6. Teknik Manajemen Laba
Seperti dibahas pada uraian diatas bahwa manajemen laba merupakan nama lain dari aktivitas creative accounting yang sebenarnya hal ini bukanlah istilah yang
baru. Manajemen laba merupakan sesuatu yang sudah ada sejak lama. Meskipun dalam perspektif etika bisnis islam bahwa kegiatan manajemen laba bertentangan
dengan prinsip syariah dan masih menjadi kontroversi saat ini mengenai kesyariahannya. Namun jika ditnjau dari sudut pandang teoritis ataupun praktis,
teknik manajemen laba sangat beragam, mulai dari teknik legal menurut bingkai profesi akuntan dengan berdalih bahwa manajemen laba dibolehkan selama
mengikuti standar akuntansi keuangan sampai teknik ilegal yang bertentangan dan tidak dibolehkan dalam Standar Akuntansi Keuangan. Secara umum, teknik
manajemen laba yang dianggap “legal” menurut sudut pandang profesi akuntan yang biasanya dijumpai dalam praktik manajemen laba dapat dikelompokkan ke dalam
lima teknik
23
:
a. Mengubah metode akuntasi.
Metode akuntansi merupakan pilihan-pilihan yang disediakan oleh standar akuntansi dalam menilai asset perusahaan. Perubahan metode akuntansi ini
digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode
depresiasi garis lurus juga merubah juga metode penilaian persediaan dari First In First Out ataupun LIFO Last In First Out.
23
Ibid., h.43.
b. Membuat estimasi akuntansi
Teknik ini dilakukan dengan tujuan mempengaruhi laba akuntansi melalui kebijakan dalam membuat etimasi akuntansi. Cara manajemen
mempengaruhi laba melalui judgment perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu
depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
c. Mengubah periode pengakuan pendapatan dan biaya
Teknik ini dilakukan untuk mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan dan biaya dengan cara menggeser atau menunda pengakuan
pendapatan dan biaya dengan cara menggeser pendapatan dan biaya ke periode berikutnya agar memperoleh laba maksimum. Contoh rekayasa
periode biaya atau pendapatan antara lain, mempercepatmenunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode
akuntansi berikutnya, mempercepatmenunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepatmenunda pengiriman produk ke pelanggan,
mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.
d. Mereklasifikasi akun
Pada bagian ini, permainan akuntansi dilakukan dengan memindahkan akun dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, sebenarnya laporan keuangan
yang disajikan sudah lama, tetapi karena kelihaian penyajinya, laporan
keuangan ini bisa memberikan dampak interpretasi yang berbeda bagi penggunanya.
e. Mereklasifikasi akrual diskresioner dan akrual diskresioner.
Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti pertimbangan tentang penentuan umur
ekonomis asset tetap atau pertimbangan pemilihan metode depresiasi. Akrual nondikresioner adalah akrual yang dapat berubah bukan karena kebijakan atau
pertimbangan pihak manajemen, seperti perubahan piutang yang besar karena adanya tambahan penjualan yang signifikan.
H. Manajemen Laba dalam Pandangan Etika Bisnis Islam
Praktik manajemen laba yang selama ini telah banyak dilakukan dan mungkin menjadi hal biasa untuk dilakukan dapat ditelaah menjadi dua perspektif, diantaranya
adalah perspektif profesi akuntan dan etika bisnis islam. Sebelum dikaji mengenai perspektif manajemen laba dalam etika bisnis islam, berikut ini akan dibahas lebih
dulu mengenai manajemen laba pada sudut pandang profesi akuntan. Dalam manajemen laba pada dasarnya manajemen perusahaan memiliki
fleksibilitas untuk memilih diantara beberapa cara alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi yang sama.
Fleksibilitas ini yang dimaksudkan untuk memungkinkan para manajer mampu beradaptasi terhadap berbagai situasi ekonomi dan menggambarkan konsekuensi
ekonomi yang sebenarnya dari transaksi tersebut, dapat juga digunakan untuk mempengaruhi tingkat pendapatan pada suatu waktu tertentu dengan tujuan untuk
memberi keuntungan bagi manajemen dan para pemangku kepentingan stakeholder. Ini adalah esensi dari manajemen laba, yaitu suatu kemampuan untuk
“memanipulasi” pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan
24
. Dalam perspektif profesi akuntan, menyatakan bahwa manajemen laba yang
dilakukan melalui manajemen akrual tidak sama dengan manipulasi laba. Earnings management dilakukan untuk memenuhi kepentingan manajemen dengan
memanfaatkan kelemahan inheren dari kebijakan akuntansi akrual dan masih berada dalam koridor prinsip akuntansi berterima umum. karena sepanjang dilakukan tanpa
melanggar standar akuntansi keuangan, praktik manajemen laba adalah sah. Manajer dan akuntan tidak dapat disalahkan, karena manajemen laba dengan cara seperti itu
bukan perbuatan curang. Tetapi, manajemen laba akan berubah menjadi perbuatan curang jika ada kesengajaan manajer atau akuntan melanggar standar akuntansi,
misalnya dalam bentuk manipulasi data, perhitungan dan pelaporan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen laba yang dilakukan berbeda dengan
manipulasi laba karena manajemen laba yang dilakukan dengan cara manajemen akrual.
24
Ahmad Yusuf Marzuqi, “Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No.1 Maret 2010: h.6.