Pengaruh Kebijakan Pemberian Kompensasi. Peranan Taman Wisata Alam Gunung Meja.

Analisis deskriptif untuk kelembagaan land tenure digunakan untuk mengkaji beberapa topik. Topik yang diselidiki adalah: 1 pengetahuan responden terhadap aturan kelembagaan yang terdapat di TWAGM aturan formal dan aturan adat istiadat, 2 karakteristik masyarakat, dan 3 legistimasi kepemilikan lahan secara de jure dan de facto.

4.4.1.2 Pengaruh Kebijakan Pemberian Kompensasi.

Kebijakan pemberian kompensasi oleh pemerintah kepada masyarakat adat Arfak terhadap hak ulayat masyarakat tersebut atas Taman Wisata Alam Gunung Meja bertujuan untuk menekan laju degradasi lahan dan mengembalikan fungsinya sebagai hutan hidrologis c.q taman wisata Tim Fasilitasi PMP TWAGM, 2004b. Pemberian kompensasi menurut Rustiadi 2006 akan memberikan dampak kepada hilangnya kearifan lokal masyarakat. Analisis deskriptif pemberian kompensasi akan mengkaji topik-topik antara lain: 1 presepsi masyarakat terhadap pembukaan lahan baru untuk kegiatan pertanian; dan 2 presepsi masyarakat terhadap pengumpulan hasil hutan kayu dan non kayu. Persepsi-persepsi diatas dilihat sesudah adanya kebijakan pemberian kompensasi.

4.4.1.3 Peranan Taman Wisata Alam Gunung Meja.

Pada umumnya tujuan rencana konservasi sumberdaya alam adalah sumberdaya alam dapat dilestarikan semaksimal mungkin. Namun tujuan tersebut seringkali terhambat oleh tiga kendala utama yaitu: 1 belum adanya petunjuk teknis yang rinci dan tepat untuk memudahkan perencana, pengelola, politisi maupun ahli konservasi kehidupan liar dalam mengupayakan konservasi jenis sumberdaya hayati yang terancam punah, 2 kurangnya pemahaman tentang sebaran maupun kebutuhan habitat berbagai jenis organisme yang terancam punah dan, 3 perencana seringkali menghadapi berbagai tuntutan tata guna lahan yang seringkali menjadi konflik Lembaga Penelitain IPB, 2002. Taman wisata alam sering dijadikan sebagai kawasan pariwisata dengan tujuan pengembangan adalah untuk menciptakan multiplier efeect, diantaranya adalah: 1 memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; 2 meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; dan 3 mendorong pendayagunaan produksi nasional Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990. Dengan kata lain, pengembangan pariwisata pada suatu daerah dengan tujuan wisata akan selalu memperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak Yoeti, 1997. Pernyataan ini didukung oleh gagasan sebelumnya yang dikemukakan oleh Spillane 1985 yang mengemukakan bahwa berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap berbagai sektor lainnya, seperti sektor pertanian, peternakan, industri kerajinan rakyat, dan kegitan lainnya yang bersifat temporer. Analisis deskriptif peranan dibagi menjadi dua topik pembahasan yaitu peranan ekonomi dan ruang “spasial”. Untuk topik pembahasan tentang peranan ekonomi akan dikaji sub-sub topik antara lain: 1 nilai ekonomi dari hasil-hasil pertanian; 2 nilai ekonomi dari hasil-hasil perkebunan; 3 nilai ekonomi dari hasil buah-buahan; 4 nilai ekonomi dari hasil kayu; dan 5 potensi penerimaan pemerintah daerah kabupaten Manokwari jika memanfaatkan sumber air yang terdapat di dalam kawasan ini. Sedangkan untuk topik peranan ruang akan mengkaji bagaimana peranan kawasan ini terhadap pemanfaatan ruang untuk berbagai kegiatan.

4.4.2 Analisis Binary Logistic Regression.