Latar Belakang LATAR BELAKANG
menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan kuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan PSAK No, 1
6
. Tujuan utama laporan keuangan adalah sebagai informasi akuntansi yang
disajikan untuk pihak-pihak terkait Stakeholder suatu perusahaan untuk menyajikan keadaan tentang kondisi keuangan perusahaan, posisi keuangan perusahaan, kinerja
dan perubahan posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Para pihak terkait tersebut terdiri
dari pihak internal seperti manajemen perusahaan dan karyawan maupun eksternal perusahaan seperti investor, kreditor, pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya.
Teori Efficiency Market Hypothesis EMH atau Capital Market Efficiency menyebutkan bahwa informasi laporan keuangan dapat mempengaruhi pasar modal
7
. Salah satu informasi dalam laporan keuangan yang digunakan sebagai parameter
untuk mengukur peningkatan atau penurunan kinerja pada perusahaan adalah informasi laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Dari informasi laba akan
banyak muncul interpretasinya, tergantung siapa yang menggunakan informasi tersebut. adanya perubahan informasi atas laba melalui beberapa cara akan
memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut dan keputusan
6
Ibid., h, 43
7
Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi Laporan Keuangan Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002, hlm. 65.
yang akan diambil oleh pengguna informasi
8
. Karena melalui laba dapat dinilai tingkat kinerja manajemen, tingkat kemampuan menghasilkan laba dalam jangka
waktu panjang, serta tingkat risiko investasi dalam perusahaan tersebut.
Dalam mempelajari konsep pasar efisien, perhatian kita akan diarahkan pada sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat mempengaruhi pasar yang
tercermin dalam perubahan harga sekuritas
9
. Investor pasti senantiasa memperhatikan pergerakan harga di pasar. Artinya, baik investor individual maupun institusi
mengikuti pergerakan pasar tiap saat secara seksama, dan selalu siap untuk melakukan traksaksi beli atau jual manakala menurut perhitungan akan didapat hasil
yang menguntungkan. Dengan kata lain, investor yang secara cepat dapat mengetahui potensi adanya nilai tambah akan dapat memperoleh keuntungan dengan
menggunakan pilihan strategi yang tepat
10
. Teori Efficiency Market Hypothesis EMH atau Capital Market Efficiency
diatas dapat didukung oleh data-data hasil survey tentang sumber informasi yang paling relevan untuk pengambilan keputusan investasi saham di Indonesia. tabel 1.1
Menunjukan bahwa laporan keuangan dominan digunakan oleh investor institusi dan analis sahamkeuangan. Namun laporan keuangan bukan merupakan informas yang
utama bagi investor individu. Informasi utama bagi investor individu adalah likuiditas
8
Faizah, “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tindakan Perataan Laba Income Smoothing pada Perusahaan yang Termasuk dalam Jakarta Islamic Index
JII,” Skripsi S1 Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009. h,1.
9
Tatang A.G Elok Sri Utami, “Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya”, Jurnal AKUNTANSI Keuangan Vol. 4, No.1 Mei 2002: h.56.
10
Ibid.,h.57.
pasar dan rumor
11
. Walaupun laporan keuangan juga merupakan sebagai bahan pertimbangan.
Tabel 1.1 Peringkat Informasi untuk Keputusan Investasi Saham di Indonesia
Keterangan Total
Investor Analis
Keuangan Individu Institusi
Kebijakan Perusahaan yang dipublikasikan 1
3 1
2 Laporan Keuangan Tahunan
2 6
2 1
Likuidasi Pasar 3
1 2
5 Teknikal Analisis
4 3
3 3
Laporan Keuangan Intern 5
5 1
6 Rumor
6 2
4 6
Majalah dan Koran 7
7 5
4 Saran dari Broker
8 4
6 7
Prospektus 9
8 7
4 Komunikasi Dengan Manajemen
10 9
8 8
Sumber : Sulistiawan dan Feliana 2010 : Hasil Survey yang dipresentasikan dalam seminar riset bisnis Universitas Airlangga.
Pada dasarnya manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu
12
, Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat
mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Laba yang meningkat dari periode sebelumnya mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan adalah bagus dan hal ini
dapat mempengaruhi peningkatan harga saham perusahaan. Dalam penyusunannya, laporan keuangan secara konsisten harus disusun
dengan menggunakan standar akuntansi yang dianggap sebagai informasi relevan,
11
Dedhy Sulistiawan, dkk, Creative Accounting : Mengungkap manajemen laba dan skandal akuntansi, h.10.
12
Hadri Kusuma dan Wigiya Ayu Udiana Sari, “Manajemen Laba oleh Perusahaan Pengakuisisi sebelum Merger dan Akuisisi di Indonesia”, JAAI, Vol. 7 NO. 1 JUNI 2003, h. 21.
netral, dan lengkap. Dalam suatu laporan keuangan, pihak internal perusahaan mendapatkan kebebasan dalam pemilihan metode akuntansi yang digunakan. Selain
itu prinsip akuntansi juga memberikan kebebasan pemakainya untuk menentukan nilai estimasi yang digunakannya. Nilai estimasi merupakan nilai yang digunakan
periode waktu alokasi harga perolehan cost aktiva tetap dan biaya dibayar dimuka differed charge, nilai residu tetap, persentase biaya kerugian piutang, dan lain-lain.
Kebebasan memilih metode akuntansi dan estimasi inilah yang memicu dan mendorong seseorang untuk merekayasa informasi keuangan. Penyusun laporan
keuangan hanya mau memilih dan menggunakan metode akuntansi dan menentukan nilai estimasi yang dapat mengoptimalkan kesejahteraannya. Artinya, penyusun
laporan keuangan hanya mau menggunakan suatu metode akuntansi tertentu apabila ada manfaat yang bisa diperoleh. Sementara metode yang tidak bisa memberi manfaat
tidak akan digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Pada dasarnya ada dua cara yang bisa digunakan seorang manajer perusahaan
untuk mempengaruhi laporan keuangan, yang pertama dengan memilih salah satu metode akuntansi atau nilai estimasi akuntansi, dan kedua dengan menggunakan
kedua metode akuntansi dan estimasi akuntansi. Apabila penyusun laporan keuangan memilih menggunakan metode akuntansi maka kebijakan ini relatif lebih mudah
diketahui oleh pemakai laporan keuangan, karena setiap metode akuntansi yang digunakan harus diungkapkan dalam laporan keuangan yang bersangkutan. Namun
jika seorang penyusun laporan keuangan memilih menggunakan nilai estimasi akuntansi untuk mengendalikan transaksi akrual maka kebijakan ini relatif lebih sulit
untuk diketahui pihak lain sehingga penyusun laporan keuangan cenderung memilih kebijakan rekayasa mengendalikan berbagai akrual. Alasannya, transaksi akrual yang
diatur dengan memanfaatkan kebebasan menentukan nilai estimasi akuntansi ini merupakan transakasi yang tidak mudah diketahui pemakai laporan keuangan.
Upaya mempengaruhi informasi keuangan inilah yang disebut dengan manajemen laba. Secara umum manajemen laba dapat dilakukan karena dasar
pencatatan transaksi yang dilakukan akrual atau tanpa harus disertai penerimaan kas atau pengeluaran kas. Secara umum manajemen laba didefenisikan sebagai upaya
manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai
kecurangan. Sementara pada pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer
perusahaan dalam kerangka standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum
13
. Pada dasarnya praktik manajemen laba bukanlah hal baru dalam dunia
akuntansi, manajemen laba merupakan bagian dari istilah creative accounting, Creative Accounting adalah praktik akuntansi yang berbeda dengan praktik akuntansi
yang biasa digunakan. Dalam sudut pandang profesi akuntan melihat bahwa manajemen laba merupakan sesuatu yang legal jika yang dilakukan masih dalam
13
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba Teori dan Model Empiris Jakarta: Grasindo, 2008, h.14.
kerangka standar akuntansi, tapi jika praktik akuntansi yang dilakukan melanggar aturan maka hal itu disebut skandal akuntansi namun terlepas dari legal atau tidaknya
merupakan suatu peristiwa yang tidak mencerminkan keadaan laba perusahaan yang sebenarnya.
Praktik manajemen laba menyebabkan angka laporan keuangan terpengaruh dan berpihak pada kepentingan manajer. Tujuan praktik itu sudah jelas, yaitu
mengharapkan pembaca laporan keuangan yang menjadi sasaran praktik manajemen laba agar mengambil keputusan yang menguntungkan manajer atau perusahaan. Hal
ini tentunya merugikan pihak lain. Sebabnya dalam praktik manajemen laba dapat berimplikasi pada hilangnya kredibilitas pelaporan keuangan dan menambah bias
informasi dalam laporan keuangan
14
. Karena mestinya dalam mencapai angka laba yang diinginkan harusnya dilakukan dengan upaya aktivitas bisnis yang normal,
bukan operasi diatas kertas
15
. Tabel 1.2 dibawah ini merupakan gambaran umum mengenai praktik manajemen laba yang terjadi pada emiten syariah di Indonesia.
Secara empiris, nilai deteksi manajemen laba dapat bernilai nol, positif, atau negatif. Nilai nol menunjukkan manajemen laba dilakukan dengan pola perataan laba
income smoothing. Sedangkan nilai positif menunjukkan adanya manajemen laba
14
Ahmad Yusuf Marzuki Achmad Badarudin Latif, “Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7 No. 1 Maret 2010 : h.11.
15
Ibid.,h.13.
dengan pola peningkatan laba income increasing dan nilai negatif menunjukkan manajemen laba dengan pola penurunan laba income decreasing
16
. Tabel 1.2
Nilai Deteksi Manajemen Laba yang Pada 10 Emiten Syariah yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index JII
NO. EMITEN
Nilai Deteksi Manajemen Laba 2007
2008 2009
2010 2011
1 AALI
0.1896004413 1.575401065 0.555555904
0.490754872 0,431603005
2 ANTM
0.182786053 0.701599283
0.653609481 0.635971639
0,072323991 3
ASII 0.607992006
0.438413493 0.656960784
1.996077069 1,456907646
4 INTP
0.017076937 0.279366791
0.128392048 0.256316583
0,314867562 5
PTBA 0.827140064
0.221289187 0.842322886
0.872454376 0,730356637
6 TLKM
0.099494296 0.110148987
0.085643052 0.006399437
0,030374574 7
SMGR 0.457197415
0.416307304 0.44429853
0.121003438 0,00887056
8 TINS
0.374835455 4.887430266
0.756423211 0.422651507
2.086270775 9
UNTR 0.247127072
0.209783588 0.334751778
0.965227352 0,227235827
10 UNVR
0.349092529 0.217131717
0.290263727 0.262141335
0,092517905 Sumber :
Jurnal Akuntansi Auditing Volume 9No. 1November 2011: 1-94
Dalam pelaksanaannya pastinya berangkat dari sebuah motivasi seorang manajer untuk mencapai tujuan tertentu yang itu erat kaitannya dengan permasalahan
etika. Etika merupakan bidang ilmu normatif yang dapat menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh seorang individu., dalam perspektif etika bisnis
islam manajemen laba adalah praktik yang sebenarnya memiliki kecenderungan tidak
16
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba Teori Model Empiris, Jakarta: Grasiondo, 2008, h. 67
sesuai dari prinsipsyariah dengan kata lain tindakan memanipulasi laba diatas kertas dalam bentuk manajemen laba itu tidak sesuai dengan ajaran islam
17
. Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, bahwa dalam mendeteksi
penyebab manajemen laba terdapat beberapa faktor-faktor yang turut berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan, salah satunya adalah
profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Tingkat profitabilitas juga merupakan salah satu
motivasi manajer perusahaan dalam melakuan praktik manajemen laba. Melalui manajemen laba. karena manajer perusahaan dapat mempengaruhi profitabilitas yang
dicapai dalam laporan keuangan. Studi penelitian sebelumnya tentang profitabilitas dana manajemen laba menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif signifikan
antara profitabilitas dan manajemen laba
18
. Leverage merupakan rasio untuk mengetahui seberapa besar aktiva yang
dimiliki perusahaan berasal dari modal atau hutang, dengan menggunakan rasio leverage dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap
kepada pihak lain. Apabila leverage digunakan dengan baik, leverage dapat digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan, namun apabila digunakan untuk
17
Ibid.,h.19.
18
I Guna, Welvin Arleen Herawaty, “Pengaruh Mekanisme Good Coprporate Governance, Independensi Auditor,
Kualitas Audit dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No.1 April 2010 : h.65.
menarik minat kreditur, maka leverage akan memunculkan tindakan manajemen laba. Perusahaan yang memiliki liabilitas tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan
menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Watts and Zimmerman 1990 menyatakan dalam debt covenant hypothesis
bahwa semakin dekat perusahaan ke arah pelanggaran persyaratan hutang yang didasarkan atas angka akuntansi maka manajer lebih cenderung untuk memilih
prosedur-prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan
19
. Penelitian yang dilakukan oleh Saleh et al. 2005, Tarjo 2008, dan Lin et al. 2009 dalam Gao Pagaling 2011 menemukan bahwa leverage mempunyai
hubungan positif dengan manajemen laba. Hal ini diperjelas dalam penelitian yang dilakukan oleh Klein dan Othman
dan Zhegal, 2006 dalam Diana Dul 2011 yang menyebutkan bahwa hutang dapat meningkatkan manajemen laba saat perusahaan ingin mengurangi kemungkinan
pelanggaran perjanjian hutang dan meningkatkan posisi tawar perusahaan selama negosiasi hutang. Agar kreditor mau menginvestasikan dananya di perusahaan
tentunya manajer harus menunjukan performa baik dari perusahaannya. Perilaku kreatif dari manajer untuk menampilkan performa yang baik dari laporan
keuangannya pun sering kali muncul. Corporate governance muncul karena adanya pemisahan antara pemilik
dengan pengendalian perusahaan. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal
19
Robert Jao Gagaring Pagalung, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia, Jurnal Akuntansi Auditing,
Volume 8, No. 1, November 2011 : h. 46.
dengan pengendalian oleh agent dalam sebuh organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal dengan agen. Pemisahan yang terjadi antara
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan akan menimbulkan suatu konflik yang disebut dengan agency conflict.
Dengan berperan sebagai agen, manajemen suatu perusahaan diberi wewenang oleh pemilik untuk mengambil keputusan dan menjalankan serta
mengurus jalannya perusahaan, karena itu manajemen sebagai pengelola perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik perusahaan. Manajemen
berkewajiban untuk pengungkapan informasi mengenai kondisi perusahaan. Misalnya informasi tentang laporan keuangan. Namun terkadang informasi yang diberikan
tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Kondisi ini disebut sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi terjadi karena antara diantara pihak-pihak terkait tidak
mempunyai sumber dan akses yang setara untuk memperoleh informasi, dalam hal ini antara principal dan agen Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen dan
pemilik perusahaan dapat memicu manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba.
Ada dua poin penting yang ditekankan dalam konsep ini, yaitu hak stockholder dan stakeholder untuk memperoleh informasi akurat dan tepat waktu
serta akurat, tepat waktu, dan transparan semua informasi mengenai perusahaan, atau dengan kata lain, konsep good corporate governance menekankan pentingnya
kesetaraan fairness, transparansi transparency, akuntabilitas accountability, dan responsibilitas responsibility informasi untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan. Alasannya laporan keuangan merupakan alat komunikasi utama perusahaan dengan semua pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andayani, 2010
.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka 2007, Bangun dan Vincent 2008
dalam Wulandari 2013 menunjukan bahwa corporate governance berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Ukuran perusahaan yang besar dapat menjadi indikasi bahwa perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga
pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena percaya akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan tersebut
.
Perusahaan besar umumnya memiliki total aktiva yang besar pula, semakin tinggi total aktiva suatu perusahaan, maka risiko yang akan ditanggung oleh investor akan
semakin kecil
20
. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka
akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat. Perusahaan yang besar akan
lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan dan cenderung melaporkan kondisi keuangan dengan akurat karena lebih diperhatikan oleh masyarakat.
Sedangkan perusahaan kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar sehingga dapat
20
Ayu Sri Mahatma Dewi Ari Wirajaya, “Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 2013,
h.364.
menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih bagus. Ini menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan semakin kecil pengelolaan laba yang dilakukan
21
. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robert dan gagaring 2011, Lee and Choi
2002, Midiastuty dan Machfoedz 2003, Saleh et al. 2005, Liu dan Lu 2007, dan Cornett et al. 2009 yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti melihat bahwa penelitian
mengenai manajemen laba ini layak untuk diteliti kembali oleh karena itu maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul,
“Pengaruh Profitabilitas, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Praktik
Manajemen Laba ”,
Studi Empiris pada Emiten Indeks Saham Syariah Indonesia Sub Sektor Barang Konsumsi Periode 2011-2014.