93
a. Masyarakat Berburu dan Meramu Hunting and Gathering Societies
Mata pencaharian berburu dan meramu ini merupakan mata pencaharian manusia yang paling tua Koentjaraningrat, 2009:217 dan 279. Masyarakat ini masih mengandalkan alam
untuk pemenuhan kebutuhan hidup anggota kelompoknya. Kegiatan berburu binatang, pada umumnya dilakukan oleh laki-laki sedangkan perempuan melakukan kegiatan meramu.
Gam
. Di Indonesia, kita masih dapat menemui masyarakat
peramu di daerah-daerah rawa di pantai-pantai Irian Barat Papua, yaitu masyarakat yang meramu sagu.
Kegiatan berburu sudah semakin berkurang karena daerah-daerah hutan yang menyediakan
binatang buruan semakin sedikit.
b. Masyarakat Berladang dan Beternak Horticulturalist and Pastoralist
Bercocok tanam di ladang atau berladang hortikultura berbeda dengan bertani di sawah.
Kebudayaan berladang masih mengandalkan alam, yaitu menanti hujan untuk menyuburkan
tanaman mereka dan menggunakan teknik Beberapa masyarakat berburu dan meramu
ini, misalnya suku-suku bangsa Eskimo yang berburu binatang kutub di wilayah Pantai Utara
Kanada; suku bangsa Ona dan Yahgan yang berburu dan menangkap ikan di wilayah pucuk
selatan Amerika, orang-orang Bushmen di wilayah Gurun Kalihari di Afrika Selatan, dan
lain sebagainya.
Gambar 3.11 Wanita Papua Meramu Sagu
sumber: http:www.kompasiana.com
Gambar 3.12 Tradisi Meuladang di Aceh.
sumber:
http:www.atjehcyber.net Gambar. 3.10 Suku Eskimo yang berburu srigala
dan ikan paus. http:kawanuapost.com
94 pengolahan tanah yang sederhana sedangkan
bertani atau pertanian sudah menggunakan sistem pengairan irigasi yang teratur.
Biasanya kegiatan berladang ini dilakukan dengan membuka hutan, yaitu dengan menebang dan membakar pepohonan di hutan, kemudian menanaminya dengan
tumbuh-tumbuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk setempat. Jika ladang tempat mereka bercocok tanam sudah ditanami dua atau tiga kali, dan jika
ditanami tidak lagi menghasilkan, karena menghilangnya unsur hara tanah, ladang itu ditinggalkan begitu saja dan mereka mencari hutan lain untuk dijadikan lading baru. Dalam
beberapa jangka waktu 10 sampai 12 tahun kemudian, jika ladang yang mereka tinggalkan kembali menjadi hutan mereka mungkin saja kembali ke hutan itu untuk kembali
menjadikannya ladang untuk bercocok tanam. Demikianlah mereka melakukan kegiatan bercocok tanam secara temporal dan berpindah-pindah, sehingga disebut juga kegiatan
berladang pindah Koentjaraningrat, 2009: 217 —219.
Kegiatan beternak adalah kegiatan memelihara binatang tertentu, seperti berternak sapi,
domba, atau unggas. Sapi atau domba biasanya dimiliki peternak dalam jumlah yang sangat
besar hingga mencapai ratusan atau ribuan sehingga membutuhkan daerah yang subur yang
menyediakan rerumputan untuk makanan binatang- binatang itu. Oleh karena itu, mereka juga
cenderung hidup berpindah-pindah nomaden, dan menetap dengan mendirikan kemah-kemah.
Contoh masyarakat pastoral adalah bangsa Arab Badui yang memelihara unta, kambing, dan kuda yang menempati wilayah gurun di Semenanjung Arab. Selain itu,
terdapat masyarakat yang hidup di daerah-daerah stepa di Asia Tengah, antara lain suku
Gambar 3.13 Kegiatan beternak domba sumber: https:simuzz.wordpress.com
95 bangsa Mongolia, Turki, Kirgiz, Kazakh, Uzbek, dan lain-lain, yang memelihara domba,
kambing, unta, dan kuda.
c. Masyarakat Pertanian Intensive Agriculturalists