Sejarah Pembentukan Kampung Keadaan Sosial Budaya Masyarakat di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja.

kelompok kupu-kupu terdapat 12 jenis dari 3 famili yaitu Papilionidae, Pleridae, dan Nymphalidae.

5.2 Keadaan Sosial Budaya Masyarakat di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja.

5.2.1 Sejarah Pembentukan Kampung

Menurut masyarakat Arfak nama asli kota Manokwari dalam bahasa Hatam adalah Minukwar. Akan tetapi, sejak kehadiran orang-orang pantai 8 dan orang dari luar daerah 9 yang mayoritas menduduki posisi penting dalam struktur pemerintahan, maka oleh para pendatang ini nama Minukwar diganti menjadi Manokwari. Penggantian nama ini sebenarnya tidak disenangi oleh suku-suku besar Arfak karena bagi mereka penggantian nama tersebut berarti telah menghilangkan sejarah asal usul suatu tempat. Tradisi nenek moyang masyarakat setempat biasanya memberi nama suatu tempat atau wilayah berdasarkan suatu peristiwa atau keadaan di tempat tersebut pada masa lalu. Silsilah pembentukan kampung di kawasan Taman Wisata Alam masih mengalami perdebatan di kalangan masyarakat, sehingga belum ada kepastian siapa yang pertama kali memanfaatkan lahan atau membuka kawasan ini sebagai areal perladangan atau kebun masyarakat. Menurut wawancara dengan para pelaku sejarah yang ada di sekitar kawasan ini mengatakan bahwa pada Perang Dunia Ke-II, tentara Sekutu memanfaatkan kawasan ini sebagai salah satu pos pertahanan dan persinggahannya untuk membantu strategi pertahanan militer di kawasan Pasifik Selatan. Sementara pada jaman pendudukan tentara Jepang, kawasan ini dimanfaatkan sebagai tempat pertahanan militer dengan membangun bunker, jalan dalam kawasan dan kubu-kubu pertahanan artileri untuk menangkal serangan udara dan kapal-kapal torpedo pasukan sekutu. Setelah Jepang takluk pada perang tersebut maka masuklah pemerintah Belanda ke Papua. Pada periode sebelum tahun 1960-an, Pemerintah Belanda telah memanfaatkan Hutan Gunung Meja dan kawasan sekitarnya sebagai laboratorium pengembangan ilmu 8 Orang Biak Numfor yang hijrah ke kota Manokwari 9 Orang Hatam membedakan penyebutan terhadap pendatang yaitu mbrey untuk orang yang bukan asli Papua dengan ciri berambut licinlurus, man untuk menyebut orang Papua yang berasal dari luar suku besar Arfak.. pengetahuan teknis kehutanan secara khusus hutan tropis di Papua. Informasi yang dilaporkan oleh Badan Pemangku Hutan Pemerintah Belanda menyatakan bahwa kebun-kebun masyarakat yang terdapat dalam kawasan adalah milik masyarakat Suku Biak dan pendatang dari luar Manokwari. Kelompok peladang ini, diduga adalah para sipil yang ikut bersama pasukan Sekutu ataupun Jepang, kemudian tinggal di bagian Pantai Utara Manokwari dan memanfaatkan lahan di sekitar kawasan Hutan Gunung Meja. Selain itu, pemerintah Belanda juga membangun pondokanrumah pos jaga bagi para petugas polisi kehutanan untuk berpatroli sepanjang hutan lindung hidrologis Gunung Meja, namun setelah beralih ke pemerintah Republik Indonesia pos patroli ini dimanfaatkan sebagai rumah tinggal oleh para pegawai Kehutanan hingga saat ini. Masyarakat Pegunungan Arfak yang berasal dari kelompok Suku Hatam dan Sough, mulai melakukan migrasi dan mobilisasi dari daerah pegunungan Arfak ke wilayah pusat kota Manokwari. Menurut informasi yang didapatkan dilapangan mengatakan bahwa proses ini berlangsung karena adanya peristiwa penting yang terjadi di pengunungan Arfak sumber tidak menceritakan dengan detail peristiwa apa yang terjadi sehingga untuk menyelamatkan diri, masyarakat Arfak melakukan migrasi ke kota Manokwari. Suku Arfak yang pertama kali tiba di kota Manokwari bermukim di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja yaitu di daerah Fanindi dan Ayambori. Kampung Fanindi meliputi daerah Amban, Manggoapi, Fanindi, Brawijaya dan sekitarnya. Sedangkan, Ayambori meliputi wilayah Borarsi, Kampung Ambon, Pasir Putih, Ayambori dan Inamberi. Kemudian masyarakat suku Arfak membangun pemukiman mereka di sekitar sumber mata air yang ada di kawasan ini yaitu daerah Indoki, Ayambori dan Inamberi.

5.2.2 Kependudukan