Physics Textbook, Generic Science Skills, Mathematical Modelling, Concept Development, Symbolic Language, Optic


(7)

vi

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Kepada keluarganya, para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT. Atas ridho dan kuasa-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Komparatif Buku Teks Fisika SMA/MA Ditinjau dari Keterampilan Generik Sains (KGS) pada Konsep Optik”.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak telah ikut mendukung penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dwi Nanto, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan waktu, arahan dan saran untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Fathiah Alatas, M.Si, selaku dosen pembimbing II sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan waktu, arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.


(8)

vii

motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh guru dan siswa di MAN se Kabupaten Karawang yang telah berbaik hati membantu penulis dalam penelitian ini.

9. Ibu Yesma Aini, S. Pd, yang telah berkenan sebagai penyidik I dan II dalam penelitian ini.

10. Sahabat-sahabat terdekat penulis, Siti Khafidoh, Dwi Asriani Nugraha, Alfiah Rumaisya, Dyah Indah Rini, Fitri Fajriani, Irma Nurmalasari, Lenny Shintiawati, Anisa Saida, Rakhil, dan Cucok Rumpi (Ardilla Ayu Febrina, Khikmatul Mungawanah, Maisya Anjani, Mutia Firdausa, Nur Noviana, Rachmawati, Rizky Amalia, Shinta Fitriyani, Umi Sultra, Yusina Fadla Ilmi); untuk semua kenangan, petualangan, nasihat, dan dukungan penuh saat suka maupun duka selama masa perkuliahan.

11. Febriani Sofyan, teman berdiskusi dan berbagi suka duka penelitian analisis buku, yang selalu menyemangati selama penelitian ini.

12. Diyono, tiada kata yang dapat terucap atas semua bantuan yang diberikan selama penelitian ini berlangsung.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, demi kesempurnaan penulisan selanjutnya penulis secara terbuka menerima setiap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, semoga apa yang telah dihasilkan dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Jakarta, Oktober 2016


(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 8

A. Buku Teks Pelajaran ... 8

1. Definisi Buku Teks Pelajaran ... 8

2. Fungsi Buku Teks ... 9

3. Kriteria Penilaian Buku Teks ... 11

B. Buku Teks Fisika SMA/MA ... 17

C. Keterampilan Generik Sains ... 19

1. Definisi Keterampilan Generik Sains ... 19

2. Jenis Keterampilan Generik Sains ... 20

3. Indikator Keterampilan Generik Sains ... 25


(10)

ix

3. Uraian Materi Optik ... 28

a. Pemantulan Cahaya ... 28

b. Pembiasan Cahaya ... 30

c. Alat-alat Optik ... 31

E. Penelitian Relevan ... 32

F. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

D. Prosedur Penelitian ... 39

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 41

F. Teknik Pengambilan Data ... 42

G. Instrumen Penelitian ... 42

1. Tabel Daftar Keterangan Kode Indikator KGS ... 42

2. Rubrik Penilaian KGS ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Data KGS pada Buku A dan Buku B ... 49

a. Deskripsi Data KGS pada Bagian Penjelasan Materi ... 49

b. Deskripsi Data KGS pada Bagian Gambar dan Tabel ... 51

c. Deskripsi Data KGS pada Bagian Kegiatan Siswa ... 52 d. Deskripsi Data KGS pada Bagian Contoh dan


(11)

x

B. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 56

1. Deskripsi Cakupan Materi Buku A dan Buku B ... 56

2. Aspek KGS pada Buku A dan Buku B ... 58

3. Rekomendasi Buku Teks Fisika Ditinjau dari Ketersediaan KGS ... 65

C. Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(12)

xi

Gambar 2.1 Peta Konsep Optik ... 28

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 37

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 41

Gambar 4.1 Persentase Aspek KGS pada Bagian Gambar dan Tabel .... 52

Gambar 4.2 Persentase Aspek KGS pada Bagian Kegiatan Siswa ... 53

Gambar 4.1 Persentase Aspek KGS pada Bagian Contoh dan Latihan Soal ... 54

Gambar 4.4 Rekapitulasi Aspek KGS di Kedua Buku ... 55

Gambar 4.5 Peta Konsep dari Buku A ... 57

Gambar 4.6 Peta Konsep dari Buku B ... 57

Gambar 4.7 Persentase Aspek Bahasa Simbolis di Kedua Buku ... 60

Gambar 4.8 Persentase Aspek Konsistensi Logis di Kedua Buku ... 61

Gambar 4.9 Persentase Aspek Pemodelan Matematik di Kedua Buku ... 62

Gambar 4.10 Contoh Kemunculan Pemodelan Matematik di Buku Teks ... 63

Gambar 4.11 Perbandingan Kemunculan Aspek KGS pada Buku Teks ... 66


(13)

xii

Tabel 2.1 Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains... 12

Tabel 2.2 Indikator-indikator Keterampilan Generik Sains ... 25

Tabel 2.3 KI dan KD pada Materi Pokok Alat-alat Optik... 26

Tabel 2.4 Sinar Istimewa pada Cermin Cekung dan Cermin Cembung .. 29

Tabel 2.5 Sinar Istimewa pada Lensa Cembung dan Lensa Cekung ... 30

Tabel 2.6 Rumus-rumus untuk Menentukan Perbesaran pada Mikroskop ... 31

Tabel 2.7 Rumus pada Teropong ... 32

Tabel 3.1 Daftar Keterangan Kode Indikator KGS ... 43

Tabel 3.2 Lembar Observasi Aspek KGS pada Bagian Penjelasan Materi ... 44

Tabel 3.3 Lembar Observasi Aspek KGS pada Bagian Gambar dan Tabel ... 44

Tabel 3.4 Lembar Observasi Aspek KGS pada Bagian Kegiatan Siswa ... 45

Tabel 3.5 Lembar Observasi Aspek KGS pada Bagian Contoh dan Latihan Soal... 45

Tabel 3.6 Format Tabel Kontingensi Kesepakatan ... 46

Tabel 3.7 Kategori Nilai Koefisien Kesepakatan ... 47

Tabel 4.1 Persentase Aspek KGS pada Bagian Penjelasan Materi ... 50

Tabel 4.2 Koefisien Kesepakatan (KK) untuk Setiap Buku yang Dianalisis ... 56


(14)

xiii

Lampiran A Hasil Angket Observasi Buku Teks Fisika di MAN se-

Kabupaten Karawang ... 74

Lampiran 1 Rangkuman Hasil Angket Observasi Buku Teks untuk Guru Mata Pelajaran Fisika di MAN se Kabupaten Karawang ... 75

Lampiran 2 Rangkuman Hasil Angket Observasi Buku Teks untuk Siswa Kelas XI IPA di MAN se Kabupaten Karawang ... 77

Lampiran B Instrumen Penelitian ... 78

Lampiran 3 Lembar Angket Observasi Buku Teks untuk Guru ... 79

Lampiran 4 Lembar Angket Observasi Buku Teks untuk Siswa ... 81

Lampiran 5 Lembar Observasi Aspek KGS Buku A ... 83

Lampiran 6 Lembar Observasi Aspek KGS Buku B ... 210

Lampiran C Frekuensi dan Persentase Kemunculan Indikator KGS 259 Lampiran 7 Jumlah Kemunculan Indikator KGS pada Buku Teks ... 260

Lampiran 8 Persentase Kemunculan Indikator KGS pada Buku Teks ... 262

Lampiran D Penentuan Koefisien Kesepakatan Pengamat... 264

Lampiran 9 Rekapitulasi Kesepakatan pada Buku A... 265

Lampiran 10 Rekapitulasi Kesepakatan pada Buku B ... 269

Lampiran 11 Perhitungan KK (Koefisien Kesepakatan) ... 271

Lampiran E Surat-surat Keterangan Penelitian ... 272

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian ... 273

Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian (Kementrian Agama Kabupaten Karawang) ... 274


(15)

xiv


(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.1 Pada proses tersebut terjadi transformasi ilmu dari pendidik kepada siswa. Hasil dari transformasi tersebut siswa akan memperoleh pengalaman belajar. Setiap komponen dalam pembelajaran yaitu guru, siswa, dan bahan ajar; ketiganya memegang peranan dalam keberhasilan pendidikan. Komponen penting yang kadang diabaikan tetapi memiliki dampak yang besar dalam dunia pendidikan, yaitu buku teks. Buku teks menjadi penting karena merupakan jembatan antara standar isi kurikulum dengan siswa. Oleh karena itu, perubahan pada buku teks harus disesuaikan dengan perkembangan kelimuan juga perubahan kurikulum.

Kurikulum 2013 menuntut peran aktif siswa dalam pembelajaran (student centred approach). Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI), maka prinsip pembelajaran yang digunakan diantaranya mengubah dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu; dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar.2 Dengan berfokus pada keaktifan siswa, menuntut peran buku sebagai sumber informasi menjadi sangat penting.3 Peran buku menjadi lebih penting dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi yang membuat banyak hal mudah didapatkan. Dampaknya saat ini banyak hal serba instant, siswa pun menjadi lebih suka memaksimalkan penggunaan mesin-mesin pencari di internet yang dapat memberikan jawaban atas permasalahan mereka dalam hitungan detik. Tetapi, tidak semua informasi yang terdapat di dunia maya terjamin dan terpercaya

1

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, Ayat 20, hal. 3.

2

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, hal. 1

3

Puji Muljono, “Kegiatan Penilaian Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah”, Buletin BSNPVol. II/No. 1, 2007, hal. 14.


(17)

sumber serta kebenarannya. Siswa tetap membutuhkan buku teks pelajaran sebagai acuan utama dalam pembelajaran dan pembanding dari sumber-sumber informasi lainnya. Oleh karena itu, kualitas buku teks harus begitu diperhatikan agar dapat lebih meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

Beberapa program penilaian pencapaian hasil belajar siswa berskala Internasional secara berkala diikuti Indonesia. Dua diantaranya TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), dan PISA (Programme for Student Assessment). Tetapi, keduanya belum mencapai hasil di atas rata-rata sejak pertama kali Indonesia bergabung dalam dua tes ini. Untuk TIMSS pada tahun 2011, Indonesia menempati peringkat ke-40 dari 42 negara untuk bidang sains.4 Sedangkan hasil PISA tahun 2012, untuk sains berada pada peringkat 64 dari 65 negara.5 Selain itu, kualitas pendidikan Indonesia di tingkat global pun belum menunjukkan capaian yang menggembirakan. Ada beberapa indikator yang menunjukkan masih tertinggalnya kualitas pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama jika dilihat dari kualitas sumber daya manusianya (SDM). Salah satu indikator masih tertinggalnya kualitas SDM Indonesia pada tingkat global ditunjukkan oleh data Human Development Index (HDI). Pada tahun 2012, jika ditinjau dari peringkat HDInya, Indonesia menempati peringkat ke-121 dari 187 negara.6

Data di atas menunjukan bahwa pencapaian hasil belajar siswa masih kurang. Keperluan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Salah satu keterampilan yang bisa dikembangkan adalah Keterampilan Generik Sains (KGS). KGS merupakan keterampilan yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah. Keterampilan berpikir sains dideskripsikan sebagai keterampilan generik sains; karena dengan keterampilan generik sains siswa diajak untuk lebih berpikir kritis,

4

Tim Puspendik, “Laporan TIMMS 2011”, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, 2012, hal. 45-46. http://litbang.kemendikbud.go.id/-international-timss (27 Desember 2015)

5OECD, “

PISA: Snapshot of Performane in Mathematics, Reading, and Science”, OECD Publishing. http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-snapshot-Volume-I-ENG.pdf ( 27 Desember 2015)

6UNDP, “

The Rise of the South: Human Progress in Diverse World”, (New York: United Nation Development Programme, 2013), h. 148 – 151. http://hdr.undp.org/en/2013-report/


(18)

kreatif, memiliki kemampuan problem solving, dan decision making.7 Keterampilan generik harus diperkenalkan kepada siswa sejak dini sebagai tahap awal agar terbentuk SDM yang siap kerja dan berdaya guna tinggi.8 Keterampilan ini baik untuk dimunculkan dalam pembelajaran. Serta seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembelajaran sains pun perlu terus dikembangkan terutama pada mata pelajaran fisika.

Fisika dinilai sebagai salah satu bentuk ilmu pengetahuan yang dipandang sebagai disiplin kerja.9 Peranan itu bertransparansi dalam kerangka tubuh fisika itu sendiri yang mampu melatihkan keterampilan, khususnya keterampilan generik sains untuk bekal melanjutkan pendidikan dan bekerja dalam berbagai profesi yang luas di masyarakat.10 Beberapa keterampilan generik sains yang dapat ditumbuhkan dalam pembelajaran fisika, yaitu: pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung; pemahaman tentang skala; bahasa simbolis; kerangka logika taat azas; konsistensi logis; inferensi logika; pemodelan matematika; hukum sebab akibat; dan abstraksi.11

Beberapa penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan KGS siswa menemukan bahwa hasil kompetensi yang maksimal dalam belajar dapat tercapai dengan peranan guru, serta rancangan bahan ajar yang dapat membimbing dan membina siswa dalam memahami serta mengembangkan konsep-konsep fisika yang dibutuhkan. Hasil penelitian Muhammad Nasir, dkk (2014) menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan LKS terintegrasi generik sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, dan juga disarankan untuk mengembangkan keterampilan generik sains dalam modul atau buku ajar

7

Hesty Octafiana, Zulfiani, Sujiyo Miranto, “Perbedaan Keterampilan Generik Sains Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan Siswa yang

Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Sel”, Jurnal EDUSAINS, 7 (2), 2015, Hal. 187.

8Tina Yuni Astuti, “

Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa yang Diajar Melalui Metode Praktikum dengan Metode Demonstrasi Pada Konsep Jamur”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, hal. 26, tidak dipublikasi.

9

B.S. Brotosiswoyo, PEKERTI MIPA/Hakikat Pembelajaran Fisika, (Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001), h. 2.

10

Ibid.,

11

Sudarmin, Keterampilan Generik Sains dan Penerapannya dalam Pembelajaran Kimia Organik, (Semarang: Unnes Press), 2012, Hal. 31-44.


(19)

lainnya.12 Tetapi, pengembangan KGS masih sangat minim dilakukan. Berdasarkan hasil survei di MAN se-Kabupaten Karawang, diketahui bahwa guru-guru mata pelajaran fisika belum mengembangkan KGS.13 Hal ini dapat pula ditinjau dari sedikitnya penelitian mengenai KGS, terutama informasi mengenai pengembangan KGS dalam bahan ajar yang digunakan guru dan siswa di sekolah. Sebagai sumber utama dalam pembelajaran, belum ada penelitian yang dilakukan guna mengetahui ketersediaan KGS dalam buku teks yang digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis buku teks fisika ditinjau dari keterampilan generik sains.

Hasil survei penggunaan buku teks di MAN se-Kabupaten Karawang pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016, terdapat satu buku teks fisika yang paling banyak digunakan yang kemudian disimbolkan sebagai buku A. Untuk memperoleh gambaran ketersediaan KGS yang lebih baik, diperlukan satu buku lagi sebagai komparasi. Pemerintah melalui peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (Permendikbud) Nomor 65 Tahun 2014 telah menetapkan beberapa buku teks Fisika yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran. Kemudian, dipilih satu buku yang telah dinyatakan layak berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2014, yang disimbolkan sebagai buku B. Berdasarkan survei juga diketahui untuk konsep yang dianggap sulit oleh siswa adalah konsep Optik. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimanakah ketersediaan aspek keterampilan generik sains pada buku SMA/MA, dengan judul penelitian “Analisis Komparatif Buku Teks Fisika SMA/MA Ditinjau Dari Keterampilan Generik Sains (KGS) Pada Konsep Optik (Studi Deskriptif di MAN se-Kabupaten Karawang)”.

12 M. Nasir, Ahmad Harjono, Nyoman Srinada, “Pengembangan LKS Terintegrasi

Generik Sains Pada Materi Fluida Statis”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 21, 2014, h. 195.

13


(20)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia berdasarkan

Human Development Index, hingga diperlukannya suatu strategi khusus untuk meningkatkannya, satu diantaranya dengan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

2. Mudahnya sumber informasi tapi banyak yang belum terjamin kebenarannya, hal ini membuat buku teks sebagai pedoman utama siswa harus berkualitas. 3. Banyaknya buku teks kurikulum 2013 yang beredar di masyarakat, tapi

belum diketahui gambaran ketersediaan buku-buku tersebut terkait pengembangan keterampilan berpikir, khususnya keterampilan generik sains. 4. Belum adanya penelitian untuk mengetahui gambaran keterampilan generik sains pada buku teks fisika SMA/MA/sederajat khususnya di Kabupaten Karawang.

C. Pembatasan Masalah

Untuk penelitian yang terarah dan mendalam dengan cakupan yang tidak terlalu luas, berikut batasan masalah dalam penelitian ini:

1. Buku teks pelajaran yang dijadikan objek penelitian merupakan buku teks Fisika SMA/MA kelas X.

2. Bagian yang dianalisis pada buku teks terpilih ialah materi (kumpulan pernyataan berupa paragraf dan bukan paragraf), gambar, tabel, contoh soal, kegiatan siswa, dan latihan soal.

3. Kegiatan analisis dilakukan berdasarkan kriteria penilaian buku dengan menggunakan 10 aspek keterampilan generik sains menurut Brotosiswoyo (2001); yaitu pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, pemahaman tentang skala, bahasa simbolis, kerangka logika taat azas, konsistensi logis, inferensi logika, pemodelan matematika, hubungan sebab akibat, dan abstraksi.


(21)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah secara umum pada penelitian ini, yaitu: “Bagaimanakah perbandingan buku teks fisika SMA/MA ditinjau dari keterampilan generik sains pada konsep

optik?”

Rumusan umum di atas secara operasional dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perbandingan cakupan materi di kedua buku teks fisika SMA/MA pada konsep optik?

2. Bagaimana gambaran ketersediaan KGS dalam buku A dan buku B pada konsep optik?

3. Buku manakah yang lebih direkomendasikan untuk digunakan dalam pembelajaran fisika ditinjau dari ketersediaan KGS?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini secara umum, yaitu: untuk mengetahui perbandingan buku teks fisika SMA/MA ditinjau dari keterampilan generik sains pada konsep optik.

Secara terperinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbandingan cakupan materi pada kedua buku teks fisika SMA/MA yang dianalisis di konsep optik.

2. Untuk mengetahui gambaran ketersediaan KGS dalam buku A dan buku B pada konsep optik.

3. Untuk mengetahui buku teks manakah yang lebih direkomendasikan digunakan dalam pembelajaran fisika ditinjau dari ketersediaan KGSnya.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi guru dan siswa, dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam memilih buku teks pelajaran fisika yang baik dan tepat untuk mengembangkan


(22)

keterampilan berpikir siswa, khususnya yang mengembangkan keterampilan generik sains.

2. Bagi penulis dan penerbit buku teks, dapat memberikan kontribusi dalam pembuatan buku teks yang mengembangkan keterampilan berpikir siswa. 3. Bagi Institusi Pemerintah (Kemendikbud, BSNP, dan Puskurbuk), dapat

memberikan rekomendasi perlunya pengembangan bahan ajar terutama buku teks yang lebih mengembangkan keterampilan berpikir khususnya untuk keterampilan generik sains.

4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan suatu kajian yang menarik untuk perlu diteliti lebih lanjut dengan konsep yang berbeda.


(23)

8

A. Buku Teks Pelajaran

1. Definisi Buku Teks Pelajaran

Buku teks adalah buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa untuk diasimilasikan.1 Nasution (1987) menjelaskan bahwa buku teks pelajaran adalah bahan pengajaran yang paling banyak digunakan di antara bahan pengajaran lainnya.2

Definisi dari buku teks dipaparkan beberapa ahli lainnya. Chambliss dan Calfee (1998) menjelaskan secara lebih rinci. “Buku teks adalah alat bantu siswa untuk memahami dan belajar dari hal-hal yang dibaca dan untuk memahami dunia (di luar dirinya).”3 Suharman (2010), mengartikan “buku sebagai salah satu sumber bacaan, yang berfungsi sebagai sumber bahan ajar dalam bentuk materi cetak (printed material).”4

Tarigan & Tarigan (1984) mendefinisikan:“Buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran.” 5

Buku teks sebagai satu diantara komponen wajib dalam pembelajaran dan pengajaran, maka harus selalu disesuaikan dengan perkembangan keilmuan dan

1

Masnur Muslich, Text Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan pemakaian Buku Teks, (Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2010), h. 50.

2

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 165.

3

Masnur Muslich, loc. cit.

4

Andi Prasstowo, op.cit., h. 166.

5

Tarigan dan Tarigan, Telaah Buku Teks Bahassa Indonesia, (Bandung: Percetakan Angkasa, 2009), hal. 13-14.


(24)

perubahan kurikulum. Pemerintah mendefinisikan buku teks pelajaran yang digunakan siswa dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008 tentang buku, menyebutkan dalam pasal 1 ayat 3 bahwa:

“Buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinetis dan kesehatan yang tersusun berdasarkan standar nasional pendidikan.”6

Pengertian buku teks pelajaran sebagai buku acuan wajib dalam proses pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. “Isi buku teks pelajaran memuat materi pembelajaran serta tujuan buku teks, yaitu mengacu pada tujuan pendidikan nasional, serta penyusunannya mengikuti standar pendidikan nasional.”7

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa buku teks pelajaran adalah buku pegangan wajib yang menerangkan mengenai suatu kajian studi tertentu, yang disesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan siswa.

2. Fungsi Buku Teks

Fungsi utama buku adalah sebagai media informasi yang pada awalnya dalam bentuk tulisan tangan, kemudian cetakan, dan belakangan ini dalam bentuk elektronik.8 Secara umum diketahui bahwa buku mengandung informasi tentang perasaan, pikiran, gagasan, atau pengetahuan pengarangnya untuk disampaikan kepada orang lain dengan menggunakan simbol-simbol visual dalam bentuk huruf, gambar, atau bentuk lainnya. Pengunaan buku sebagai sumber utama kedua memungkinkan seseorang dapat belajar tanpa kehadiran guru sebagai sumber utama.

6

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 2.

7

B.P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 18.

8


(25)

Buku teks pelajaran dalam konteks yang lebih luas, mengandung bahan belajar yang dapat memberikan kemampuan kepada siswa sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum serta merupakan tahapan dalam pencapaian tujuan pendidikan tingkat institusional dan tujuan pendidikan nasional. Untuk itu, isi buku teks pelajaran merupakan penjabaran atau uraian dari materi pokok bahan pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. “Dilihat dari isinya, buku teks pelajaran termasuk salah satu perangkat pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum.”9

Buku teks yang terstandar dan memiliki penilaan yang baik dapat dijadikan sebagai sarana atau sumber belajar untuk meningkatkan dan meratakan mutu pendidikan nasional.

Tinjauan dari isi dan penyajian, buku teks pelajaran berfungsi sebagai pedoman manual bagi siswa dalam belajar dan bagi guru dalam membelajarkan siswa untuk program studi atau mata pelajaran tertentu.

Buckingham (1958) dalam Tarigan & Tarigan (2009), mengungkapkan keuntungan penggunaan buku teks untuk seorang pelajar, antara lain:10

a. kesempatan mempelajarinya sesuai dengan kecepatan masing-masing; b. kesempatan untuk mengulangi dan meninjau kembali;

c. kemungkinan mengadakan pemeriksaan atau pencekan terhadap ingatan; d. kemudahan untuk membuat catatan-catatan bagi pemakaian selanjutnya; e. kesempatan khusus yang dapat ditampilkan oleh sarana-sarana visual dalam

menunjang upaya belajar dari buku.

Bagi guru, buku teks pelajaran dipergunakan sebagai acuan dalam:11 a. membuat desain pembelajaran,

b. mempersiapkan sumber-sumber belajar lain, c. mengembangkan bahan belajar yang kontekstual, d. memberikan tugas, dan

e. menyusun bahan evaluasi.

9

Ibid., h. 21.

10

Tarigan tarigan, op. cit., hal. 16.

11


(26)

Secara sederhana dapat disimpulkan peranan atau fungsi buku teks sebagai berikut.12

a. mencerminkan suatu sudut pandang;

b. menyediakan suatu sumber yang teratur dan rapi; c. menyajikan pokok masalah yang kaya dan serasi; d. menyediakan aneka metode dan sarana pengajaran; e. menyajikan fiksasi awal bagi tugas & pelatihan; f. menyajikan sumber bahan evaluasi dan remedial.

3. Kriteria Penilaian Buku Teks

Kriteria penilaian buku pelajaran memiliki banyak ragam penilaian, beberapa ahli memiliki cara yang berbeda dalam menilai buku teks pelajaran. Penilaian itu sendiri merupakan proses menentukan posisi suatu pencapaian dibandingkan tujuan tertentu dengan menggunakan data hasil pengukuran.13 Data hasil pengukuran penilaian buku teks biasanya didapatkan dengan menerapkan beberapa indikator tertentu. Hasil penilaian itu dapat dikaji lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan apa saja yang sudah diperoleh dan yang belum diperoleh.14 Banyak kemampuan atau keterampilan yang dapat dianalisis ada atau tidaknya dalam suatu buku untuk mengembangkan kemampuan tersebut pada peserta didik, seperti keterampilan proses sains, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, keterampilan generik sains, dan kemampuan/keterampilan lainnya.

Buku-buku pelajaran yang secara resmi beredar secara nasional di Indonesia biasanya telah lulus diujikan di Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Sebagaimana di jelaskan dalam Permendiknas pasal 4 ayat 1 bahwa, “Buku teks pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai kelayakan

12

Tarigan-tarigan, op. cit., hal. 19

13

B. P. Sitepu, op.cit., h. 86.

14


(27)

pakainya terlebih dahulu oleh BSNP sebelum digunakan oleh guru dan/atau siswa sebagai sumber belajar di satuan pendidikan.”15

Terkait dengan kriteria penilaian buku teks pelajaran, BSNP telah mengembangkan instrumen penilaian buku teks. Instrumen ini digunakan untuk menentukan kelayakan sebuah buku teks untuk dapat dikategorikan sebagai buku standar. Menurut BSNP (2007), “buku teks yang berkualitas wajib memenuhi empat unsur kelayakan, yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan, dan kelayakan kegrafikan”.16

Penilaian buku teks pelajaran untuk kurikulum 2013 hanya melakukan sedikit revisi dari instrumen penilaian buku teks di kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Perubahan yang dilakukan disesuaikan dengan keteraturan di Kurikulum 2013.

Selain standar penilaian buku pelajaran secara umum dengan empat unsur kelayakan dari BNSP di atas, terdapat pulan standar penilaian buku pelajaran untuk buku sains menurut pusat perbukuan sebagai berikut:17

Tabel 2.1 Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains

Aspek Kriteria Indikator

Materi Kelengkapan materi

a. Mencakup materi yang ada di kurikulum yang berlaku b. Meliputi komponen dasar c. Tidak terjadi pengulangan yang

berlebih

Keakuratan materi a. Kebenaran konsep (definisi, rumus, hukum, dan sebagainya)

b. Aplikassi kontekstual dalam kehidupan nyata

Kegiatan yang mendukung materi

a. Kegiatan atau soal latihan mendukung konsep dengan benar

b. Kegiatan atau soal latihan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa c. Soal latihan dilengkapi kunci

penyelesaian dan pembahasan

15

Salinan Peratuan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 tentang buku, op. cit., h. 3.

16

Masnur Muclish, op. cit., h. 291-292.

17 Aan Fadia Annur, “Analisis Buku Pelajaran Kimia SMA Kelas X di Kota Tangerang

Selatan Berdasarkan Literasi Sains”, Skripsi Pendidikan Kimia UIN Jakarta, Jakarta, 2011, h.


(28)

Aspek Kriteria Indikator

Kemutakhiran materi

a. Mengaitkan dengan perkembangan ilmu terkini

b. Menggunakan pendekatan “STS” (science technology society). c. Mengaplikasikan konsep secara

umum

d. Memperkenalkan perkembangan sains dan hakikatnya

Materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa

a. Merencanakan dan melakukan kerja ilmiah

b. Mengidentifikasi objek dan fenomena dalam sistem yang ada di alam

c. Mengaitkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem yang ada di alam

d. Menerapkan konsep sains dengan teknologi dan kehidupan

e. Mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis

Materi mengikuti sistematika keilmuan

a. Materi disajikan dari yang sederhana ke yang sulit

b. Menunjukan bahwa sains tidak hanya merupakan produk, tetapi juga proses penemuan

c. Menekankan pada pengalaman langsung Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir

a. Mengenali hubungan sebab-akibat b. Mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan

c. Mengembangkan kemampuan

problem-solving

d. Mengembangkan kreativitas Materi merancang

siswa untuk mencaritahu

a. Merumuskan masalah b. Melakukan pengamatan atau

observasi

c. Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan secara kritis

d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada orang lain

Penggunaan notasi, simbol, dan satuan

a. Notasi, simbol, dan satuan yang terdapat dalam materi sesuai dengan acuan Sistem Internasional (SI) b. Notasi, simbol, dan satuan dalam


(29)

Aspek Kriteria Indikator

aturan SI selalu diberi penjelasan Penyajian Organisasi

penyajian umum

a. Materi disajikan secara sistematis dan logis

b. Materi disajikan secara sederhana dan jelas

c. Materi disajikan secara runtut

d. Menunjang keterlibatan dan kemauan siswa untuk terlibat aktif

mengemukakan dan berbagi ide Organisasi

penyajian per bab

a. Penjelasan awal (Advance organiser) dan tujuan pembelajaran

b. Penjelasan materi pokok

c. Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari

d. Terdapat kegiatan siswa yang bermanfaat

e. Latihan/contoh soal yang nyata, dengan solusi atau pembahasan Penyajian

mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan

a. Mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena

b. Mengaitkan suatu konsep dengan kehidupan nyata siswa

c. Penjelasan konsep sebgai upaya untuk membangun struktur pengetahuan IPA siswa

Melibatkan siswa secara aktif

a. Setiap konsep, diakhiri dengan kegiatan yang menuntut siswa melakukan kegiatan tersebut

b. Ada upaya menarik minat baca siswa c. Ada beberapa topik yang harus

dikerjakan oleh siswa secara berkelompok

Mengembangkan proses

pembentukan pengetahuan

a. Adanya proses yang menggiring siswa mengalami kegiatan langsung

b. Penyajian materi dan kegiatan menggunakan pendekatan konstruktivismi

Tampilan umum a. Gambar ilustrasi, gambar nyata, grafik sesuai dengan konsepnya

b. Judul dan keterangan gambar sesuai dengan gambar

c. Gambar nyata, gambar animasi, grafik dan sebagainya disajikan dengan jelas, menarik, dan berwarna


(30)

Aspek Kriteria Indikator

d. Dapat mengembangkan minat baca baik guru maupun siswa

Variasi dalam cara penyampaian informasi

a. Mengembangkan berbagai cara menyajikan informasi (gambar, nyata, gambar animasi, grafik, dan

sebagainya)

b. Informasi jelas, akurat dan menambah pemahaman konsep

c. Sesuai dengan konsep Meningkatkan

kualitas pembelajaran

a. Penyajian materi, kegiatan, dan tugas menggunakan pendekatan

konstruktivisme

b. Mengembangkan mekanisme siswa sebagai pusat pembelajaran

c. Berorientasi pada CTL (Contextual Teaching Learning)

d. Mendorong siswa aktif Anatomi buku

pelajaran

a. Memiliki daftar isi

b. Memiliki petunjuk penggunaan buku pelajaran

Memperhatikan kode etik dan hak cipta

a. Saduran, cuplikan, dan kutipan mencantumkan sumbernya dengan jelas

b. Gambar, baik gambar nyata maupun animasi, grafik, dan data hasil kutipan harus mencantumkan sumbernya Memperhatikan

kesetaraan gender &kepedulian terhadap lingkungan

a. Memberikan perlakuan yang seimbang terhadap gender dalam memberikan contoh atau acuan b. Memperhatikan kepedulian terhadap

lingkungan dalam memberikan contoh atau melakukan kegiatan Bahasa atau

keterbacaan

Bahasa Indonesia yang baik dan benar

a. Menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar b. Menggunakan aturan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD)

Peristilahan a. Menggunakan peristilahan yang sesuai dengan konsep yang menjadi pokok bahasan

b. Terdapat penjelasan untuk peristilahan yang sulit atau tidak umum

Kejelasan bahasa a. Bahasa yang digunakan sederhana, lugas, dan mudah dipahami siswa


(31)

Aspek Kriteria Indikator

b. Kalimat tidak bertele-tele, langsung dan tidak terlalu banyak anak kalimat

Kesesuaian bahasa a. Bahasa disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa (komunikatif) b. Struktur kalimat sesuai dengan

tingkat penguasaan kognitif siswa c. Bahasa mengembangkan

kemampuan berpikir logis siswa dalam memahami konsep-konsep IPA.

Penilaian buku teks erat kaitannya dengan pengukuran kualitas dari buku tersebut. Terdapat banyak ahli yang memaparkan kriteria dalam menganalisis buku. Selain dengan menggunakan empat kriteria dari BNSP, kriteria penilaian lainnya dikemukakan oleh Greeny dan Petty (1971) dengan mengidentifikasi butir-butir yang dapat digunakan sebagai alat penduga kualitas buku teks. Butir-butir tersebut meliputi minat siswa, motivasi, inovasi, linguistik, terpadu, menggiatkan aktivitas, kejelasan konsep, titik pandang, pemantapan nilai-nilai dan menghargai perbedaan pribadi.18

Tarigan dan Tarigan (2009), menuliskan kriteria penelaahan buku teks yang bersifat umum, yang dapat digunakan bagi setiap buku teks. Butir-butir kriteria tersebut ialah:19

a. Buku harus memiliki pendekatan keterampilan proses yang meliputu mengamati, menginterpretasi, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melakukan penelitan, mengkomunikasikan hasil penelitian. b. Buku harus memiliki tujuan yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor. c. Buku sebagai bahan pengajaran harus memenuhi beberapa ketentuan, antara

lain bermanfaat bagi siswa, sesuai dengan kemampuan siswa, menarik, up to date, tersusun logis sistematis, bila berupa konsep, konsep itu harus jelas bila berupa teks atau bacaan, maka bacaan itu harus meliputi berbagai aspek kehidupan, menunjang mata pelajaran lainnya, utuh dan lengkap, bersifat

18

Tarigan, op. cit., h. 88.

19


(32)

membangun keteladanan, dapat menumbuhkan perbendaharaan kata siswa, menumbuhkan keberanian menampilkan diri, bersifat cultural-edukatif, dan memantapkan nilai-nilai yang berlaku.

d. Buku harus merekomendasikan metode pengajaran dengan beberapa ketentuan, diantaranya bervariasi; memikat, merangsang dan menantang siswa untuk belajar; menggiatkan siswa secara mental dan fisik; tidak menyulitkan guru; mengarahkan kegiatan belajar siswa kearah tujuan pengajaran; mudah, meriah, murah; mengembangkan kreativitas siswa; mengembangkan penampilan siswa baik individu maupun kelompok; meningkatkan kadar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam belajar; dan terakhir dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi pengajaran

e. Buku harus menyediakan evaluasi atau penilaian yang bersifat: 1) terbuka untuk dinilai atau dikritik

2) terbuka untuk diresensi

3) praktis, mudah dilaksanakan dan mudah dihitung 4) merangsang penilaiana pribadi

5) mengukur prestasi belajar

6) dapat memberikan umpan balik, berupa remedial maupun penyempurnaan program pengajaran secara menyeluruh.

f. Buku harus komunikatif yang dapat dicapai dengan:

1) bahasa buku teks harus sesuai dengan bahasa siswa, menggunakan kalimat efektif, tidak ambigu (bermakna ganda), sederhana, sopan, dan menarik. 2) ilustrasinya tepat, menarik, dan membantu pemahaman.

3) instruksinya jelas dan mudah dipahami.

B. Buku Teks Fisika SMA/MA

Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam atau sains. Di sekolah menengah pertama (SMP), ilmu pengetahuan alam (IPA) diajarkan secara terpadu sebagai satu mata pelajaran. Di sekolah menengah atas (SMA), mata pelajaran ini mulai dibagi menjadi biologi, kimia, dan fisika. Buku teks sains menggunakan tulisan, gambar, diagram, chart, pola dan bilangan untuk


(33)

menyajikan ide dan konsep sebagai perwakilan.20 Buku teks sains berfungsi dalam membantu persiapan bagi siswa untuk proses pembelajaran. Informasi yang disampaikan melalui tulisan dan gambar dalam buku teks harus mampu mengenali kemampuan siswa yang telah ada dan mendukung dalam penghubungan konsep baru ke konsep sebelumnya.21

Buku untuk pembelajaran IPA atau buku sains mempunyai karakter tersendiri. Istilah untuk karakter buku sains biasa dikenal dengan literasi sains. Terdapat empat karakter dari sains, yakni science as a way of thnking (sains sebagai cara berpikir), science as a way of investigation (sains sebagai cara menyelidiki), science as a body of knowledge (sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan), dan terakhir menyertakan kaitan antara sains dengan teknologi dan masyarakat (science, technology, dan society).22

Fisika merupakan ilmu tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat diamati manusia. Gejala dan perilaku alam kemudian membentuk konsep yang bersifat abstrak, empiris, dan matematis. Konsep-konsep abstrak dalam fisika secara umum dapat difahami dengan kegiatan berpikir yang tinggi. Maka dari itu, fisika mulai diajarkan secara mandiri saat memasuki SMA kelas X, karena di SMP fisika termasuk dalam IPA terpadu.

Penggunaan buku teks fisika bertujuan untuk membantu dan menunjang pembelajaran fisika di kelas. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan mengapa fisika perlu diajarkan saat pendidikan menengah atas, yaitu: pertama, karena ilmu fisika dipandang sebagai kumpulan pengetahuan tentang gejala dan perilaku alam yang dapat digunakan untuk membantu bidang-bidang profesi seperti kedokteran, pertanian, dan sebagainya; kedua, karena ilmu fisika dipandang sebagai suatu disiplin kerja yang dapat menghasilkan sejumlah keterampilan generik untuk bekal berkarier di berbagai profesi yang lebih luas; dan ketiga ilmu fisika

20 Pavinee Sothayapetch, “A Comprative Study of Science Education at the Primary

School Level in Finland and Thailand”, Disertasi, Universitas Helsinki, Finlandia, 2013, Hal. 25.

21

Ibid., Hal. 26.

22

T. E. Yuliyanti, Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas XI Berdasarkan Muatan Literasi Sains di Kabupaten Tegal, UPEJ 3 (2) 2014. Hal. 69.


(34)

ditujukan bagi mereka yang menyukai kegiatan menggali informasi baru terhadap perkembangan ilmu fisika.23

C. Keterampilan Generik Sains

1. Definisi Keterampilan Generik Sains

Haladyna (1997) menyatakan keterampilan atau skills adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas atau beban kerja tertentu baik secara fisik maupun mental, yang terkadang mudah dilihat dan terkadang kurang terlihat tetapi dapat diduga melalui perilakunya.24 Keterampilan merupakan suatu keadaan (kondisi) yang kompleks yang dapat melibatkan pengetahuan dan performance.25 Keterampilan merupakan modal awal untuk siswa bersaing secara global.

Keterampilan generik merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan.26 Keterampilan generik biasa disyaratkan baik untuk siswa mulai aktif di dunia kerja maupun melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keterampilan generik telah banyak dikembangkan di banyak negara di dunia, beberapa diantaranya, di Inggris, Amerika Serikat, Australia, Jerman, dan Singapura.27 Banyak asosiasi dan peneliti dari berbagai negara yang merumuskan beragam keterampilan generik, hasil rumusan tersebut berbeda-beda, walaupun beberapa jenis keterampilan generik secara konsisten ada dalam setiap rumusan. Di Indonesia, untuk keterampilan generik sains dikembangkan oleh Brotosiswoyo (2001), dengan sepuluh keterampilan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sains.

Keterampilan generik sains, yaitu kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimiliki oleh siswa.28 Dimensi Keterampilan Untuk SMA/MA di kurikulum 2013, memiliki kemampuan pikir dan tindak yang

23

B. S. Brotosiswoyo, op. cit., h. 1-2.

24

Sudarmin, Keterampilan Generik Sains dan Penerapannya dalam Pembelajaran Kimia Organik, (Semarang: Unnes Press), 2012, Hal. 31.

25

Ibid.

26Ramlawati, Liliasari, Ana Ratna Wulan, “Pengembangan Model Assesmen Portofolio

(APE) untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa”, Jurnal Chemica, 2012, hal.

32.

27

Wahono Widodo, Tinjauan tentang Keterampilan Generik, 2009, hal. 2.

28


(35)

efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.29 Keterampilan generik sains adalah keterampilan yang dihasilkan dari kemampuan intelektual yang dipadukan dengan keterampilan psikomotorik sehingga menghasilkan sikap yang akan melekat sepanjang hayat.30 Keterampilan ini merupakan keterampilan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan berbagai masalah sains.

2. Jenis Keterampilan Generik Sains

Keterampilan generik sains pertama kali dikembangkan oleh Brotosiswoyo (2001). Pada awalnya hanya terdapat sembilan keterampilan yang dijelaskan oleh Brotosiswoyo. Seiring perkembangan dalam penelitian keterampilan generik sains, saat ini terdapat sepuluh keterampilan yang dapat dilatihkan dalam pembelajaran sains. Berikut jenis-jenis keterampilan generik sains yang merujuk pada pengembangan penelitian Brotosiswoyo dan Moerwani, et al (2001), yaitu pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, pemahaman tentang skala, bahasa simbolis, kerangka logika taat azas, konsistensi logis, inferensi logika, pemodelan matematik, hubungan sebab-akibat, dan abstraksi.

a. Pengamatan Langsung

Pengamatan langsung adalah mengamati objek secara langsung.31 Mampu melakukan pengamatan menjadi hal pertama yang perlu dimiliki siswa dalam mempelajari sains ataupun disiplin ilmu lainnya. Pengamatan langsung dapat diperoleh melalui kejadian sehari-hari dan atau sengaja dikondisikan saat percobaan.32

29

Depdiknas, Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

30 Iwan Permana S., “Mengembangkan Keterampilan Generik pada matakuliah IPBA”,

Jurnal Pendidikan Fisika UIN Jakarta, 2013, h. 3.

31

Brotosiswoyo, op. cit., hal. 7.

32


(36)

Pengamatan langsung dalam fisika mengembangkan dua aspek penting, yaitu kejujuran dan kesadaran akan batas ketelitian.33 Aspek pertama merupakan fakta bahwa ilmu fisika dapat menjadi ilmu yang tangguh, karena sikap jujur dalam penyajian hasil pengamatan. Kejujuran diperlukan karena ilmu fisika bisa dan boleh diuji oleh siapa pun. Sikap jujur ini akan timbul karena ukuran keberhasilan kegiatan pengamatan lebih ditekankan pada kejujuran, bukan pada kesesuaian hasil pengamatan itu dengan teori fisika yang ada. Aspek lain dalam pendidikan yang terkait dengan pengamatan dalam fisika adalah kesadaran akan batas-batas ketelitian yang dapat diwujudkan. Indra pengamatan dan alat memiliki keterbatasan yang biasa diistilahkan sebagai teori kesalahan. Kesadaran akan hal itu merupakan kebiasaan baik yang dapat ditumbuhkan dalam kegiatan pengamatan langsung.

b. Pengamatan Tidak Langsung

Fisika adalah ilmu tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat diamati oleh manusia, mulai dari hal yang begitu besar seperti sistem tata surya hingga hal-hal mikroskopis seperti partikel, atom, molekul.34 Keterbatasan indra pengamat menyebabkan banyak gejala dan perilaku alam tidak dapat diamati secara langsung, untuk itu diperlukan bantuan dari alat-alat tertentu guna memahami aspek mikroskopis. Listrik adalah salah satu contoh objek alam yang ada, tetapi tidak dapat dilihat, didengar, atau dicium baunya oleh pengamat. Karena itu pengukuran dalam kelistrikan dilakukan lewat alat. Pada sistem tata surya, misalnya saat hendak mengamati planet jupiter diperlukan teropong sebagai alat bantu melihat.

c. Kesadaran tentang Skala Besaran (Sense of Scale)

Ukuran skala yang dipelajari dalam ilmu fisika sangat banyak, dimulai dari yang sangat kecil (elektron) sampai ukuran sangat besar (jagat raya).35 Dalam skala waktu, fisika membahas hingga ukuran waktu yang sangat kecil seperti

33

Brotosiswoyo, op. cit., hal. 8.

34

Ibid., hal. 6.

35


(37)

lifetime dari pasangan elektron-positron sebab mata kita hanya dapat membedakan signal yang muncul kira-kira 1/30 detik. Sense of scale dalam jumlah benda juga perlu ditanamkan mengingat jumlah benda bisa menjadi sangat banyak dan membingungkan bila tidak digunakan istilah besaran tertentu untuk menyederhanakannya. Banyak pembahasan fisika dilukiskan dalam ungkapan tulisan atau rumus maka tanpa kesadaran tentang skala besaran yang baik suatu bahasan fisika akan kurang dapat dipahami makna konkretnya dalam alam ini. Dalam optik, penting untuk memahami skala besaran yang ada, seperti pemahaman jarak fokus lensa atau cermin, kuat lensa, dan panjang teropong.

d. Bahasa Simbolik

Banyak perilaku alam, khususnya perilaku yang dapat diungkapkan secara kualitatif, yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa komunikasi sehari-hari. Sifat kuantitatif tersebut menyebabkan adanya keperluan untuk menggunakan bahasa yang kuantitatif juga. Banyak istilah-istilah berupa simbol atau hal lainnya yang dapat membantu siswa dalam memahami suatu fenomena. Namun, harus diakui bahwa tidak semua orang dapat dilatih untuk fasih dalam bahasa simbolik. Kesederhanaan serta makna dari ungkapan-ungkapan simbolik dalam kaitannya dengan gejala atau peristiwa alam yang ingin di“bahasakan”kan perlu memperoleh prioritas. Dan hal yang harus dihindari adalah kebiasaan menuliskan bahasa simbolik yang sesungguhnya belum diketahui maknanya. Ada kecenderungan, juga pada para pengajar, untuk menampilkan ungkapan-ungkapan simbolik guna mencitrakan level hebatnya topik yang sedang dibahas. Tetapi, tanpa memahami makna dari simbol yang digunakan sesungguhnya hanya akan mengelabui diri sendiri.36

Brotosiswoyo menyatakan bahasa simbolik meliputi sub kategori kemampuan dalam (a) memahami informasi dari grafik, tabel, atau gambar; (b) memahami simbol-simbol fisika; (c) memahami persamaan yaitu penggunaan numerik angka-angka seperti koefisien.37 Keterampilan generik terkait bahasa

36

Brotosiswoyo, op. cit., hal. 14.

37


(38)

simbolik ditekankan bukan hanya sekedar menghapal tetapi mampu memaknai arti fisis dari simbol tersebut.

e. Kerangka Logika Taat Asas dari Hukum Alam

Matematika sebagai bahasa yang sangat cermat memiliki sifat yang memudahkan kita menguji ketaat-asasan (self-consistency). Dalam ilmu fisika, berdasarkan pengalaman yang cukup panjang, bahwa aturan alam ini memiliki sifat taat-asas secara logika (logically self-consistency).38

Satu contoh untuk aspek ini, yaitu perubahan pandangan dari geosentris menjadi heliosentris.39 Dengan ditemukannya teleskop mematahkan keyakinan bahwa bumi sebagai pusat peredaran benda langit. Kebenaran mengenai aturan alam akan semakin mudah diketahui dengan perkembangan ilmu pengetahuan, yang mau tidak mau akan mengubah kerangka berpikir manusia mengenai suatu fenomena.

f. Inferensi Logika

Keyakinan akan peran logika dalam pengendalian hukum-hukum alam menyebabkan matematika menjadi “bahasa” hukum alam yang sangat ampuh. Dari sebuah aturan yang diungkapkan dalam matematika, kita dapat menggali konsekuensi logis yang dihasilkan semata-mata lewat inferensi logika.40 Pada ilmu fisika terdapat banyak contoh hasil inferensi logika yang menyajikan kesimpulan yang ternyata benar-benar ada di alam ini. Misalnya positron yang diramalkan dahulu dari hasil inferensi logika sebelum ditemukan eksistensinya.

g. Causality (Sebab-Akibat)

Hukum pemantulan dikenal dengan keteraturan bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul, sebagaimana beberapa hukum lain yang ada pada materi optik muncul karena sebab suatu tertentu. Sebuah aturan dapat dinyatakan sebagai hukum sebab-akibat apabila ada reproducibility dari akibat sebagai fungsi dari

38

Brotosiswoyo, loc. cit.

39

Iwan Permana S., op. cit., hal. 8.

40


(39)

penyebabnya, yang dapat dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja, sebagian besar aturan fisika yang disebut hukum bersifat sebab akibat.41

h. Pemodelan Matematik

Fenomena-fenomena/perangai alam dapat digambarkan dalam bentuk rumus-rumus, sketsa gambar, model atau pun persamaan matematik.42 Pemodelan adalah imitasi atau penyederhanaan tentang suatu yang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami suatu fenomena. Dalam optik, guna mempermudah memahami pergerakan sinar di alat optik sering digunakan sketsa gambar. Rumus-rumus yang melukiskan hukum-hukum alam dalam fisika adalah buatan manusia yang ingin melukiskan gejala dan perangai alam tersebut, baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantatif. Jadi kita dapat menyebutnya sebagai “model” yang ungkapannya menggunakan bahasa matematika. karena pada hakikatnya ungkapan itu adalah model, maka dalam fisika kita juga mengenal model alternatif (tidak harus hanya satu model).

i. Membangun Konsep

Pemahaman siswa perlu dibangun dari banyaknya informasi dan pengetahuan yang diketahui, seperti konsep, prinsip, aturan, hukum, dll. Semakin banyak informasi yang diketahui baik berupa teori maupun praktis akan semakin menambah pemahaman siswa mengenai keteraturan yang ada. Tidak semua gejala alam di sekitar siswa dapat dipahami dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Kadang-kadang kita harus membangun sebuah konsep atau pengertian baru yang tidak ada padanannya dengan pengertian-pengertian yang sudah ada.43

j. Abstraksi

Abstraksi merupakan kemampuan siswa untuk menggambarkan hal-hal yang abstrak ke dalam bentuk nyata.44 Umumnya kemampuan ini sulit untuk

41

Iwan Permana S. op. cit., hal. 9

42

Ibid,.

43

Brotosiswoyo, op. cit., hal. 20.

44


(40)

diajarkan, tetapi beberapa contoh konkret yang alami dalam kehidupan sehari-hari dapat dikemukakan untuk membantu proses abstraksi.

3. Indikator Keterampilan Generik Sains

Keterampilan generik sains dengan sepuluh macam keterampilan yang telah dijelaskan sebelumnya. Setiap keterampilan memiliki indikator guna mempermudah dalam mengidentifikasi tiap jenisnya. Sunyono dalam Aritta mengungkapkan beberapa indikator penguasaan KGS yang dikembangkan dalam penelitian ini dengan merujuk pada pengembangan penelitian Brotosiswoyo dan Moerwani (2001), sebagai berikut:45

Tabel 2.2 Indikator-Indikator Keterampilan Generik Sains No. Keterampilan

Generik Sains

Indikator

1 Pengamatan Langsung

a. Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam megamati percobaan/fenomena alam

b. Mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan atau fenomena alam

c. Mencari perbedaan dan persamaan 2 Pengamatan

Tidak Langsung

Menggunakan alat ukur sebagai alat bantu indera dalam mengamati percobaan/fenomena alam

3 Pemahaman tentang skala

a. Menyadari objek-objek alam dan kepekaan yang tinggi terhadap skala numerik sebagai

besaran/ukuran skala mikroskopis maupun makroskopis

b. Membandingkan skala antara dua atau lebih objek 4 Bahasa simbolik a. Memahami simbol lambang dan istilah

b. Memahami makna kuantitatif satuan dan besaran dari persamaan

c. Menggunakan aturan matematis untuk memecahkan masalah/fenomena gejala alam d. Membaca suatu grafik/diagram, tabel serta tanda

matematis 5 Kerangka logika

taat azas

a. Mencari hubungan logis antara dua aturan b. Menjelaskan sesuatua atau gejala alam melalui

hukum-hukum yang telah ditentukan

45 Aritta Megadomani, “Pengaruh Inkuiri Laboratorium Terbimbing Terhadap

Keterampilan Generik Sains Siswa SMA pada Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”, Jurnal Kimia, Edisi Khusus No.2, PPPPTK IPA Bandung, 2011, Hal. 386.


(41)

No. Keterampilan Generik Sains

Indikator

6 Konsistensi logis (Membangun konsep)

a. Memahami keteraturan

b. Menjelaskan masalah berdasarkan keteraturan c. Menarik kesimpulan dari suatu gejala berdasarkan

keteraturan/hukum-hukum terdahulu

7 Inferensi logika a. Membuat generalisasi atau mengambil kesimpulan b. Menjelaskan atau menginterpretasi dari hasil

observasi atau suatu kajian

c. Membuat kesimpulan terhadap persoalan baru sebagai akibat logis dari teori-teori yang tanpa melihat makna konkret sesungguhnya

8 Pemodelan matematika

a. Mengungkapkan fenomena/masalah dalam bentuk sketsa gambar/grafik

b. Mengungkapkan suatu masalah dalam bentuk bahasa matematika

c. Mengungkapkan fenomena dalam bentuk penggunaan rumusan

d. Mengajukan alternative penyelesaian masalah 9 Hukum sebab

akibat

a. Menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu gejala alam tertentu

b. Memperkirakan penyebab gejala alam

10 Abstraksi a. Menggambarkan atau meganalogikan konsep atau peristiwa yang abstak ke dalam kehidupan yang nyata sehari-hari

b. Membuat visual dari peristiwa mikroskopik yang bersifat abstrak

D. Kajian Materi Optik

1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Konsep optik pada Kurikulum 2013 untuk SMA diajarkan di kelas X. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada materi ini ditetapkan sebagaimana tersaji pada Tabel 2. 3.

Tabel 2.3 KI dan KD pada Materi Pokok Alat-Alat Optik

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

1.1Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagat raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.


(42)

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1.2Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak, fluida kalor dan optik.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.

2.2Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan berdiskusi.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

4.9 Menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.

Berdasarkan KI dan KD di atas, konsep optik pada Kurikulum 2013 hanya menekankan pada bahasan materi alat-alat optik.


(43)

2. Peta Konsep Optik

Gambar 2.1 Peta Konsep Optik

3. Uraian Materi Optik

Alat-alat optik merupakan alat-alat yang pada pemanfaatannya menggunakan prinsip pencerminan dan pembiasan oleh cermin dan lensa. Secara umum, alat optik dapat dibedakan menjadi alat optik alami dan alat optik buatan. Mata merupakan alat optik alami, sedangkan kacamata, lup, mikroskop, teropong dan kamera merupakan alat optik buatan. Alat optik tersusun dari cermin atau lensa, oleh karena itu sebelum mempelajari cara kerja alat alat optik tersebut hendaknya kita memahami bagaimana sifat dan pembentukan bayangan pada cermin maupun lensa.

a. Pemantulan Cahaya

Pemantulan ialah pengembalian seluruh atau sebagian dari suatu berkas cahaya ketika bertemu dengan bidang batas antara dua medium. Pemantulan dibedakan menjadi 2, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur atau diffus.46

46

Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga), 2013, h. 376-377.


(44)

Pemantulan dapat menyebabkan terjadinya pembentukan bayangan, hal ini dapat terjadi pada cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. Cermin datar, pemantulan pada cermin datar akan menghasilkan bayangan yang bersifat maya, tegak dan sama besar. Cermin cekung, cermin ini memiliki titik fokus F dan bersifat konvergen atau mengumpul. Sedangkan cermin cembung memiliki titik fokus F yang terletak dibagian belakang cermin dan bersifat divergen atau menyebar.47 Kedua cermin ini memiliki 3 sinar istimewa seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 2.4 Sinar Istimewa pada Cermin Cekung dan Cermin Cembung

Cermin Cekung Cermin Cembung

a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.

a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama aka dipantulkan seolah-olah dari titik fokus.

b. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

b. Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

c. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan ke titik itu juga.

c. Sinar datang menuju titik M (2F) akan dipantulkan seolah-olah dari titik itu juga.

47


(45)

b. Pembiasan Cahaya

Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan, sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap permukaan, berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan.48

Pembiasan cahaya salah satunya dapat terjadi pada lensa. Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung.. Ada dua jenis lensa, yaitu lensa cekung (concaf) dan lensa cembung (convex). Lensa cekung disebut juga lensa divergen sedangkan lensa cembung disebut juga lensa konvergen. Kedua lensa ini memiliki 3 sinar istimewa seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.5 di bawah ini.

Tabel 2.5 Sinar Istimewa pada Lensa Cembung dan Lensa Cekung

Jenis-jenis lensa

Sinar-sinar istimewa pada lensa

Lensa Cembu

ng

a.Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan melalui titik fokus aktif F1.

b. Sinar datang melalui titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu utama.

c. Sinar datang melalui titik pusat optik diteruskan tanpa membias.

Lensa Cekung

a. Sinar datang sejajar sumbu utama

dibiaskan seakan-akan berasal dari titik fokus F1.

b. Sinar datang seakan-akan menuju ke titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu utama.

c. Sinar datang melalui pusat optik diteruskan tanpa membiaskan.

48


(46)

d. Alat-alat Optik

Secara umum, alat optik dapat dibedakan menjadi alat optik alami dan alat optik buatan. Mata merupakan alat optik alami, sedangkan alat optik buatan meliputi lup, kamera, teropong, dan mikroskop.49

1) Mata

Mata terdiri dari bagian-bagian penting yang mentukan daya penglihatan kita. Bagian-bagian mata tersebut, yaitu: kornea, iris, pupil, lensa mata dan retina. Ada beberapa gangguan penglihatan, di antaranya adalah miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), presbiopi, dan astigmatisme.50

2) Lup

Lup terbuat dari lensa cembung. Lup menghasilkan bayangan yang lebih besar daripada bendanya sehingga sering disebut sebagai kaca pembesar.

3) Mikroskop

Mikroskop terdiri atas 2 lensa cembung, lensa okuler dan lensa objektif. Lensa okuler berfungsi seperti lup. Bayangan yang dihasilkan lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler.

Tabel 2.6 Rumus-rumus untuk menentukan perbesaran pada mikroskop

Hubungan perbesaran oleh lensa objektif dan perbesaran oleh lensa okuler.

Perbesaran okuler saat mata tak berakomodasi.

Perbesaran okuler saat mata berakomodasi maksimum.

49

Purwoko dan Fendi, PHYSICS 1: for Senior High School Year X, (Jakarta: Yudhistira, 2009), h. 150.

50

Hari Subagya, Konsep dan Penerapan FISIKA SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 253-254.


(47)

4) Teropong

Teropong atau teleskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda jauh misalnya benda-benda angkasa. Ada dua jenis teropong, yaitu teropong pantul dan teropong bias.

Tabel 2.7 Rumus pada teropong

Perbesaran bayangan pada teropong bintang untuk mata tak berakomodasi

jarak antara lensa objektif dan lensa okulernya

5) Kamera

Prinsip kerja kamera mirip dengan mata. Pada kamera, bayangan jatuh pada film. Diafragma pada kamera berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Peran diafragma kamera mirip peran pupil pada mata.51

E. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitia yang akan peneliti lakukan dantaranya adalah:

a. Bahare Babaei, dan Ali Abdi (2014), dalam Universal Journal of Educational

Research, dengan judul “Textbooks Content Analysis of Social Studies and

Natural Sciences of Secondary School Based on Emotional Intelegence

Components”. Hasil penelitian menunjukan komponen EI yang paling

banyak muncul di bagian text buku sosial adalah kesadaran sosial, sedangkan di buku text sains adalah bagian manajemen diri.52

b. Ramlawati, Liliasari, Muhammad A., dan Ana Ratna W, (2014), dalam

Journal of Education and Learning, dengan judul “The Effect of Eletronic Portfolio Assessment Model to Increase of Students’ Generic Science Skills in

51

Purwoko, op. cit., h. 158

52

Bahare Babaei dan Ali Abdi, Textbooks Content Analysis of Social Studies and Natural Sciences of Secondary School Based on Emotional Intelegence Components”, Universal Journal of Educational Research, hal. 309.


(48)

Practical Inorganicc Chemistry”. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa yang menggunakan elektronik portofolio asesmen dalam proses asesmen memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan siswa dengan portofolio konvensional.53

c. Dian Pratiwi (2012), dalam Unnes Journal of Biology Education, yang berjudul “Analisis Representasi Salingtemas Buku Ajar Biologi Kelas XI SMA Negeri Sekota Semarang”. Pada penelitian ini diketahui bahwa tingkat representasi saling temas dalam buku yang dianalisis adalah sedang (buku ajar 1 sebesar 48,33%; buku ajar 2 sebesar 48,135%), dan kesesuaian isi , bahaya, penyajian buku-buku ajar tersebut adalah sangat sesuai (buku ajar 1 sebesar 86,21; buku ajar 2 sebesar 89,09%).54

d. Feni Kurnia, Zulherman, Apit Fathurohman, (2012), pada Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika Vol. 1 No. 1, dengan judul “Analisis Bahan Ajar Fisika

SMA Kelas XI di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Literasi Sains”. Hasil rata-rata kategori literasi sains pada buku-buku yang dianalisis, yakni 59,62% untuk kategori sebagai batang tubuh pengetahuan, 33,57% untuk kategori cara menyelidiki, 5,73% untuk cara berpikir, dan 1,08% untuk kategori teknologi masyarakat.55

e. Penelitian dari Wiwik Agustiningsih, Suwanto, dan Suparmi, (2014), Dalam

Jurnal Inkuiri Vol 3, No.I dengan judul “Pengembangan Instrumen Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains Pada Pembelajaran Fisika Materi Teori Kinetik Gas Kelas XI IPA SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil dari penelitin ini diketahui bahwa penggunaan instruksi praktikum yang terintegrasi keterampilan generik sains didalamnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Penggunaan instruksi

53

Ramlawati, Liliasari, Muhammad A., dan Ana Ratna W., “The Effect of Eletronic Portfolio Assessment Model to Increase of Students’ Generic Science Skills in Practical Inorganic

Chemistry”, Journal of Education and Learning, Volume 8, Edisi 3, 2014, hal. 179.

54

Dian Pratiwi, “Analisis Representasi Salingtemas Buku Ajar Biologi Kelas XI SMA

Negeri Sekota Semarang”, Unnes Journal of Biology Education, 2012, hal. 72.

55 Feni Kurnia, Zulherman, Apit Fathurohman, “Analisis Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI

di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Literasi Sains”, Jurnal Inovasi dan


(49)

praktikum ini mampu mengarahkan siswa dalam mencapai pemahaman yang lebih berkembang.56

f. Navies Luthvitasari, Ngurah Made D. P, Suharto Linuwih (2012), dalam

Journal of Innovative Science Education, dengan judul “Implementasi

Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif, dan Kemahiran Generik Sains”. Hasil analisis uji gain menunjukan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan aspek keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif dan kemahiran generik sains siswa SMK.57

g. Hesty Oktafiana, Zulfiani, dan Sujiyo Miranto (2015), dalam Jurnal EDUSAINS, dengan judul “Perbedaan Keterampilan Generik Sains antara

Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Konsep Sel”. Hasil penelitian yang didapat Keterampilan Generik Sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur.58 h. Muhammad Nasir, Ahmad Harjono, dan Nyoman Sridana (2014), dalam

Jurnal Ilmu Pendidikan, dengan judul “Pengembangan LKS Inkuiri

Terintegrasi Generik Sains pada Materi Fluida Statis”. Hasil penelitian ini berhasil membuat LKS Inkuiri Terintegrasi Generik Sains (ITGS) yang efektif meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dan mendapat respon positif dari siswa.59

56

Wiwik Agustiningsih, Surwanto, dan Suparmi, “Pengembangan Instrumen Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains Pada Pembelajaran Fisika Materi Teori Kinetik Gas Kelas XI IPA SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013”, Jurnal Inkuir, Volume 3, Nomor 1, 2014, hal. 50.

57Navies Luthvitasari, Ngurah Made D. P, Suharto Linuwih, “Implementasi Pembelajaran

Fisika Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif, dan Kemahiran

Generik Sains”, Journal of Innovative Science Education, 2012, hal. 92.

58 Hesty Oktafiana, Zulfiani, dan Sujiyo Miranto, “Perbedaan Keterampilan Generik Sains

antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Konsep Sel”, Jurnal EDUSAINS, 2015, Hal. 185.

59 Muhammad Nasir, Ahmad Harjono, dan Nyoman Sridana, “Pengembangan LKS Inkuiri


(50)

F. Kerangka Berpikir

Permasalahan dalam pendidikan di Indonesia masih banyak ditemukan, dampaknya kualitas pendidikan di negara ini masih dianggap kurang baik. Secara regional di Kabupaten Karawang, maupun secara nasional di Indonesia keterampilan lulusan masih dianggap lemah. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran pendidikan untuk meningkatkan kualitas lulusan Indonesia. Satu diantara penyebabnya adalah karena proses pembelajaran yang belum menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir.

Pengembangan keterampilan berpikir sangat bergantung pada proses pembelajaran. Peningkatan keterampilan berpikir siswa berbanding lurus dengan peningkatan hasil belajar siswa. Guru, bahan ajar, dan siswa; ketiganya harus berinteraksi untuk dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Sayangnya buku teks sebagai bahan ajar utama bagi siswa, pengembangan dan kualitasnya masih kurang diperhatikan. Faktanya, buku teks pelajaran belum mengembangkan keterampilan berpikir secara khusus. Satu dampak yang bisa ditimbulkan, yaitu siswa tidak memiliki keterampilan pemecahan masalah.

Beberapa program penilaian tingkat Internasional yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian siswa yang ada di berbagai negara. Dua diantara program tersebut yaitu, TIMMS (Trends in International Mathematics and Science Study), dan PISA (Programme for Student Assessment). Kedua program ini menekankan pada pengukuran keterampilan berpikir siswa, terutama untuk sains. Tetapi, hasil yang didapatkan kurang memuaskan. Indonesia selalu berada di bawah nilai rata-rata sejak awal berpartisipasi. Untuk itu, keterampilan berpikir siswa perlu dikembangkan.

Strategi untuk memunculkan keterampilan berpikir dalam buku teks dapat menjadi langkah awal yang baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Karena buku teks yang beredar belum diketahui gambaran pengembangan keterampilan berpikir. Belum ada buku yang secara spesifik mengembangkan suatu keterampilan berpikir tertentu. Padahal dengan beragamnya keterampilan berpikir yang kemudian disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dapat menghasilkan beragam buku teks. Untuk mata pelajaran sains, dapat dikembangkan


(51)

keterampilan generik sains yang sering didefinisikan sebagai keterampilan berpikir sains.

Keterampilan generik sains, sesuai sebagai bekal melanjutkan pendidikan dan bekerja dalam berbagai profesi yang luas di masyarakat. Keterampilan berpikir generik penting bagi siswa karena keterampilan generik merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat fleksibel, multi tugas, dan berorientasi pada kreativitas yang lebih luas.60 Kegiatan menganalisis isi bahan ajar terutama buku teks sangat penting untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Karena buku teks pelajaran terutama buku sains masih menjadi sumber kedua utama dalam pembelajaran di Indonesia setelah guru. Sebagai sumber yang paling banyak digunakan, maka perlu diketahui mengenai ketersediaan KGS dalam buku teks pelajaran agar hasil lulusan sesuai dengan apa yang banyak dibutuhkan di masyarakat dewasa ini, baik secara regional maupun global.

Oleh karena itu, penelitian tentang analisis buku penting dilakukan untuk mengetahui ketersediaan aspek KGS pada buku tersebut. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat menjadi rekomendasi bagi sekolah dalam memilih buku yang akan digunakan dan menjadi bahan koreksi bagi penulis buku serta pemerintah mengenai kesesuaian buku teks dengan keterampilan generik sains. Kerangka berpikir secara ringkas tersaji dalam Gambar 2.2 berikut ini:

60


(52)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Data hasil PISA (2012) dan TIMMS (2011), pencapaian siswa Indonesia masih rendah.

Siswa tidak memiliki kemampuan pemecahan masalah

Keterampilan Generik Sains

(KGS) Kualitas buku teks kurang diperhatikan

Belum diketahuinya gambaran KGS di buku teks

Fisika SMA/MA

Perlu dilakukan analisis buku teks Fisika SMA/MA ditinjau

dari KGS

Untuk mengetahui buku teks Fisika yang direkomendasikan untuk digunakan guru dan siswa yang

mengembangkan KGS

Pembanding, satu buku skala nasional yang direkomendasikan

Kemendikbud Skala regional, diambil buku yang

paling banyak digunakan di MAN se-Kabupaten Karawang

Komponen Utama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Tujuan Bahan Guru Ajar

Siswa Evaluasi

Kualitas Hasil Belajar

Proses pembelajaran Buku Teks

Buku teks belum mengembangkan keterampilan berpikir Siswa memiliki keterampilan pemecahan masalah ditentukan Bahan Ajar Utama salah satunya Kurang mengembangkan keterampilan berpikir


(53)

38

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN se-Kabupaten Karawang, pada semester ganjil tahun ajaran 2015-2016.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Dimana penelitian deskriptif ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya; dan tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel penelitian.1 Istilah „komparasi’ dalam bahasa inggris

comparation, yaitu perbandingan. Makna dari kata tersebut menunjukan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat (buku teks), apakah kedua kondisi tersebut sama, atau terdapat perbedaan, dan bila terdeteksi perbedaan, kondisi di tempat mana yang lebih baik.2

Sumber data yang akan diteliti adalah materi, gambar, tabel, kegiatan siswa, contoh dan latihan soal; yang ada pada buku teks mata pelajaran fisika kelas X terpilih. Analisis yang dilakukan adalah analisis isi. Analisis isi atau dokumen (content or document analysis) ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen yang validitas dan keabsahannya terjamin, baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian; juga dapat dilakukan terhadap buku-buku teks, untuk menganalisis isi buku dengan menghitung istilah, konsep, diagram, tabel, gambar, dan sebagainya untuk mengetahui klasifikasi buku-buku tersebut.3

1

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 157.

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), Hal. 6.

3


(54)

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Buku teks fisika SMA/MA di MAN se Kabupaten Karawang.

b. Buku teks fisika SMA/MA yang telah memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2014.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pada penelitian terdapat dua buku yang dianalisis, yaitu:

a. Satu buku teks fisika SMA/MA kelas X yang paling banyak digunakan di MAN se Kabupaten Karawang.

b. Satu buku teks fisika SMA/MA kelas X yang telah memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2014.

D. Prosedur penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini secara umum dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Tahap Rancangan Penelitian

Dalam tahap rancangan penelitian atau biasa disebut sebagai tahap persiapan, meliputi:4

a. Studi literatur untuk menyusun rumusan masalah. b. Penyusunan proposal penelitian.

c. Seminar proposal penelitian. d. Perbaikan proposal penelitian.

e. Judgement instrumen penelitian kepada dosen ahli kemudian diperbaiki berdasarkan hasil judgement.

4 Nia Azizah Indriyani, “Analisis Buku Teks Biologi SMA Kota Bandung Berdasarkan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)