132
3.5.1 Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi menggambarkan kondisi perekonomian di suatu masyarakat berupa kontribusi dari setiap sektor yang ada. Kontribusi dalam hal ini bisa berupa sumbangan terhadap pendapatan total masyarakat,
atau bisa juga dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan bagi anggota masyarakat. Sektor dalam hal ini diartikan sebagai segmentasi perekonomian dalam hal lokasi perdesaan dan perkotaan, lapangan usaha
pertanian, industri, dan jasa, bentuk hukum usaha formal dan non-formal, pelaku usaha swasta, kooperasi, dan publik, cara pengelolaan usaha tradisional dan modern, dan sebagainya.
Perubahan struktur atau transformasi struktural terjadi dan terlihat dari perubahan kontribusi masing-masing sektor sejalan dengan
perkembangan masyarakat. Perekonomian biasanya berubah dari yang tadinya didominasi oleh sektor pertanian, sektor tradisional,
sektor non-formal, sektor perdesaan, dan sektor publik menjadi perekonomian yang lebih berimbang dan mestinya lebih
didominasi oleh sektor modern, sektor formal, sektor industri, dan sektor-sektor yang akan lebih menjamin peningkatan kesejahteraan
yang berkeadilan bagi masyarakat.
Perubahan alokasi sumberdaya antar sektor terjadi pula seiring dengan adanya transformasi struktural. Migrasi desa-kota dan alih fungsi lahan dari tadinya untuk pertanian menjadi untuk industri atau properti
terjadi mengikuti perubahan struktural. Pertanian dan desa diharapkan ikut tumbuh dan lebih mampu untuk swasembada pangan dan berbagai kebutuhannya, bahkan dapat pula mendukung kebutuhan pangan
pendudu
k di perkotaan dan bahan baku bagi sektor industri.
Seberapa jauh transformasi struktural akan terjadi, sistem ekonomi yang dianut dan pembangunan ekonomi yang terjadi akan menentukan itu. Performa ekonomi yang diinginkan,
misalnya masyarakat yang adil dan makmur ikut pula menentukan sistem ekonomi yang dianut, pola pembangunan yang diberlakukan, dan arah transformasi struktural yang terjadi
. 3.5.2
Sistem Ekonomi
Gambar 3.23. Alih fungsi lahan
133
Sistem ekonomi apa pun yang bentuknya yang dianut, meliputi aspek-aspek berikut ini:
1.
Value system: Sistem nilai yang dipergunakan masyarakat. Sistem nilai ini selanjutnya
merumuskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kepemilikan sumber daya, system insentif yang digunakan, serta system alokasi yang diberlakukan. Sistem nilai yang dianut bisa
berupa sistem nilai utilitarian, egalitarian, syariah, Pancasila, atau system nilai lainnya.
2.
System of objectives: Tujuan yang ingin dicapai masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai bias
berupa kesejahteraan welfare yang perlu pula dijelaskan maknanya, keadilan justice, pemerataan equality, kebebasan liberty, stabilitas stability, perlindungan terhadap
lingkungan hidup, dan tujuan-tujuan lainnya.
3.
System of ownership: Sistem pemilikan sumber daya oleh masyarakat. Pemilikan sumber
daya bisa berupa pemilikan bersama common ownership, swasta private ownership, public public ownership kooperatif cooperative ownership.
4.
System of incentives: Sistem insentif dalam kegiatan ekonomi masyarakat yang dapat berupa
insentif materi uang, barang, atau jasa, atau insentif moral, atau insentif berupa kekuasaan, atau insentif bentuk lainnya.
5.
System of coordinationallocation: Sistem alokasi sumber daya dan hasil-hasil kegiatan
ekonomi masyarakat, yang bisa dengan cara yang merupakan tradisi, atau dengan mekanisme pasar bebas, atau dengan perencanaan baik perencanaan komando, terpimpin atau lainnya.
Sistem nilai utilitarian misalnya, merumuskan tujuan yang ingin dicapai adalah kesejahteraan dan kesejahteraan diukur dari kepuasan
atau kebahagiaan
yang diperoleh
masing-masing individu
dari mengkonsumsi barang dan jasa. Untuk
mencapai tujuan tersebut pemilikan sumber daya umumnya oleh swasta,
dengan system insentif yang bersifat materi uang atau kekayaan, dan
mekanisme pasar bebas yang utama dalam pengalokasian sumber daya dan
hasil-hasil kegiatan ekonomi masyarakat. Sebaliknya, sistem nilai egalitarian merumuskan tujuan juga kesejahteraan tapi yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini
Gambar 3.24 Satu Pasar Tradisional di Indonesia Timur.
134 pemilikan oleh publik dan kooperasi lebih dominan dengan insentif moral juga dipergunakan,
serta system alokasi dengan perencanaan.
Saat ini berkembang pula sistem nilai syariah yang merumuskan tujuan-tujuan masyarakat sebagai kesejahteraan lahir-batin sesuai aturan-aturan Tuhan yang tertuang dalam Al-Quran dan
Al-Hadist. Untuk masyarakat Indonesia mestinya sistem nilai Pancasila yang dirumuskan oleh pendiri Bangsa Indonesia sudah selayaknya yang dipergunakan dalam system ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam kelima silanya. Perumusan secara tegas dan jelas apa saja nilai-nilai tersebut, tujuan yang ingin dicapai masyarakat Indonesia, sistem pemilikan
sumber daya, sistem insentif yang dipergunakan, dan sistem alokasi yang diberlakukan.
3.5.3 Pembangunan Ekonomi