Difusi Migrasi Manusia Memahami Konsep Kebudayaan

124 Demikian juga pembentukan mahasiswa yang berkarakter kritis, kreatif, inovatif berdasarkan Pancasila yang ditanamkan melalui Matakuliah Pengembangan Kepribadian Terintengrasi MPKT di Universitas Indonesia ini pun salah satu bentuk enkulturasi, yang dilakukan oleh Universitas Indonesia. Proses enkulturasi dapat terjadi karena motivasi dan dorongan internal dari individu yang ingin mempelajari kebudayaan di masyarakatnya, atau dapat terjadi karena dorongan eksternal, sebagai suatu proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh lembaga atau institusi, termasuk negara. Dengan demikian Sistem pendidikan menjadi tonggak pendorong lahirnya manusia-manusia berkebudayaan, yang memahami kebudayaan tidak dari satu aspek wujudnya saja, melainkan dari ketiga wujud kebudayaan sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik, sehingga perubahan kebudayaan dapat meningkatkan derajat kemanusiaan itu sendiri. 3 Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Telah dijelaskan sebelumnya, masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling berinteraksi. Di dalam masyarakat itulah manusia mengembangkan kebudayaan. Dengan demikian manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusialah yang mengembangkan dan mendukung suatu kebudayaan. Sebagai makhluk hidup, usia manusia terbatas. Setiap manusia akan meninggalkan dunia, namun demikian, kebudayaan yang dimilikinya dapat terus berkembang dan didukung oleh anggota masyarakat lainnya. Kebudayaan itu diwariskan, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal, kebudayaan dapat diwariskan dari generasi ke generasi; adapun secara horizontal kebudayaan disebarkan dengan melalui pertemuan antarindividu dan antarmasyarakat.

3.1 Difusi Migrasi Manusia

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat cultural universal, yaitu unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan di setiap masyarakat di dunia. Bagaimana memahami adanya persamaan kebudayaan yang terdapat di dalam masyarakat yang berbeda-beda, padahal wilayah di mana masyarakat itu berada berjarak sangat jauh. Beberapa ahli kebudayaan mengemukakan teori difusi, yaitu suatu proses penyebaran kebudayaan yang dibawa oleh masyarakat yang bermigrasi 125 dari satu tempat ke tempat yang lain. Migrasi adalah suatu proses perpindahan sekelompok atau beberapa kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam proses berpindah itulah, manusia membawa kebudayaannya dan ditiru oleh masyarakat yang ditemuinya. Menurut Graibner dan F Ratzel, penganut teori difusi, sebagai akibat dari migrasi ini terjadilah kontak di kalangan kelompok masyarakat kebudayaan yang berbeda-beda. Demikianlah kebudayaan disebarkan melalui kontak budaya, yang dilakukan melalui media komunikasi, yang salah satunya adalah bahasa. Dalam perkembangannya pada masa kini, kontak budaya tidak selalu disertai dengan kontak manusia secara fisik, karena berpindahnya suatu kebudayaan dapat dilakukan melalui media massa, radio, televisi, internet, dan teknologi informatika yang terus mengalami pemutakhiran. Pada awal perkembangan manusia, di masa purba, manusia hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan, sehingga mereka selalu bergerak dan berpindah-pindah. Meskipun awalnya mereka bergerak dalam batas wilayah tertentu, namun lambat laun ketika, hewan buruan dan hasil hutan yang dicarinya semakin berkurang, pergerakan masyarakat manusia melampaui batas-batas wilayah hutan mereka. Demikianlah, migrasi pada awalnya bergerak sangat lambat, bahkan mungkin tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Setelah masyarakat menemukan suatu sistem pertanian yang mengharuskan mereka menetap pun, kegiatan migrasi tidak berhenti, malahan semakin bertambah pesat. Ada berbagai faktor penyebab terjadinya migrasi manusia, yaitu faktor bencana alam, wabah penyakit, kepadatan penduduk, ketidaknyamanan karena penguasa yang kejam, juga ada faktor perbedaan taraf kehidupan di suatu daerahnegara dengan daerahnegara lain, dan faktor lainya. Bencana alam, seperti bencana banjir besar atau gunung meletus yang mengharuskan masyarakat penghuni wilayah itu mengungsi dan meninggalkan wilayah tanah air mereka, merupakan suatu bentuk migrasi besar-besaran. Perpindahan penduduk Meopotamia sekarang berada di wilayah Irak, ke berbagai penjuru wilayah Timur Tengah, pada masa lampau merupakan salah satu contoh migrasi karena adanya faktor demografi, yaitu tingginya tingkat kepadatan penduduk sebagai dampak kemakmuran dan kesejahteraan yang dicapai dari kehidupan pertanian yang maju. Kepadatan penduduk menyebabkan kehidupan menjadi tidak nyaman karena adanya perebutan 126 akses-akses kehidupan yang sering kali juga menimbulkan konflik bahkan perang. Kondisi ini mendorong sekelompok orang meninggalkan tanah airnya menuju wilayah lain yang belum padat dan tersedia sumber daya alam yang menyediakan kebutuhan hidup kelompok mereka. Masyarakat migran inilah yang merupakan agen-agen penyebar kebudayaan, sehingga tidak mengherankan bahwa sistem pertanian dengan irigasi teratur, misalnya, dapat ditemukan hampir di seluruh masyarakat dunia. Demikian juga fenomena tersebarnya agama-agama besar dunia dapat dipahami melalui proses difusi ini. Meskipun, dalam hal penyebaran agama ini, mungkin penyebarannya terjadi bukan dengan proses migrasi kelompok manusia seperti dijelaskan di atas, melainkan perpindahan individu baik untuk tujuan penyebaran agama itu, maupun karena memang yang membawa adalah para penyebar agama itu sendiri atau para pedagang yang melakukan aktvitas melewati batas-batas wilayah kebudayaannya. Adanya migrasi inilah yang dianggap sebagai salah satu faktor tersebarnya kebudayaan, sehingga kita menemukan adanya kesamaan-kesamaan kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai masyarakat yang terpisahkan oleh gunung dan samudera. Namun demikian, proses migrasi ini sebenarnya tidak bergerak secara linier melainkan bergerak dengan bentuk spiral. Artinya, pergerakan manusia tidak dapat dimaknai sebagai suatu pergerakan dari wilayah asal ke wilayah tujuan seperti sebuah garis lurus, melainkan pergerakan itu sebaiknya dipahami sebagai pergerakan yang mundur-maju dan tidak beraturan, sehingga membentuk gerakan spiral.

3.2 Asimilasi dan Akulturasi