121 Menangis adalah salah satu bentuk ekspresi yang
awal sekali ditampilkan oleh seorang individu, namun seiring dengan pertambahan usia, si bayi
juga menampilkan berbagai ekspresi lainnya seperti tersenyum, tertawa, atau ekspresi gerak
tubuh lainnya. Respon atau tanggapan luar yang ia terima juga merupakan suatu bentuk pelajaran
yang ia tangkap dan temui dari lingkungan terdekatnya. Seorang ibu yang tidak memahami
atau tidak mau belajar memahami apakah yang ingin disampaikan bayinya dengan menangis,
akan mengalami kerepotan jika ia hanya menganggap tangis bayi berhenti dengan memberikan susu atau makanan, karena tidak semua ekspresi menangis menandakan
lapar. Demikianlah seorang individu, belajar kebudayaan sejak ia dalam buaian hingga menjelang ajalnya, mengenai berbagai macam perasaan dan hasrat: lapar, haus, gelisah,
sedih, bahagia, cinta, benci, nyaman, dan lain sebagainya, sehingga semua hal yang ia alami sebagai suatu reaksi dan tanggapan yang diterimanya menjadi bagian dari
kepribadian individu.
b. Sosialisasi
Dengan pertambahan usia dan perkembangannya, seorang anak manusia belajar mengenai pola-pola tindakan dalam interaksi dengan berbagai manusia lain di sekelilingnya, yang
disebut dengan sosialisasi Koentjaraningrat, 2009:1986. Sejalan dengan proses internalisasi yang tidak terputus, individu bertemu dengan individu-individu lainnya di
dalam sistem sosial. Individu ini berusaha mempelajari dan memahami pola-pola interaksi sosial di sekitarnya. Setiap lingkungan sosial membentuk pola-pola yang
berbeda-beda. Seorang individu berusaha melakukan dan menerima sosialisasi agar diterima dan menjadi bagian dari masyarakat. Lingkungan sosial yang pertama kali
ditemuinya adalah keluarga, yang merupakan unit masyarakat terkecil, yang terdiri dari ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya. Mungkin saja seorang anak berada di dalam
Gambar 3.21
Menangis sebagai
komunikasi pertama
Sumber: http:bunda.co
122 keluarga yang tidak lengkap, karena tidak ada ayah atau ibu, dan mungkin saja ia berada di
dalam keluarga yang sangat besar, karena adanya nenek, kakek, dan keluarga lainnya. Kesemuanya itu dapat memengaruhi sosialisasi yang dialaminya, dan juga memengaruhi
kepribadiaannya.
Dari orang-orang di sekitar keluarga inilah seorang individu belajar mengenai perilaku-perilaku yang dicontohkan oleh individu lain di dalam keluarga. Misalnya
tentang cara dan waktu makan, tidur, dan berbagai aktivitas lainnya. Ada keluarga yang mendisiplinkan anaknya bangun tidur pada waktu dini hari, namun ada juga keluarga
yang tidak mengatur hal mengenai bangun tidur, dengan memberi kebebasan anggota kelurga menetukan kapan mereka ingin bangun atau tidur. Contoh lainnya adalah
adanya keluarga yang menerapkan waktu dan cara makan yang teratur dan ada juga keluarga yang tidak menerapkan aturan kapan dan bagaimana makan yang baik.
Berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap baik oleh keluarga disosialisasikan kepada anggota keluarga lainnya untuk diterapkan sehingga menjadi kebiasaan yang
tidak disadari lagi sebagai suatu perilaku budaya.
Keluarga adalah lingkungan pertama terjadinya sosialisasi, sehingga kepribadian seorang individu
sangat dipengaruhi oleh kondisi keluarganya. Setelah keluarga, lingkungan yang turut memengaruhi
kepribadian seorang individu adalah lingkungan masyarakat di sekitar keluarga dan meluas seiring
dengan interaksi yang dialami oleh individu. Demikianlah proses sosialisasi, yang berawal di
dalam keluarga, berlanjut di lingkungan sekitar, dan terus di masyarakat yang lebih luas, sehingga ia
menjadi bagian dari masyarakat suatu negara di mana ia tinggal.
c. Enkulturasi