dijelaskan, adanya peningkatan gap antara laba bersih dan aliran kas operasi, adanya peningkatan gap antara laba bersih yang dilaporkan
dari laba untuk tujuan pajak, adanya penghapusan dalam jumlah besar secara tak terduga dan lain-lain.
b. Deteksi Manajemen Laba Secara Kuantitatif
Manajemen laba secara umum dibagi menjadi dua kategori, yaitu manajemen laba melalui kebijakan akuntansi dan manajemen laba melalui
aktivitas riil. Manajemen laba melalui kebijakan akuntansi merujuk pada permainan angka laba yang dilakukan menggunakan teknik dan kebijakan
akuntansi. Sementara, manajemen laba melalui aktivitas riil merujuk pada permainan angka laba yang dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang berasal
dari kegiatan bisnis normal atau yang berhubungan dengan kegiatan operasional, misalnya menunda kegiatan produk atau mempercepat penjualan
dengan pemberian diskon besar-besaran
21
. Dalam penelitian ini metode untuk mendeteksi manajemen laba yang
dilakukan oleh emiten syariah adalah deteksi melalui kebijakan akuntansi. Pada deteksi ini, fokus pembahasannya terletak pada penjelasan model-model
deteksi manajemen laba yang banyak digunakan dalam riset empiris. Dalam pengukuran manajemen laba digunakan deteksi melalui Akuntansi akrual
yang terdiri dari discretionary accruals DA dan non discretionary accruals NDA. DA merupakan akrual yang ditentukan manajemen management
21
Ibid., h. 70.
determined. NDA merupakan akrual yang ditentukan atas kondisi ekonomi economically determined.
Pada deteksi melalui kebijakan akuntansi fokus pembahasannya terletak pada penjelasan model-model deteksi manajemen laba yang banyak
digunakan dalam riset empiris. Dalam penelitian ini mnajemen laba diproksikan ke dalam Discretionary Accruals yang dihitung berdasarkan
metode modified jones model. Pada deteksi melalui kebijakan akuntansi fokus pembahasannya
terletak pada penjelasan model-model deteksi manajemen laba yang banyak digunakan dalam riset empiris. Secara umum ada tiga kelompok model
empiris manajemen laba yang diklasifikasikan atas dasar basis pengukuran yang digunakan, yaitu model yang berbasis akrual aggregate accruals,
akrual khusus specific accruals, dan distribusi laba distribution of earnings. Namun sejauh ini hanya model berbasis aggregate accrual yang
diterima secara umum sebagai model yang memberikan hasil paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba. Alasannya, model empiris ini sejalan
dengan akuntansi berbasis akrual yang selama ini banyak dipergunakan oleh dunia usaha. Model akuntansi ini merupakan pencatatan yang membuat
munculnya komponen akrual yang mudah intuk dipermainkan besar kecilnya. Penyebabnya adalah komponen akrual merupakan komponen yang muncul
dari transaksi-transaksi yang tidak disertai penerimaan dan pengeluaran kas.