Membaca Intensif Landasan Teori

31 kemampuan membaca juga merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari. Informasi tersebar melalui media cetak dan elektronik setiap harinya. Hal ini menantang guru untuk menyiapkan bahan bacaan yang bermutu bagi siswa dalam pembelajaran. Guru SD memiliki peran untuk membekali siswa dengan kemampuan membaca yang memadai, terutama kemampuan membaca intensif. Rahim 2008: 2 mengemukakan, membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Hodgson 1960 dalam Tarigan 2008: 7 mendefinisikan membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-katabahasa tulis. Iskandarwassid dan Sunendar 2011: 246 berpendapat bahwa membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai hakikat membaca di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan untuk memahami makna kata-kata yang tertulis dalam teks. Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi mencakup isi dan memahami makna bacaan Tarigan 2008: 9. Tujuan pembelajaran membaca bagi siswa SD tingkat pemula menurut Iskandarwassid dan Sunendar 2011: 289, yaitu: 1 mengenali lambang-lambang simbol-simbol bahasa; 2 mengenali kata dan kalimat; 3 menemukan ide pokok dan kata-kata kunci; dan 4 menceritakan kembali isi bacaan pendek. Membaca intensif merupakan salah satu jenis membaca yang ditujukan untuk mengetahui dan memahami teks secara mendalam. Menurut Brooks 1964 dalam 32 Tarigan 2008: 36, membaca intensif adalah studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Alshumaimeri 2011: 187 mengemukakan, “… reading comprehension is viewed as the process of interpreting new information and assimilating this information into memory structures ”. Maksud pernyataan tersebut yaitu membaca intensif dilihat sebagai proses pembaca dalam menginterpretasikan informasi baru dan menggabungkan informasi tersebut ke dalam struktur memori. Antoniou dan Souvignier 2007: 42 mengemukakan, “reading comprehension is therefore, a combination of knowledge, and text-oriented constructions ”. Pernyataan tersebut berarti membaca intensif adalah kombinasi dari pengetahuan dan pembentukan makna berdasarkan teks. Tarigan 2008 mengemukakan, secara garis besar membaca intensif dibagi menjadi dua yaitu membaca telaah isi dan telaah bahasa. Uraian lebih lengkapnya sebagai berikut. Kegiatan membaca telaah isi menuntut ketelitian, pemahaman, berpikir kritis, serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Membaca telaah isi meliputi: 1 membaca teliti; 2 membaca pemahaman; 3 membaca kritis; dan 4 membaca ide. Membaca telaah bahasa menjadi dua, yaitu: 1 Membaca bahasa, ditujukan untuk mengembangkan daya kata dan kosa kata; dan 2 Membaca sastra, dalam membaca sastra ini perhatian pembaca berpusat pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal seluk beluk bahasa dalam karya sastra maka ia akan lebih mudah memahami isi dari karya sastra yang dibacanya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca intensif merupakan membaca dengan saksama, teliti dan penuh pemahaman. Kegiatan membaca intensif berkaitan dengan kemampuan pembaca dalam membentuk makna 33 berdasarkan teks. Dalam membaca intensif, kejelasan pelafalan dan intonasi kurang diperhatikan. Membaca intensif lebih mementingkan pemahaman terhadap teks yang dibacanya, sehingga informasi yang diperoleh lengkap.

2.1.9 Model Pembelajaran

Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah yaitu interaksi antara guru dan siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Guru sebagai pendidik harus menguasai bahan atau materi ajar. Guru juga harus mengetahui cara menyampaikan materi kepada siswa. Kegagalan guru dalam pembelajaran bukan hanya karena kurang menguasai materi ajar, tetapi karena kurang mengetahui cara penyampaian materi yang tepat. Sagala 2011: 61 mengemukakan, penyampaian materi ajar kepada peserta didik harus disesuaikan dengan karakteristik anak yang menerima materi tersebut. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu, guru perlu memiliki pengetahuan mengenai teori-teori belajar, teknik-teknik mengajar yang baik, serta model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas Ngalimun 2013: 27. Suprijono 2012: 45-6 juga mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Arends dalam Suprijono 2012: 46 menambahkan, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap- tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan di kelas. 34 Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Kardi dan Nur 2007 dalam Ngalimun 2013: 8 menyebutkan ciri-ciri model pembelajaran antara lain: 1 rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2 landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 3 tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan 4 lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu petunjuk guru dalam melakukan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang sudah ditentukan. Suatu model pembelajaran yang dipilih guru harus disesuaikan dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. Pemahaman guru terhadap karakteristik materi dan siswa sangat berpengaruh terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Kesesuaian model pembelajaran dan karakteristik siswa dapat menentukan keberhasilan pembelajaran.

2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif

Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND Penerapan Strategi Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Lobang 02 Limpun

0 2 18

PENDAHULUAN Penerapan Strategi Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Lobang 02 Limpung Batang Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 10

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND Penerapan Strategi Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Lobang 02 Limpun

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Bahasa Indonesia Melalui Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Siswa Kelas IV Sd N 1

0 1 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Bahasa Indonesia Melalui Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Siswa Kelas IV Sd N 1

0 0 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC).

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF.

0 1 6

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DI SISWA KELAS V SD NEGERI SAWIT.

0 1 149

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN

0 1 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 TRIKARSO TAHUN AJARAN 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 0 17