44 Hal yang menarik perhatian banyak ilmuwan sosial
adalah
adanya kaitan antara kelompok formal dan kelompok informal. Setelah seseorang menjadi anggota organisasi formal seperti sekolah,
universitas, atau perusahaan biasanya ia mulai menjalin hubungan persahabatan dengan anggota lain dalam sehingga tampak dalam organisasi formal akan terbentuk kelompok informal.
Gejala yang telah diamati para ilmuan sosial adalah dalam organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan normanya dapat searah, berbeda, atau bertentangan dengan nilai
dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal. Apabila kelompok persahabatan mempunyai nilai dan norma yang searah dengan tujuan kelompok formal dan belajar bersama untuk
mendapatkan nilai A, tujuan belajar akan mendukung tujuan perguruan tinggi sebagai kelompokorganisasi formal. Apabila di kalangan siswa dan mahasiswa tujuan kesetiakawanan
bertentangan dengan aturan organisasi, seperti melakukan pelangaran disiplin dalam melengkapi daftar hadir, hal itu tentu akan mempersulit tercapainya tujuan institusi pendidikan sebagai
organisasi formal.
3. Tipe Kelompok Berdasarkan Efektivitasnya
Berdasarkan efektivitasnya, Johnson dan Johnson 2006 membedakan empat macam kelompok yaitu kelompok pseudo pseudogroups, tradisional traditional groups, efektif
effective groups, dan kinerja tinggi high-performance groups.
3.1 Kelompok Pseudo
Kelompok Pseudo adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk
bekerja bersama namun sebenarnya tidak berminat untuk melaksanakannya. Mereka
percaya bahwa kinerja mereka akan dievaluasi, mulai dari yang tertinggi sampai yang paling
rendah. Walaupun anggota kelompok saling berbicara, sebenarnya mereka saling bersaing.
Mereka menganggap satu sama lain sebagai saingan yang harus dikalahkan atau dihambat
Sumber: ________________________
45 dan harus saling menghalangi kinerja satu sama lain. Mereka juga saling menyembunyikan
informasi dan berusaha menyesatkan serta membuat yang lain bingung sehingga tidak percaya satu dengan yang lain. Akibatnya, individu jadi lebih produktif apabila bekerja sendiri dan
merasa lebih baik jika dibandingkan dengan kerja kelompok. Kelompok macam itu tidak akan mencapai kematangan karena anggotanya tidak berminat dan tidak komit akan masa depan
kelompoknya. Contoh dari Kelompok Pseudo adalah kelompok para salesman yang anggotanya saling bersaing untuk jadi salesman terbaik dan melakukan penjualan terbanyak.
3.2 Kelompok Tradisional
Kelompok Tradisional adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja sama. Mereka sadar harus bekerja sama. Namun demikian, anggota kelompok percaya bahwa
mereka akan dinilai sebagai individu, bukan sebagai anggota kelompok. Sebagai akibatnya, tugas-tugas menjadi sangat terstruktur sehingga kecil sekali kerja sama yang dituntut. Anggota
kelompok berinteraksi terutama untuk menjelaskan bagaimana pekerjaan harus dilakukan. Mereka berusaha mendapatkan informasi dari yang lain tetapi tidak bermotivasi untuk membagi
informasi pada anggota yang lain yang lain. Anggota kelompok bertanggung jawab atas pekerjaannya masing-masing tetapi bukan sebagai tim. Beberapa anggota kelompok
bermalas-malasan dan berusaha nèbèng pada anggota yang lebih serius. Anggota yang lebih serius merasa dieksploitasi lalu akan mengurangi kerjanya. Akibatnya adalah beberapa anggota
hasil kerja sama itu akan lebih baik daripada jika mereka bekerja sendiri-sendiri. Namun demikian, hasil kerja anggota yang lebih serius akan lebih baik hasilnya kalau bekerja sendiri
dibandingkan bila mereka bekerja dalam kelompok. Kelompok Tradisional banyak ditemui pada kelas-kelas yang pembentukan kelompoknya ditetapkan oleh guru atau dosen.
3.3 Kelompok Efektif