Unsur Universal Kebudayaan Wujud dan Unsur Universal Kebudayaan

113 yang berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan seterusnya, menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan yang berlaku. Sistem sosial ini bersifat kongkret, artinya dapat dilihat melalui indera, dapat diobservasi, juga didokumentasikan dengan media foto atau video. c Wujud ketiga, berupa hasil karya manusia yang berwujud benda-benda fisik atau artefak, baik berupa benda-benda yang berukuran besar seperti gedung dan rumah atau benda-benda yang berukuran kecil, seperti kancing baju, jarum, dan lain-lain; baik benda-benda yang mepunyai nilai guna maupun nilai seni yang indah. Wujud kebudayaan inilah yang paling kongkret dan paling nampak. Wujud ketiga inilah yang juga sering kali dijadikan indikator dalam menilai kemajuan kebudayaan suatu masyarakat. Ketiga wujud kebudayaan itu saling berkaitan satu dengan lainnya. Suatu benda hasil karya manusia pastilah merupakan hasil aktivitas manusia dan lahir dari suatu idea atau gagasan. Demikian juga suatu gagasan dapat memiliki arti jika diketahui oleh manusia lainnya dan dijadikan sebagai suatu landasan berperilaku dan terwujud melalui suatu karya yang bermanfaat. Sebagai contoh misalnya ketika manusia memiliki ide untuk mengemburkan tanah agar dapat ditanami maka ia melakukan pekerjaan menempa besi menjadi lempengan dan menebang hutan untuk mengambil kayu yang dijadikan alat untuk menggerakkan lempengan besi itu, sehingga terbentuklah cangkul, alat untuk menggemburkan tanah. Sifat manusia yang tidak pernah puas dengan hasil karya yang telah dicapainya, menyebabkan manusia terus memikirkan suatu alat yang dapat mempermudah pekerjaannya di sawah. Kemudian, agar memperoleh hasil sawah yang lebih banyak, maka terbentuklah alat membajak sawah dan selanjutnya berkembang menjadi traktor yang digerakkan oleh mesin. Demikian seterusnya tiga wujud kebudayaan itu berkembang sejalan dengan perkembangan pengetahuan yang dimiliki manusia.

2.3.2 Unsur Universal Kebudayaan

Meskipun kebudayaan yang dimiliki manusia di seluruh dunia beraneka ragam, namun menurut C Wissler, terdapat cultural universals, yaitu unsur-unsur kebudayaan yang sifatnya universal, 114 artinya ada pada setiap masyarakat. Terdapat tujuh 7 unsur universal kebudayaan itu Koentjaraningrat, 2009:299, yaitu: 1 Sistem organisasi sosial; setiap masyarakat memiliki sistem organisasi sosial yang berfungsi mengatur harmonisasi kehidupan masyarakatnya. Kesatuan sosial yang paling erat dan dekat adalah kekerabatan, di mana unit terkecil dari sistem kekerabatan ini adalah keluarga inti, selanjutnya keluarga besar dan seterusnya bentuk kekerabatan yang lebih luas lagi yang biasanya terikat oleh adat istiadat dan norma yang secara turun temurun telah diterima oleh kesatuan sosial ini. Pada masyarakat tradisional, di mana penerapan dan penanaman nilai-nilai dan adat istiadat masih sangat kental, sistem kekerabatan ini sebagai satu kesatuan masih dapat dipertahankan. Namun, tidak demikian pada masyarakat modern, yang sudah tidak memperdulikan nilai dan adat istiadat, kesatuan sosial tidak lagi dibangun dengan sistem kekerabatan, melainkan dengan sistem profesionalisme. Pada masyarakat modern, kesatuan sosial diatur oleh aturan, norma, dan hukum yang lebih jelas dan tegas memperhatikan hak dan kewajiban setiap anggota kesatuan sosial itu. Pendidikan dan pertimbangan ekonomi menjadi aspek dominan dalam mengatur kesatuan-kesatuan sosial pada masyarakat modern. 2 Sistem mata pencaharian; pada hakekat kebudayaan dihasilkan manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia. Manusia sebagai mana makhluk hidup lainnya membutuhkan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan primer inilah manusia mengolah sumber daya alam di sekitarnya. Oleh karena keadaan alam sekitar manusia bermacam-macam, ada yang kondisi tanahnya subur dan mudah dijadikan tempat untuk bercocok tanam, ada kondisi alam yang di kelilingi dengan laut dan samudera, dan sebagainya, sehingga manusia-manusia di berbagai tempat itu mengembangkan mata pencaharian yang berbeda-beda. 3 Sistem teknologi; dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempermudah kehidupan mereka, masyarakat mengembangkan alat-alat teknologi. Masyarakat berburu, misalnya, mengembangkan alat atau senjata untuk membunuh binatang buruannya. Demikian juga masyarakat bertani, mengembangkan peralatan pertanian, dan lain sebagainya. 115 Perkembangan zaman memperlihatkan kemajuan yang pesat dari teknologi yang dihasilkan oleh manusia. Namun, perkembangan di bidang teknologi ini tidak merata dimiliki oleh setiap masyarakat di dunia. Ada masyarakat yang terus menerus melakukan pengembangan teknologi mutakhir dan menemukan teknologi-teknologi baru, ada masyarakat yang pasif dan hanya menjadi pengguna dari pengembangan dan penemuan teknologi masyarakat lain, dan ada juga masyarakat yang sampai dengan saat ini masih tertinggal dari teknologi masyarakat yang lain yang sudah maju. Namun bukan berarti masyarakat ketiga ini tidak memiliki teknologi, hanya saja teknologi yang digunakan masih sangat sederhana jika dibandingkan dengan teknologi yang dianggap modern. 4 Sistem pengetahuan; Penemuan teknologi tidak terlepas dari sistem pengetahuan yang dimiliki dan dikembangkan oleh masyarakat. Pada permulaan lahirnya peneliti-peneliti masyarakat dan kebudayaan yang dimulai oleh para sarjana Eropa pada awal abad ke-20, berkembang pemikiran bahwa masyarakat di luar Eropa, yaitu masyarakat yang dianggap “tertinggal” atau “primitif” tidak memiliki sistem pengetahuan. Jika pun dianggap ada, sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat di luar Eropa merupakan hal yang tidak penting dan sama sekali berbeda dengan sistem pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Eropa, bahkan dianggap sebagai bukan sistem pengetahuan. Hal ini disebabkan bahwa alam pikiran bangsa-bangsa di luar Eropa disebut bangsa primitif pada masa itu, seperti misalnya mitos, ilmu ghaib, sihir, dan sebagainya merupakan hal yang tidak rasional. Dengan demikian, mereka menganggap hanya masyarakat Eropa-lah yang memiliki sistem pengetahuan. Namun pemikiran ini secara perlahan-lahan diluruskan oleh para peneliti masyarakat dan kebudayaan generasi berikutnya. Kini, pandangan yang umun dikenal adalah bahwa suatu masyarakat, betapa pun kecilnya, pastilah memiliki sistem pengetahuan, minimal pengetahuan tentang alam sekitarnya. Masyarakat berburu dan meramu, sebagai masyarakat dengan kebudayaan tertua, misalnya, memahami seluk beluk hutan yang menjadi tempat tinggal sekaligus arena berburu binatang hutan. Mereka juga sudah mengetahui bahwa musim senatiasa berganti, sehingga perlu pengetahuan untuk merancang baju yang sesuai dengan kondisi cuaca. Manusia juga memiliki pengetahuan untuk membuat alat yang mempermudah kegaiatan ekonomi mereka, dan sebagainya. Perkembangan pengetahuan di setiap masyarakat memperlihatkan perbedaan sehingga menciptakan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan yang berbeda pula, dan 116 selanjutnya memperlihatkan kemajuan teknologi dan pencapaian tingkat peradaban yang berbeda-beda. 5 Kesenian; keseniaan adalah unsur kebudayaan yang mengandung nilai keindahan. Manusia pada dasarnya menyukai keindahan. Keindahan ini mungkin saja bersumber dari alam sekitar atau benda-benda hasil kebudayaan manusia. Kebudayaan sering kali dianggap sebagai kesenian. Pembicaraan tentang kebudayaan selalu mengerucut pada benda-benda hasil karya masusia, baik berbentuk seni rupa maupun seni suara, padahal kesenian ini hanyalah salah satu unsur dari kebudayaan. Selain keindahan, manusia juga memiliki perasaan marah, senang, bahagia, jatuh cinta, dan sebagainya yang dapat diekspresikan melalui seni, misalnya seni suara menyanyi, seni drama, seni tari, dan lain sebagainya. Dengan demikian, seni atau kesenian merupakan ungkapan yang menitikberatkan pada olah rasa manusia. 6 Bahasa; interaksi antarmanusia atau antarmasyarakat dapat berlangsung karena adanya media komunikasi, yaitu bahasa. Dengan bahasalah manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat ini menjadi meskipun tidak selalu identitas masyarakat itu. Sebagai contoh misalnya bahasa Sunda adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Sunda, bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat, dan sebagainya. Dengan adanya bahasa inilah kehidupan manusia masa lampau dapat diteliti dan diceritakan sebagai sejarah kepada masyarakat generasi berikut. Masyarakat yang telah mengenal tulisan dapat meninggalkan catatan sejarah, sebaliknya masyarakat yang hanya mengenal bahasa lisan tidak dapat ditelusuri sejarah masa lampaunya. 7 Religi; kepercayaan terhadap adanya suatu kekuatan gaib di luar manusia, yang disebut religi dapat dijumpai pada setiap masyarakat. Religi merupakan suatu konsep yang berbeda dengan agama yang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dalam konsep masyarakat Indonesia, yang termasuk agama, yakni Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Hindu, dibedakan dengan sistem religi lainnya, yaitu kepercayaan Sunda, Kejawen, Karahyangan, 117 Marapu, dan ratusan sistem kepercayaan yang masih dianut oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia di wilayah-wilayah pedalaman di Indonesia. Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang disebut emosi keagamaan religious emotion. Emosi keagamaan inilah yang mendorong manusia melakukan tindakan-tindakan bersifat religi. Emosi keagamaan ini juga yang menyebabkan suatu benda, suatu tindakan, atau gagasan, dianggap memiliki nilai keramat sacred value.

2.3. 3 Hubungan Wujud dan Unsur Universal Kebudayaan