Sistem Kelembagaan Masyarakat Adat Afak di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja

Arfak sudah menerapkan kosep hanjop batas dalam kehidupan sehari-hari. Batas yang dimaksud adalah batas kepemilikan terutama kepemilikan lahan dan wilayah kampung. Masyarakat saling menjaga dan menghormati batas yang menjadi miliknya dan milik orang lain sehingga aktivitas yang dilakukan tidak keluar dari batas kepemilikannya. Kosep igya ser hanjop ini juga berlaku di Taman Wisata Alam Gunung Meja dimana masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas tertentu seperti yang telah diatur oleh nenek moyang mereka. Istilah igya berarti berdiri, ser artinya pere penghalang, menjaga dan hanjop artinya batas. Jadi secara harafiah igya ser hanjop diartikan berdiri menjaga batas. Istilah tersebut menjadi semacam peringatan kepada masyarakat agar menjaga batas dengan tidak melewati batas yang ditentukan pada saat mengambil dan memanfaatkan hasil hutan di Taman Wisata Alam Gunung Meja.

6.2.2 Sistem Kelembagaan Masyarakat Adat Afak di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja

Masyarakat adat Arfak yang berada di sekitar Taman Wisata Alam Gunung meja memiliki beberapa nasehat atau aturan-aturan berupa laranganpantangan yang harus dipatuhi ketika masukberjalan di hutan, misalnya larangan terhadap beberapa hal dibawah ini: 1. Bahamti hide hutan milik orang lain 2. Bab hide rotan milik orang lain 3. Biei hide kayu milik orang lain 4. Caw hide atap milik orang lain 5. Simuw hide burung Maleo milik orang lain 6. Ngin hide sungai milik orang lain 7. Hong hide kulit kayu milik orang lain 8. Hab hide burung milik orang lain 9. Jindei lene cehek hut hanjop ba berburu sesuai dengan batas 10. Bahamti jangan memanah burung di hutan primer 11. Jiya ser minyei briy hide lindungi hulu sungaikepala air 12. Ji oyei minyeitiaw jangan buang air besar di sungai Aturan-aturan diatas diberikan oleh seorang kepala suku andigpoy kepada kepala keluarga untuk diteruskan kepada anak-anaknya. Pelanggaran terhadap aturan-aturan tersebut dikenakan sangsi berupa denda yang ditentukan oleh andigpoy atas rekomendasi hakim dalam komounitas masyarakat adat Arfak nikei. Hukuman yang paling tinggi adalah hukuman mati. Struktur organisasi masyarakat adat Arfak yang bermukim di sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja dapat dilihat pada gambar berikut ini. ANDIGPOY PINJOINDIG PINJOIPILEY NEKEIHAKIM Gambar 12. Struktur Lembaga Adat Masyarakat Suku Besar Arfak Yang Berada di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja Andigpoy adalah seorang lelaki yang secara langsung dipilih atau dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin suatu kampung 14 . Kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada andigpoy didasarkan pada penilaian garis keturunan, kekayaan kain timur, mani-mani, uang, babi, dan lain-lain, kharisma, prilaku baik, biasa terlibat langsung dalam membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dan tegas dalam mengambil keputusan. Tetapi dari semua kriteria diatas yang menjadi tolak ukur utama adalah garis keturunan dan kekayaan. Disamping itu, seorang andigpoy juga harus memiliki keahlian-keahlian khusus, seperti keahlian pengobatan. Pinjoindig adalah posisi bagi masyarakat laki-laki yang berada di bawah kendali andigpoy. Jabatan pinjoindig bukan hanya dijabat oleh seseorang tetapi beberapa orang. Jumlah orang yang memegang jabatan pinjoindig tidak ada aturan secara nyata. Diantara orang-orang yang menduduki jabatan pinjoindig ada beberapa orang pilihan andigpoy yang secara khusus membantu menelusuri masalah, menyampaikan amanah dan bahkan sebagai juru bicara serta menyelesaikan masalah. Orang pilihan tersebut diberi nama nekeihakim, dimana 14 Sebutan Andigpoy jika dalam pemerintahan disebut sebagai kepala Distrik atau camat. orang ini dipilih secara langsung oleh andigpoy karena wawasanpengetahuannya dan kebiasaan dalam menangani masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Seorang nikei harus memiliki sifat yang bijaksana, tidak pernah memihak, tenang dalam menyelesaikan masalah dan sabar. Pinjoipiley adalah masyarakat laki-laki yang menjadi pelaksana perintah- perintah andigpoy. Orang ini oleh masyarakat sering disebut dengan pasukan perang. Aturan-aturan yang dikeluarkan oleh andigpoy menyangkut batasan kawasan yang dimiliki oleh masing-masing marga yang terdapat dalam suku besar Arfak serta aturan-aturan lain tentang sangsidenda. Dimana aturan-aturan tersebut tidak tertulis tetapi diakui oleh seluruh anggota masyarakat suku besar Arfak. Aturan tersebut kemudian disampaikan ke pinjoinding khususnya nekei untuk meminta persetujuan. Tetapi pada umumnya, nekei akan selalu setuju dengan apa yang diusulkan oleh andigpoy, karena nekei juga sangat percaya dengan apa yang dikatakan oleh andigpoy. Selanjutnya pinjoinding menyampaikan kepada pinjoipiley agar aturan-aturan tersebut disebarluaskan ke pada masyarakat adat Arfak. Apabila ada rahasia yang harus disampaikan kepada mayarakat tertentu maka pinjonding yang harus menyampaikannya secara langsung. Selanjutnya apabila ada amanah berupa intruksi untuk malakukan perang atau pembunuhan maka ponjoinding akan langsung memenintahkan kepada ponjoipiley untuk melaksanakan amanah tersebut. Penyelesaain suatu kasus dalam masyarakat adat Arfak yang berdiam di sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja dilakukan dengan proses musyawarah. Proses musyawarah tersebut terdiri dari musyawarah di dalam marga, musyawarah antar marga, dan musyawarah adat. 1. Musyawarah di dalam marga. Musyawarah di tingkat marga biasanya dipimpin oleh seorang andigpoy, tetapi jika andigpoy berhalangan hadir maka akan digantikan oleh pinjoinding atau nekei. Apabila masalah tersebut menyangkut denda atau ganti rugi karena perkelahian, pembunuhan, perceraian, dan semua yang menyangkut masalah di tingkat marga maka penyelesaiannya adalah di tingkat marga. 2. Musyawarah antara dua marga Proses musyawarah antara dua marga akan diselesaian secara kekeluargaan oleh dua marga yang bersengketa atau bertikai. Pertikaian yang sering terjadi adalah perkelahian dan pembunuhan. Biasanya untuk menyelesaiakan masalah tersebut para pemimpin dari kedua marga berkumpul untuk menentukan siapa yang salah dan apa sangsinya. 3. Musyawarah Adat Musyawarah adat biasanya dilakukan untuk menyelesaikan masalah- masalah yang menyangkut seluruh masyarakat Arfak. Perkara-perkara yang sering diselesaikan melalui musyawarah adat adalah pemilihan andigpoy baru untuk marga yang andigpoynya telah meninggal atau pemilihan andigpoy baru atau ketua suku besar Arfak. Tempat musyawarah biasanya dilakukan dirumah andigpoy atau disalah satu rumah masyarakat yang bersengketa, tetapi jika jumlahnya banyak maka akan disewa suatu gedung. Dalam hal ini tidak ada rumah adat khusus untuk tempat musyawarah adat. Orang-orang yang berhak menghadiri musyawarah adat adalah andigpoy, pinjoinding, pinjoipiley, nekei, dan perwakilan perempuan sendipoy dan sopndig 15 dari masing-masing marga serta andigpoy, pinjoinding, pinjoipiley, dan nekei yang telah dipilih sebagai perwakilan masyarakat adat Arfak. Apabila ada dua pihak yang bersengketa maka harus dihadirkan juga dalam musyawarah tersebut. Sedangkan untuk urusan yang menyangkut hak semua masyarakat adat maka diharapkan seluruh masyarakat suku besar Arfak dapat menghadiri acara tersebut. Hak suara yang diperbolehkan dalam musyawarah adat adalah andigpoy, pinjoinding, pinjoipiley, nekei, dan sendipoy. Peran andigpoy 16 dalam musyawarah adat adalah memberi putusan atas masalah yang terjadi dengan tidak memberatkan disalah satu pihak. Dalam musyawarah tersebut dibimbing oleh nekeihakim sebagai juru bicara andigpoy. Apabila persoalan tersebut menyangkut masalah seluruh masyarakat Arfak maka 15 Jabatan dalam struktur lembaga perempuan dalam marga maupun secara umum 16 Andigpoy yang dimaksud adalah andigpoy yang berasal dari suku besar Arfak bukan dari salah satu marga. semua orang memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya yang kemudian akan diputuskan oleh para andigpoy, pinjoinding, pinjoipliley, dan nekei dari masing-masing marga. Perundingan tersebut dipimpin oleh kepala suku besar Arfak. Pemilihan pemimpin pada masyarakat Arfak yang berada disekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja didasarkan pada keturunan, dimana kepala suku yang memimpin saat ini memperoleh jabatan dari orang tuanya. Kemudian apabila kepala suku ini meninggal maka saudara laki-lakinya yang lain akan menggantikan dia. Jika adik kedua sudah meninggal maka kepemimpinan kepala suku diserahkan kepada adik laki-laki berikutnya sampai anak laki-laki yang terakhir. Apabila semua saudara laki-laki dari kepala suku pertama telah meninggal maka kepemimpinan akan dialihkan ke anak laki-lakinya yang pertama.

6.2.3 Kepemilikan Lahan Land Tenure Kawasan Taman Wisata Alam