26 peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan
perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Bloom 1956 dalam Rifa’i dan Anni 2011: 86-89 menyebutkan tiga
taksonomi ranah belajar sebagai berikut. 1 Ranah kognitif cognitive domain, berkaitan dengan hasil berupa
pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup
kategori pengetahuan
knowledge, pemahaman
comprehension, penerapan application, analisis analysis, sintesis synthesis, dan penilaian evaluation; 2 Ranah afektif
affective domain, berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah afektif terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan
receiving,
penanggapan responding,
penilaian valuing,
pengorganisasian organization, dan pembentukan pola hidup organization by a value complex; dan 3 Ranah psikomotorik
phychomotoric domain, berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi obyek, dan koordinasi
syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.
Menurut Simpson 1966-67 dalam Hamalik 2010: 82-83, kategori jenis untuk perilaku ranah psikomotorik adalah persepsi perception, kesiapan set,
gerakan terbimbing guided response, gerakan terbiasa mechanism, gerakan kompleks complex overt response, penyesuaian adaptation, dan kreativitas
originality. Tiga ranah belajar tersebut merupakan kesatuan yang saling melengkapi satu dengan yang lain. Ranah belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik
tidak dapat dipisahkan, meskipun dapat dibedakan. Dalam melakukan penilaian hasil belajar, guru harus mampu menilai tiga ranah belajar yang mencakup ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasi belajar, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar diperoleh setelah melalui aktivitas dalam proses
27 belajar mengajar. Hasil belajar ditandai dengan perilaku yang menunjukan adanya
perbedaan pengetahuan dan pengalaman sebelum dan sesudah belajar.
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Desmita 2012: 35 mengemukakan, anak dengan rentang usia 6-12 tahun me-
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang usianya lebih muda maupun lebih tua. Anak dengan rentang usia 6-12 tahun disebut dengan anak usia sekolah
dasar. Usia anak sekolah dasar berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah 6-9 tahun dan masa kanak-kanak akhir 10-12 tahun.
Karakteristik anak usia sekolah dasar senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung. Piaget 1972 dalam Rifa’i dan Anni 2011: 26-30 membagi
perkembangan kognitif sebagai berikut: 1 Tahap sensori motorik usia 0-2 tahun; 2 Tahap praoperasional usia 2-7 tahun; 3 Tahap operasi konkret usia 7-11
tahun; dan 4 Tahap operasi formal usia 11 tahun sampai dewasa. Berdasarkan tahap-tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget
1972, siswa kelas III SD usia 8-10 tahun berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, siswa kelas III SD mulai berpikir secara operasional. Siswa usia 8-10
tahun dapat menggunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional logika dalam bentuk benda nyata. Siswa kelas III SD usia 8-10 tahun belum bisa
berpikir secara abstrak. Mereka menggunakan berbagai simbol dan benda nyata sebagai dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Oleh karena itu, dalam
pembelajaran hendaknya guru menggunakan benda konkret maupun tiruan benda konkret. Hal ini bertujuan supaya penyampaian materi pembelajaran dapat mudah di-
28 terima dan dipahami siswa.
Guru sebagai pendidik hendaknya memahami karakteristik siswa yang akan diajarnya. Pemahaman tentang karakteristik siswa digunakan guru sebagai dasar
dalam memilih model pembelajaran yang akan diterapkan. Model pembelajaran CIRC sesuai dengan karakteristik siswa kelas III SD. Siswa melakukan kegiatan
membaca secara terpadu. Siswa diajak bekerja dalam tim kelompok dan siswa mengalami sendiri kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran menggunakan model
CIRC lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa kelas III SD.
2.1.7 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Keraf 1980 dalam Rosdiana 2008: 1.12 mengatakan bahwa bahasa bukan diturunkan melainkan dipelajari. Bahasa dapat digunakan untuk menyatakan ekspresi
diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi, dan adaptasi sosial, serta sebagai alat utnuk mengadakan kontrol sosial. Pembelajaran bahasa
adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa dalam arti luas
adalah kemampuan mengorganisasikan pemikiran, keinginan, ide, pendapat, atau gagasan dalam bahasa lisan maupun tulis Santosa 2010: 5.18. Menurut Susanto
2013: 245, pada hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
baik secara lisan maupun tulisan. Tarigan 2008: 1 menyatakan, keterampilan
berbahasa mencakup: 1 keterampilan menyimakmendengarkan listening skills; 2 keterampilan berbicara speaking skills; 3 keterampilan membaca reading
skills; dan 4 keterampilan menulis writing skills.