Kampung Brawijaya Karakteristik Masyarakat di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja

sumur galian dan mata air. Lebih lanjut dikatakan bahwa ada beberapa warga masyarakat yang membuka lahan di dalam kawasan ini yang berasal dari Anggi namun mereka tidak pernah melapor ke kepala RT. Mereka membuka lahan mulai tahun 2000 saat dimulainya tuntutan ganti rugi terhadap kawasan ini. Kondisi ini menyebabkan konflik antara warga lama dan warga baru. Persoalan utamanya adalah air, dimana warga baru masyarakat Anggi mulai membuka lahan di daerah sekitar mata air yang selama ini digunakan oleh warga lama untuk kebutuhan air bersih. Untuk menyelesaikan masalah ini maka pihak aparat kampung dan masyarakat lama memberikan kompensasi berupa uang kepada pemilik hak ulayat agar kawasan mata air tersebut tidak diberikan kepada masyarakat dari Anggi untuk dijadikan kebun. Kondisi bangunan di kampung ini ada yang permanen dan semi permanen namun masih terdapat rumah kaki seribu masyarakat Anggi. Lahan yang dimiliki oleh masyarakat digunakan untuk membangun rumah dan tidak untuk kegiatan pertanian. Rata-rata masyarakat di kampung Fanindi telah tinggal selama 23 tahun dengan tingkat pendidikan terendah adalah SD dan yang tertinggi adalah perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat kampung mengatakan bahwa hampir 50 masyarakat di kampung ini bekerja di sektor swasata, 30 bekerja sebagai PNS, dan sisanya sebagai petani, dan PolisiTNI serta pensiunan PNS. Masyarakat yang berasal dari Anggi memiliki mata pencaharian sebagai petani. Rata-rata pendapatan masyarakat di kampung Fanindi Bengkel Tan dari sektor pertanian adalah Rp. 244 500,- per bulan.

6.1.5 Kampung Brawijaya

Letak kampung ini sangat dekat dengan kota Manokwari sehingga kehidupan masyarakat di daerah ini mencirikan kehidupan daerah perkotaan, dimana sektor pertanian tidak lagi mendominasi mata pencaharian mereka. Selain itu keragaman suku di kampung ini sangat tinggi mulai dari masyarakat asli Manokwari suku Mandacan dan Dowansiba, masyarakat Papua Biak, Serui, Sorong, Nabire dan Jayapura, dan masyarakat non Papua Jawa, Bugis, Toraja, Ambon dan Manado. Masyarakat di kampung telah menetap selama kurang lebih 39 tahun sehingga mereka mengetahui secara jelas perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja. Ketergantungan masyarakat terhadap kawasan ini hanya sebagai sumber air bersih. Selain itu ada beberapa masyarakat yang masih memanfaatkan ranting-ranting kayu sebagai kayu bakar. Menurut hasil diskusi dengan kepala kampung Brawijaya Sudargo di dapat bahwa ada rumah penduduk yang telah melanggar pal batas yang telah ditentukan oleh pemerintah. Rumah-rumah yang melanggar pal batas tersebut dulunya merupakan rumah jaga untuk tempat pembibitan kehutanan. Namun setelah tempat pembibitan tidak lagi digunakan maka rumah jaga tersebut dijadikan sebagai tempat tinggal permanen oleh masyarakat. Lebih lanjut dikatakan bahwa penebagangan kayu di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja dilakukan oleh masyarakat pada saat masa transisi 11 . Penebangan tersebut merupakan bentuk tindakan masyarakat agar proses ganti rugi yang diusulkan dapat dipercepat realisasinya. Selain itu, pohon juga ditebang oleh masyarakat sekitar kawasan karena ada ketakutan jika pohon tersebut rubuh ditiup angin maka akan mengenai rumah mereka. Luas lahan lahan yang dimiliki masyarakat di kampung ini digunakan untuk bangunan rumah dan pekarangan. Sedangkan untuk kegiatan pertanian yang diusahakan beberapa masyarakat ada yang berada di luar kawasan. Mereka yang melakukan kegiatan pertanian memiliki kebun di daerah Susweni maupun di daerah Sowi. Bentuk bangunan yang dimiliki oleh masyarakat di kampung Brawijaya adalah permanen dan semi permanen. Sedangkan untuk rumah kaki seribu yang merupakan rumah khas masyarakat Arfak tidak ditemui lagi di kampung ini. Mata pencaharian utama masyarakat di kampung ini adalah pada sektor jasa dan pemerintahan, dimana rata-rata mereka bekerja sebagai PNS, TNIPolri, membuka kios, warung makan, bengkel, ojek dan pertukangan. 11 Masa transisi merupakan masa antara pengajuan tuntutan ganti rugi Taman Wisata Alam Gunung Meja dengan relisasi pembayaran Januari – Agustus tahun 2000.

6.1.6 Kampung Misi