Asimilasi dan Akulturasi Memahami Konsep Kebudayaan

126 akses-akses kehidupan yang sering kali juga menimbulkan konflik bahkan perang. Kondisi ini mendorong sekelompok orang meninggalkan tanah airnya menuju wilayah lain yang belum padat dan tersedia sumber daya alam yang menyediakan kebutuhan hidup kelompok mereka. Masyarakat migran inilah yang merupakan agen-agen penyebar kebudayaan, sehingga tidak mengherankan bahwa sistem pertanian dengan irigasi teratur, misalnya, dapat ditemukan hampir di seluruh masyarakat dunia. Demikian juga fenomena tersebarnya agama-agama besar dunia dapat dipahami melalui proses difusi ini. Meskipun, dalam hal penyebaran agama ini, mungkin penyebarannya terjadi bukan dengan proses migrasi kelompok manusia seperti dijelaskan di atas, melainkan perpindahan individu baik untuk tujuan penyebaran agama itu, maupun karena memang yang membawa adalah para penyebar agama itu sendiri atau para pedagang yang melakukan aktvitas melewati batas-batas wilayah kebudayaannya. Adanya migrasi inilah yang dianggap sebagai salah satu faktor tersebarnya kebudayaan, sehingga kita menemukan adanya kesamaan-kesamaan kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai masyarakat yang terpisahkan oleh gunung dan samudera. Namun demikian, proses migrasi ini sebenarnya tidak bergerak secara linier melainkan bergerak dengan bentuk spiral. Artinya, pergerakan manusia tidak dapat dimaknai sebagai suatu pergerakan dari wilayah asal ke wilayah tujuan seperti sebuah garis lurus, melainkan pergerakan itu sebaiknya dipahami sebagai pergerakan yang mundur-maju dan tidak beraturan, sehingga membentuk gerakan spiral.

3.2 Asimilasi dan Akulturasi

Benarkah proses difusi ada? Beberapa ahli kebudayaan mulai mempertanyakan kebenaran difusi ini karena ternyata fenomena universal yang ditemukan di beberapa masyarakat dunia memperlihatkan perbedaan. Sebagai contoh, tidak ada satupun kelompok masyarakat yang tidak memiliki sistem bahasa, namun demikian kita memahami bahwa bahasa pada masyarakat tertentu berbeda dengan bahasa pada masyarakat lainnya. Beberapa pelaksanaan ritual agama-agama di dunia juga memperlihatkan adanya kekhasan di masing-masing masyarakat Budaya, dan masih banyak contoh lainnya yang memperlihatkan bahwa setiap masyarakat memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing. 127 Oleh karena itulah teori difusi dikritik oleh banyak peneliti kebudayaan. Kebudayaan tidak secara sederhana disebarkan dengan cara difusi, melainkan ada mekanisme percampuran antara masyarakat asli dengan masyarakat pendatang, melalui proses asimilasi atau akulturasi. Kebudayaan yang dibawa oleh para migran kemudian bertemu dengan kebudayaan lain yang dimiliki masyarakat asli setempat indigeneous; jika kebudayaan yang datang bersifat dominan bertemu dengan kebudayaan masyarakat lokal, di mana masyarakat berkebudayaan lokal dalam proses yang panjang dan perlahan-lahan menerima kebudayaan yang baru, maka terjadilah proses asimilasi. Sebagai contoh, asimilasi yang terjadi pada masyarakat lokal Indonesia, misalnya wanita Jawa dan Sunda, yang secara perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan berbusana kebaya dan mengadopsi kebiasaan berbusana a-la Barat bahkan kini karena sudah diterima sedemikian rupa sehingga tidak tepat lagi disebut pakaian a-la Barat. Asimilasi mungkin terjadi sebaliknya, di mana masyarakat migran dengan suatu kebudayaan asal, bertemu dengan masyarakat lokal dalam proses yang panjang dan perlahan-lahan menerima kebudayaan lokal dan melepaskan kebudayaan lamanya. Contohnya adalah masyarakat Indonesia yang tinggal di negara, seperti Amerika, Jepang, atau Jerman, dan negara maju lainnya, dalam jangka waktu yang lama akhirnya melupakan kebudayaan asli Indonesia karena menerima kebudayaan negara setempat yang dipandang lebih sesuai. Selain itu asimilasi juga sering kali dijadikan kebijakan suatu negara yang masyarakatnya heterogen, untuk menciptakan integrasi nasional. Contohnya adalah asimilasi bentuk kerajaan di Indonesia ke dalam bentuk pemerintahan republik akhirnya diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, dan perlahan-lahan telah menghapuskan sistem pemerintahan yang semula ada di wilayah nusantara. Selain itu, kebijakan penggunaan nama dalam bahasa Indonesia untuk menggantikan nama dalam bahasa Cina, dalam rangka mengajak warga keturunan Cina di Indonesia berasimilasi dengan masyarakat Indonesia lainnya. Demikian juga kebijakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa nasional, bahasa pengantar dalam bidang akademik dan birokrasi, serta bahasa pergaulan bagi seluruh masyarakat bangsa Indonesia yang terdiri dari masyarakat suku bangsa yang berbeda-beda bahasanya, dalam kurun waktu yang panjang pada akhirnya diterima dan diterapkan dalam komunikasi antarmasyarakat Indonesia, adalah merupakan contoh asimilasi untuk menciptakan integrasi nasional. 128 Adapun akulturasi adalah pertemuan dua kebudayaan atau lebih di mana masing-masing kebudayaan itu melebur membentuk kebudayaan yang baru dan unik. Gejala akulturasi inilah yang sebenarnya sering terjadi dalam penyebaran kebudayaan dunia. Bangsa Indonesia sedemikian rupa menerima dan mengolah kebudayaan asing untuk diterapkan sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal. Masuk dan berkembangnya kebudayaan India sebagai kebudayaan asing merupakan proses akulturasi yang terjadi di Indonesia. Kebudayaan India yang diterima oleh masyarakat Indonesia dipahami dengan menggunakan konsep kebudayaan awal yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, sehingga penerimaan kebudayaan asing ini dan perpaduannya dengan kebudayaan lokal menghasilkan kebudayaan baru yang khas, di mana unsur-unsur kebudayaan kebudayaan asing India masih dapat dirasakan dan demikian juga kebudayaan lokal yang menerima kebudayaan asing inipun tidak kehilangan jati diri lokalnya. Sebagai contoh misalnya kisah Mahabharata yang berasal dari India mengalami beberapa penyesuaian dengan kondisi kebudayaan di Indonesia. Bentuk akulturasi lainnya di Indonesia dapat juga dilihat dari bangunan-bangunan mesjid yang tidak meniru begitu saja bentuk mesjid di negara tempat asalnya, namun disesuikan dengan cita rasa kebudayaan lokal Indonesia.

3.3 Inovasi dan Penemuan