tingkah lakunya. Aturan-aturan tenurial menentukan bagaiman hak-hak atas tanah dialokasikan dalam masyarakat society. Temasuk pula, bagaimana akses
diberikan untuk hak-hak memanfaatkan, mengontrol, dan mengalihkan tanah, dimana didalamnya terkait pula tanggungjawab dan larangan-larangan. Sehingga
sistem tenurial tanah menentukan siapa yang dapat memanfaatkan, untuk jenis sumberdaya apa, untuk berapa lama, dan kondisi-kondisi seperti apa FAO, 2002.
2.2 Land Tenure
Payne 2001 mengatakan bahwa land tenure adalah sebuah cara untuk menyatakan lahan tersebut adalah dimiliki atau dikuasai, atau kumpulan dari
hubungan diantara masyarakat mengenai lahan dan produk-produk yang terdapat diatasnya.
“Defines tenure in common law terms as a collection of rights, each of which is a relationship between persons and organizations as to land
Rakodi, 2002”. Dari definisi-definisi tersebut menunjukkan perhatian terhadap hubungan
antara individu dengan individu, individu dengan organisasi pemerintahan atau non pemerintahan yang menyangkut masalah hak atau kepemilikan terhadap
sebidang tanah. Payne 2004 meneliti bahwa tipe dari land tenure tidak harus nyata
legal tetapi meliputi serangkaian kesatuan dari penguasan secara tidak resmi illegal dan kepemilikan secara penuh yang telah ada lebih dahulu. Lebih lanjut
dikatakan bahwa ada lima tipe land tenure yaitu: a.
Kepemilikan adat costumary tenure, dalam sistem ini, lahan dihormati sebagai tempat yang keramat dan seseorang diberikan tugas serta
tanggungjawab untuk mengurus lahan tersebut seperti melindungi lahan untuk generasi yang akan datang. Penyediaan, penggunaan serta
pemindahan kepemilikan suatu lahan ditentukan dan disetujui oleh pemimpin dalam kelompok tersebut dan biasanya dilakukan dengan
pembayaran. Dengan perkembangan daerah perkotaan, maka sistem kepemilikan ini akan mendapat tekanan dari para pemilik modal.
b. Kepemilikan individu private tenure, sistem ini didasarkan pada hak
seseorang terhadap lahan, dimana perijinan, pemanfaatan dan perubahan terhadap penggunaan lahan ini tergantung pada individu tersebut untuk
mengefisienkannya. Hal ini merupakan dasar pembatas sehingga kelompok dengan pendapatan rendah sulit untuk mengakses lahan
tersebut. c.
Kepemilikan umum public tenure, konsep dari kepemilikan lahan secara umum public adalah sebuah reaksi secara umum untuk membatasi
kepemilikan secara individu sehingga memungkinkan masyarakat umum untuk ikut dalam mengakses lahan tersebut, dimana hal ini akan
mengakibatkan peningkatan persaingan dalam pemanfaatan lahan. Pada negara-negara sosialis socialist countries semua hak atas tanah
ditetapkan oleh negara, sedangkan untuk negara-negara kapitalis capitalist countries hak-hak tersebut dibatasi sehingga lahan dapat
digunakan secara umum. d.
Kepemilikan keagamaan religious tenure, sistem kepemilikan ini didasarkan pada aturan-aturan keagamaan.
e. Kepemilikan non-formal non-formal tenure, sistem ini meliputi kategori
yang sangat luas dan mengalami perubahan-perubahan dalam aturan- aturan baik secara formal maupun non-formal.
2.3 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan dan Legistimasi Land Tenure.