39
Gambar: 2.1 Tahap perkembangan Kelompok Tuckman, 2009
BAB 2 INDIVIDU DAN KELOMPOK
Sebagai makhluk sosial, individu mempunyai kebutuhan yang kuat untuk hidup bersama dalam kelompok agar dapat mengembangkan kemanusiaannya. Individu yang ada di dalam
kelompok melakukan interaksi di antara mereka. Melalui interaksinya itu, disepakati aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur kehidupan berkelompok.
1. Tahap Perkembangan Kelompok
Saat kita berbicara tentang kelompok, kita tidak akan terlepas untuk membahas bagaimana sebuah
kelompok terbentuk dan berkembang. Menurut Tuckman dalam Suzanne Janasz, Karen Dowd, dan
Beth Scheider, 2009 kelompok tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan, mulai dari
tahap forming pembentukan, strorming goncangan, norming
pembentukan norma,
performing melakukan
atau melaksanakan,
adjourning penangguhan. Setiap tahap mempunyai karakteristik
pembeda dan menyajikan tantangan khusus bagi anggota dan pemimpin kelompok.
1.1 Tahap Pertama: Pembentukan Forming
Pada umumnya, kelompok dibentuk untuk menyelesaikan tugas tertentu. Pada tahap ini, awalnya anggota kelompok belum mengenal satu sama lain bahkan jika mereka melakukan
sesuatu, muncul perasaan ketidakpastian karena anggota kelompok belum mempunyai kesempatan untuk mengenal satu sama lain untuk menetapkan tujuan kelompok. Pada tahap
pembentukan, anggota kelompok akan terlibat dalam kegiatan, seperti mendefinisikan tugas
40 awal, membahas bagaimana pembagian tugas, memahami ruang lingkup tugas, tujuan tugas,
dan belajar tentang sumber daya waktu, peralatan, personil yang tersedia untuk menyelesaikan tugas. Pada tahap ini, beberapa anggota melakukan uji peran kepemimpinan, menemukan
kesamaan kepribadian dan perbedaan, dan membuat beberapa pengungkapan awal. Namun demikian, kemajuan yang dicapai relatif sedikit. Sebagai anggota atau pemimpin kelompok,
peran anggota kelompok pada tahap pertama adalah untuk mendorong kelompok untuk memantapkan misi dan tujuan, mengatur jadwal kerja, mengenal satu sama lain, dan menetapkan
beberapa norma awal untuk bekerja sama.
1.2 Tahap Kedua: Goncangan Storming
Pada tahap ini, di antara anggota kelompok mungkin timbul beberapa perbedaan, seperti arah, kepemimpinan, gaya kerja dan pendekatan serta persepsi tentang kualitas yang diharapkan
dan produk akhir. Sama halnya dengan hubungan antarmanusia lainnya, konflik tidak dapat dihindari. Saat konflik pertama di antara anggota kelompok muncul, beberapa atau semua
anggota mulai merasa kurang antusias terhadap kelompok dan bahkan mungkin saja meragukan kelompok dapat mencapai tujuannya secara bersama-sama. Pada tahap ini, ada kemungkinan
akan terjadi perebutan kepemimpinan cara saya adalah yang terbaik, kekuatan jika Anda tidak setuju kami akan meninggalkan Anda di belakang, dan peran yang ditunjuk kepada
Anda. Di samping itu, muncul perasaan-perasaan tertentu seperti resistensi terhadap tugas atau pendekatan yang dilandasi oleh kebencian, perbedaan beban kerja, kemarahan tentang peran dan
tanggung jawab, dan perubahan sikap terhadap kelompok atau anggota kelompok dan kekhawatiran. Biasanya, dalam tahap goncangan, kelompok berada dalam kondisi konflik dan
kacau karena belum ditetapkannya cara untuk berkomunikasi tentang perbedaan-perbedaan ini. Pada tahap ini, peran anggota kelompok atau pemimpin adalah menahan diri, mendorong
kelompok untuk mengembangkan saluran komunikasi, dan membantu anggota kelompok lain agar terpusat pada tugas dan bukan pada perbedaan pribadi. Selain itu, dipromosikan pula
lingkungan komunikasi yang terbuka untuk memastikan bahwa konflik yang tak terhindarkan adalah sehat, efektivitas komunikasi ditingkatkan, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
tugas kelompok. Perlu diingat bahwa tingkat ketegangan yang tepat dapat memotivasi kelompok.
41 Sebaliknya, tingkat ketegangan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi
produktivitas kelompok. Sebuah kelompok yang tidak dapat belajar bagaimana menangani konflik tidak pernah akan mencapai tujuannya.
1.3 Tahap Ketiga: Membangun Norma Norming