Hambatan Persepsi. Hambatan Budaya. Ketika kita bergabung dalam kelompok dan ingin tetap berada di

73

b. Hambatan Persepsi.

Masalah dalam berkomunikasi dengan orang lain salah satunya adalah kenyataan bahwa setiap orang melihat dunia adakalanya secara berbeda. Pikiran, asumsi, dan persepsi kita akan membentuk realitas kita sendiri. Mahasiswa yang mempunyai kepercayaan diri rendah merasa takut apabila diminta untuk datang ke ruang dosen, berbeda dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri ting gi. Penyebab utamanya adalah persepsi “diminta untuk ke ruang dosen”. Di satu sisi, bagi mahasiswa yang kurang percaya diri, hal itu dapat dianggap sebagai teguran atau mungkin sudah melakukan suatu kesalahan. Di sisi lain, bagi mahasiswa yang percaya diri panggilan tersebut dapat saja diganggap sebagai kesempatan baik untuk mendekati dosen. Hal itu berkaitan dengan persepsi seseorang. Pembahasan lebih jauh mengenai persepsi telah dibahas dalam topik persepsi. c. Hambatan Emosional. Salah satu hambatan utama untuk membuka komunikasi bebas adalah hambatan emosional. Hal itu terutama terdiri atas ketakutan, ketidakpercayaan, dan kecurigaan. Akar dari ketidakpercayaan emosional kita terhadap orang lain terletak pada masa kecil kita dan masa kanak-kanak ketika kita diajarkan untuk berhati-hati dengan apa yang kita katakan kepada orang lain. Jangan bicara sampai ada yang memulai pembicaran dengan kita; Anak-anak harus dilihat dan tidak mendengar. Akibatnya banyak orang menahan diri untuk tidak mengomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain.

d. Hambatan Budaya. Ketika kita bergabung dalam kelompok dan ingin tetap berada di

dalamnya, cepat atau lambat kita perlu mengadopsi pola perilaku kelompok. Kelompok bermanfaat bagi penguatan perilaku tersebut melalui tindakan pengakuan, persetujuan, dan inklusi. Dalam kelompok yang senang menerima anggotanya dan anggota kelompok tersebut dengan senang hati akan menyesuaikan diri, terjadi mutualitas kepentingan dan tingkat kepuasan menang-menang. Namun demikian, apabila terdapat hambatan untuk menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok, tidak akan terjadi komunikasi yang baik di dalam kelompok tersebut. e. Hambatan Bahasa. Bahasa untuk menggambarkan apa yang kita ingin katakan dapat menjadi sumber hambatan komunikasi kita dengan orang lain yang tidak akrab. Adakalanya kata yang sama mengandung makna berbeda di satu daerah dibandingkan dengan daerah lainnya. Gaya bahasa yang digunakan seseorang juga dapat menghambat komunikasi. 74

6. Kepemimpinan dan Kelompok

Kepemimpinan sehalus melodi Mozart. Musik ada dan tiada. Musik tertulis di halaman, tapi itu tidak akan berarti apa-apa apabila tidak ditampilkan dan didengar. Banyak tidaknya efek tergantung pada pelaku dan pendengarnya. Pemimpin terbaik, seperti musik terbaik, menginspirasi kita untuk melihat kemungkinan-kemungkinan baru M.Kur, 1997:271. Para pemimpin kelompok atau organisasi menghadapi tantangan serupa. Sementara mereka tidak perlu membawa pasukan ke medan perang, pemimpin organisasi harus memahami lingkungan tempat mereka beroperasi, menetapkan tujuan dan sasaran, dan memotivasi karyawan mereka u ntuk mencapai keunggulan untuk ‘pertempuran’ di pasar global. Selain itu, para pemimpin harus memimpin pasukan dengan cara yang memungkinkan mereka tidak hanya melakukan tugas-tugas yang diperlukan tetapi juga untuk berpartisipasi dalam sehari-hari keputusan yang memengaruhi mereka. Anggota kelompok atau organisasi berharap dapat memainkan peran yang lebih berarti dalam kegiatan kelompok atau organisasi daripada di masa lalu, menerjemahkan perintah dan pendekatan kontrol untuk kepemimpinan tidak akan banyak manfaatnya. Demikian halnya dalam kerja kelompok belajar di lingkungan mahasiswa, seorang pemimpin hendaknya mampu menggerakkan anggota kelompok belajarnya mencapai sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan.

6.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat dipahami sebagai berikut. a. Suatu proses pengaruh sosial untuk memindahkan individu dan kelompok menuju pencapaian tujuan tertentu. b. Berbagi visi dan pengikut yang terlibat dalam visi itu. c. Kemampuan untuk menggerakkan organisasi ke arah tingkat kinerja yang lebih tinggi dengan mengubah visi menjadi tindakan yang signifikan. d. Merupakan suatu hubungan yang terjadi karena kepemimpinan hanya ada jikalau ada pengikut dan efektivitas hubungan langsungnya bervariasi hingga pada tingkat kepercayaan